Born Day

39 3 0
                                    

Seharian Dona galau. Sejak Arsya menemui Dinda, suasana hatinya tidak baik, ditambah sekarang ia sedang mengalami haid pertama. Rasanya ingin berteriak sekencang-kencangnya.

"Masih sakit perutnya?" Bunda masuk ke dalam kamarnya. Ia memberikan obat pereda nyeri pada putri semata wayangnya.

"Agak mendingan," jawabnya parau.

"Makan, yuk!"

Dona menggeleng. Seleranya benar-benar hilang.

"Nanti bukannya sembuh malah maag kamu kambuh."

"Nanti aku makan kalau lapar."

Bundanya menghela nafas sembari mengelus rambut panjang Dona.

"Ya sudah, obatnya diminum, abis itu istirahat."

Setelah bundanya keluar dari kamar, ia segera meminum obat itu lalu memeriksa ponselnya. Tidak ada notif apapun.

"Arsya dodol!" bisiknya lalu menyelimuti tubuh sampai kepalanya.

"Aaaaaaaaaa," teriaknya tertahan.

****

Paginya Dona dikejutkan dengan adanya Arsya di meja makan. Cowok itu tampak semangat bercerita dengan bundanya hingga tidak menyadari keberadaannya.

"Ngapain lo sarapan di sini?"

Arsya menoleh dengan mulut yang penuh dengan makanan.

"Kata bunda tadi malam lo sakit, makanya gue ke sini."

"Udah enggak."

Alis Arsya mengkerut. Padahal masih pagi, tapi raut Dona dan caranya berbicara sudah jutek.

"Lo marah sama gue?"

Dona mengambil tempat di sebelah bundanya.

"Ditanyain tuh!" sikut bundanya.

"Pikir aja sendiri!"

"Soal sepatu Siska? Gue udah minta maaf sama anaknya kok."

Dona masih diam. Sibuk dengan sarapannya membuat Arsya berpikir kira-kira kesalahan apa yang kemarin ia lakukan.

Usai sarapan keduanya berpamitan pada bunda. Seperti biasa, Arsya selalu diberi bekal.

"Gue udah mikir kesalahan gue apa, tapi gak nemu. Lo ngomong dong!"

Arsya melirik dari keca spion motornya. Dona benar-benar mendiamkannya sejak tadi. Hingga cowok itu terlintas ide jahil. Mendadak ia mengerem motornya membuat Dona menjerit tertahan di belakang.

"Kalo gue jatoh gimana?" Dona memukul punggung Arsya kesal. Sementara cowok itu terkekeh. Idenya berhasil.

"Lagian lo diam aja, gue kayak ngomong sama batu."

Dona turun dari motor Arsya, berjalan meninggalkan cowok itu.

"Yakin turun sini aja, sekolah lumayan jauh nih." Arsya menyusul dengan motornya.

"Gue jalan aja!"

"Yaudah."

Arsya benar-benar meninggalkan Dona. Sebenarnya sekolah mereka tinggal 100 meter lagi. Jadi tidak apa-apa jika Arsya membiarkan Dona jalan, lagian cewek itu keras kepala.

"Ngeselin!"

****

Besok adalah pertandingan futsal Arsya dan teman-temannya. Mereka latihan sampai matahari tenggelam. Bagi Arsya, ia harus bisa memenangkan pertandingan biar sekolah mereka semakin dikenal. Apalagi lawannya adalah sekolah yang lumayan tersohor. Jika mengalahkan mereka pasti orang-orang akan penasaran dengan sekolah Bina Nusa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Petakilan Boy | Myung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang