Sepulang dari kantor, Jennie merasa kelelahan. Saat memasuki mansion, aroma rumah dan kehangatan yang dirasakan ketika melihat keluarganya sedikit mengurangi penatnya. Namun, yang paling ia nantikan adalah melihat ibunya, Jessica. Ada kenyamanan yang hanya bisa diberikan oleh sang ibu, terutama ketika Jennie memohon ASI seperti yang biasa dilakukannya dalam momen kebersamaan mereka.
"Mommy, uyyu" Jennie merengek lembut, hendak mendekatkan wajahnya pada sumber nutrisi favoritnya. Namun, sebelum ia bisa bergerak lebih jauh, tangan lembut Jessica menahan wajahnya.
Jessica tersenyum, tetapi kali ini senyuman itu disertai dengan tatapan penuh makna. Ia memberikan kode dengan matanya, menunjuk sekeliling ruangan. Jennie berhenti sejenak, bingung, dan mengikuti isyarat ibunya. Suara Jessica yang lembut terdengar,
"Ada tamu"
Jennie menoleh, baru menyadari bahwa ruangan itu tidak hanya dipenuhi keluarganya.
"Siapa mereka?" gumam Jennie dalam hatinya. Ia merasa aneh, karena meskipun mansion ini sering dikunjungi tamu, ia tak mengenali satupun dari mereka. Wajah mereka asing, namun penuh kesopanan.
Sebelum ia bisa bertanya lebih jauh, ibunya berbisik, "Itu anak Aunty. Dia baru pulang dari Amerika setelah menyelesaikan S2-nya"
Namun, jauh di dalam hatinya, ia tak bisa menepis rasa canggung yang tiba-tiba melingkupi pertemuan ini.
Setelah beberapa saat hening, Minyoung akhirnya angkat bicara, memecah keheningan yang canggung.
"Jennie, Aunty ingin memperkenalkan mereka. Ini anak Aunty" katanya sambil menunjuk pria yang duduk di sebelahnya,
"Dia tinggal di LA bersama istrinya. Dan ini putriku" lanjutnya, memperkenalkan gadis muda di sebelahnya yang wajahnya mirip dengannya. "Dia tinggal di Amerika Serikat untuk menyelesaikan S2 dan bekerja di sana. Sekarang dia sudah bersuami juga"
Minyoung kemudian menoleh kepada pria yang duduk di sebelahnya, yang wajahnya sudah cukup dikenal Jennie.
"Mulai hari ini mereka akan tinggal di Korea karena perusahaan mereka telah pindah kesini. Mereka juga sangat ingin bertemu denganmu, Jennie. Mereka sangat terkesan dengan kemampuanmu di dunia bisnis"
Jennie tersenyum tipis, merasa agak canggung menerima pujian dari keluarga yang baru ia temui untuk pertama kali. Sebelum ia bisa merespons, Jessica tiba-tiba menyeletuk dengan nada bangga.
"Kalian semua sudah sukses ya, sudah pada menikah juga. Sementara anak Aunty, apalagi si Jisoo tuh, masih betah menganggur, dan yang satu lagi, tidak mau menikah" ucapnya, setengah menyindir kedua putrinya sendiri.
Bukannya membela dirinya, Jennie malah langsung membela kakaknya yang hanya diam mendengar ucapan ibunya.
"Mommy kok ngomong gitu sih? Jisoo Unnie gak pengangguran. Dia punya perusahaan sendiri" Jennie berkata tegas, suaranya penuh keyakinan.
Jessica hanya mendengus ringan. "Perusahaan game? Itu yang kamu maksud perusahaan? Dia aja cuma rebahan di rumah"
Jennie tetap bersikukuh. "Tapi Jisoo Unnie selama ini yang membantuku mengatur jadwal kalau aku kewalahan dengan pekerjaanku. Jadi dia gak bisa disebut pengangguran"
Melihat Jennie melindungi kakaknya dengan begitu gigih, Jessica akhirnya mengalah dan tak ingin memperpanjang perdebatan. Ia tidak benar-benar bersungguh-sungguh dengan ucapannya tadi. Di dalam hati, ia menyadari betapa eratnya hubungan kedua putrinya, yang selalu saling melindungi dan menyemangati satu sama lain, meskipun dalam keadaan sulit.
Anak-anak Minyoung tertawa kecil melihat pemandangan keluarga Jennie yang penuh kehangatan dan kelucuan. Mereka sangat menggemaskan. Jisoo, yang merasa bangga karena Jennie membelanya, berkata,
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Maker
FanfictionJennie dan Jisoo memiliki adik lagi diusia mereka yang sudah dua puluh tahun. Saat lahir adik kembar mereka suka membuat ulah dan menjadikan mereka sebagai korban kenakalannya. - Blackpink Siblings -