Chapter Fifteen: Loyal - 1

137 27 5
                                    

Jika ditanya apakah malam tadi berjalan baik, jawabannya iya. Yerim mendapat banyak uang dari berjudi. Siasat mengencani Hyunjin agar bisa pergi ke kasino juga berjalan dengan baik. Nilai plus yang terlambat ia sadari adalah ia bisa kembali berjudi dengan para elit. Sadar atau tidak, dia merindukan mereka.

Di balik sandiwara permusuhan itu, setelah beberapa waktu Yerim menyadari kalau lingkaran pertemanannya dengan elit yang penuh drama itu tidak lebih buruk dari yang ia punya sekarang. Bersama Hyunjin dan kawan-kawan lebih melelahkan. Rasanya setiap hari ada saja masalah yang terjadi. Tidak ada hari tanpa pertikaian. Bahkan pada masalah sepele, semua jadi persoalan. Yerim mungkin akan menyesal saat berpikir demikian, namun ternyata para elit itu mungkin pemuda yang baik.

Senin pagi diawali dengan kelas, dan setelah semua selesai, secara alami Yerim akan pergi ke kantin di mana dia berkumpul bersama kawan barunya. Dia sudah mengucapkan selamat tinggal pada Geumran, karena tak mungkin kawannya itu ikut. Wajah Yerim tebal sekali saat dia sampai dan duduk di antara kumpulan Hyunjin. Semua orang lengkap di sana, termasuk dua orang kekasihnya.

Bomin jadi yang pertama menyambutnya, mematik api-api kecil untuk membuat seseorang cemburu. Yerim dimintanya untuk duduk rapat dengannya. Tangannya langsung melingkar pada punggung gadis itu, memamerkan kemesraan bukan hanya pada sang kawan namun juga semua orang yang melihat mereka.

"Maaf aku tidak menunggumu," ucap Bomin dengan nada lembut.

"Tak apa, Oppa. Dosenku terlalu lama berceramah. Kau akan bosan," sahut Yerim sambil merapikan penampilannya. Dia tidak membawa cermin, jadi dia gunakan ponselnya untuk berkaca. Rambutnya sudah sangat panjang sejak terakhir kali ia memotongnya, ia akan biarkan mereka tergerai hari ini.

Bomin mungkin dalam suasana hati yang baik atau dia punya rencana. Pemuda itu bersikap kooperatif, menyaingi kawan-kawannya dalam hal romantis. Dia memamerkan kemesraan, perilaku-perilaku yang menunjukkan kalau dia adalah pemilik gadis di sampingnya. Pemuda itu ikut merapikan rambut Yerim yang tergerai. Senyuman terlukis di wajahnya, bak seorang yang sedang kagum.

"You look pretty," pujinya sambil terus menatap dengan mata berbinar.

Yerim menyengir, "seperti biasanya."

Percakapan sederhana itu saja sudah membuat beberapa pendengar berdecih keras. Gadis itu otomatis terhibur.

"Aku mau membeli makanan dulu."

"Biar aku temani--"

"--tak perlu, Oppa. Aku bisa pergi sendiri. Tidak akan lama." Yerim segera bangun dari duduknya. Tasnya ia biarkan di meja, setelah ia mengambil ponsel dan dompetnya. "Kau terlihat lelah pagi ini. Duduk saja, aku tidak akan lama," lanjutnya dengan cepat, tak memberi ruang untuk membantah.

Bomin sepertinya tidak setuju tetapi dia tidak mengatakan apapun. Matanya memandang penuh arti, seperti tengah coba menerka apa yang Yerim inginkan. Dia hanya memperhatikan saja dari kejauhan.

"Jadi, kapan kau akan putuskan yang ini?"

Topik yang dipilih setelah Yerim menjauh otomatis mengembangkan telinga Bomin untuk kembali memperhatikan kawan-kawannya. Adalah Jeno, si pencetus topik yang dengan santai dan tanpa beban mengeluarkan pertanyaan yang sensitif. Bomin refleks menatap kawannya dengan sinis.

"Segera."

"Kau cukup bersenang-senang dengan yang satu ini, ya?" tambah Sungchan dengan geli. "Biasanya kau cepat bosan."

"Karena yang ini cukup sulit, kan?" Beomgyu juga ikut berkomentar. "Kau sudah puas menggunakannya? Berapa kali?"

Pertanyaan terakhir terlalu sensitif sampai kekasih pemuda itu memukul pundaknya.

THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang