Taecyeon yang masih terkejut melihat sisi lain dari putrinya lantas bertanya,
"Apa Jennie sering seperti ini?" tanyanya pada Jessica sambil menatap Jennie yang tertidur pulas dipangkuannya.
Jessica tersenyum kecil, mengangguk. "Ya, begitulah. Kadang masih suka manja, apalagi kalau lagi capek"
Jennie, yang hanya tidur lima menit, terbangun dengan kondisi setengah sadar. Ia langsung mengangkat telepon tanpa melihat siapa peneleponnya.
"Halo" jawabnya dengan suara serak dan setengah mengantuk. Karena masih dalam keadaan setengah tidur, Jennie tidak fokus pada apa yang dikatakan oleh si penelepon. Jessica yang duduk di sampingnya, penasaran, menyalakan loudspeaker.
"Miss Jennie Kim, bagaimana dengan proyek kita hari itu?" terdengar suara dari ujung telepon.
"Nugu?" Jennie menjawab dalam bahasa Korea, masih belum sepenuhnya sadar.
"Apa? Saya tidak mengerti bahasa Korea" jawab si penelepon dengan bingung.
Setelah beberapa detik terdiam, Jennie akhirnya sadar kalau ini adalah klien penting. Ia langsung terduduk, membuang empeng yang tadi dipegangnya, dan berbicara dalam bahasa Inggris dengan cepat dan profesional, mendiskusikan proyek mereka. Setelah panggilan selesai, Jennie menjambak rambutnya sendiri dengan frustrasi.
"Aish, hampir saja berantakan"
Jessica tertawa kecil sambil menggeleng. "Makanya, tidur lagi"
Jennie mengeluh, "Ya gimana Mom, si Joohyun terus-terusan kasih aku tugas paling banyak. Kemarin aja aku nggak sempat tidur. Dari rumah sakit aku langsung ke kantor. Eh, pas mau tidur ada aja gangguan"
Semua orang yang mendengarnya merasa iba. Jisoo, yang melihat kondisi adiknya, langsung protes, "Makanya udah gue bilang keluar aja dari rumah sakit itu dan fokus sama perusahaan. Lo jadi capek sendiri"
Jennie tertawa kecil sambil menggeleng. "Sayang dong, Unn. Gue capek-capek kuliah kedokteran masa nggak jadi dokter?"
Jisoo mendengus. "Ya kan Lo nggak mau jadi dokter awalnya, kenapa dipaksain? Jalani aja apa yang Lo suka. Kenapa harus nurut banget sama Daddy?" ucapnya, melirik ke arah Jaejoong yang langsung merasa bersalah.
Jennie, yang selalu membela ayahnya, menjawab dengan tenang,
"Selagi itu buat kebaikan kita sendiri, kenapa nggak diturutin? Lagian gue juga nikmatin kok hari-hari jadi dokter"
Setelah itu, Jennie berdiri dan mengambil blazernya.
"Aku harus ke kantor sekarang. Klien pentingku tiba-tiba udah nunggu di sana"
Jessica yang khawatir langsung bertanya,
"Mau kemana? Kamu belum istirahat cukup, jangan dipaksa"
"Kantor, Mom. Klien penting udah tiba-tiba ada di sana" jawab Jennie sambil merapikan bajunya.
"Emang sebelumnya kalian nggak janjian?" Taecyeon yang penasaran bertanya.
"Enggak. Kemarin kita sepakat ketemu di Spanyol, tapi tiba-tiba dia udah di sini tanpa kabar. Aku juga nggak sempat baca pesan dari Chaeyeon tadi" jelas Jennie sambil bersiap-siap.
Jessica, yang khawatir anaknya terlalu lelah, segera memberi perintah. "Ji, temani adikmu ke kantor. Bahaya kalau dia nyetir sendiri"
Jisoo langsung mengangguk, setuju. "Siap, Mom"
Jennie pun berpamitan kepada semua tamu yang ada di ruangan. "Semuanya, aku tinggal dulu ya. Gapapa, kan?"
Mereka semua tersenyum dan mengangguk. "Iya, hati-hati di jalan" jawab mereka serempak.
Dengan Jisoo yang menemaninya, Jennie pun bergegas pergi ke kantor, meski rasa kantuk dan lelah masih jelas terlihat di wajahnya. Tapi sebagai seorang profesional, Jennie tahu, klien dan bisnis tidak bisa menunggu.
Setelah Jennie dan Jisoo pulang usai jam makan malam, suasana di mansion masih ramai. Tamu-tamu dari keluarga Minyoung masih berkumpul, meski Taecyeon sudah pulang. Jessica langsung menyambut mereka.
"Kalian sudah makan?"
"Udah tadi, Mom, di luar" jawab mereka serempak.
Sekarang, mereka semua duduk di ruang keluarga, menikmati suasana hangat sambil mengobrol. Percakapan berputar di sekitar kehidupan sehari-hari dan pekerjaan, ketika tiba-tiba anak perempuan Minyoung menyapa Jennie.
"Jennie" panggilnya lembut.
Jennie yang sedang sibuk memikirkan kliennya langsung menoleh.
"Ne, Unnie?" jawabnya dengan suara lembut dan sedikit canggung.
"Aku senang banget akhirnya bisa ketemu kamu langsung di sini" ucap perempuan itu dengan senyum hangat. "Reputasimu di luar sana luar biasa besar. Semua orang menghormatimu, dan aku sangat kagum. Kurasa kita bisa bekerja sama suatu hari nanti. Aku yakin ada banyak yang bisa kita sinergikan"
Jennie, yang masih merasa canggung dan tidak terbiasa dengan pujian yang berlebihan, hanya mengangguk singkat.
"Terima kasih, Unnie" jawabnya pelan, sambil tersenyum tipis. Di dalam hatinya, Jennie selalu merasa bingung mengapa orang-orang selalu menyanjungnya dengan cara seperti ini. Meskipun dia tahu dirinya berhasil dalam banyak hal, Jennie tetap merasa bahwa dia hanyalah seseorang yang bekerja keras seperti orang lain.
Jisoo, yang duduk di sebelahnya, menyadari rasa canggung Jennie dan mencoba mencairkan suasana.
"Ya, Jennie memang begitu. Dia rendah hati. Padahal, apa yang kalian dengar itu memang benar" seloroh Jisoo sambil menepuk punggung Jennie, membuatnya sedikit tersipu.
Suasana menjadi lebih ringan setelah itu, dan mereka kembali berbicara tentang rencana masa depan dan proyek-proyek yang mungkin bisa dilakukan bersama. Jennie, meskipun masih merasa sedikit canggung, mulai terbiasa dengan pembicaraan ini dan merasa lebih santai. Keluarganya, meskipun sering menyindir dan bercanda dengannya, selalu ada di sisinya, dan itu membuatnya merasa lebih nyaman.
Jennie merasa bersyukur setelah semua badai yang pernah ia lalui, akhirnya ia bisa menemukan kebahagiaan yang selama ini dicari. Ia telah berdamai dengan masa lalu, terutama setelah bertemu dengan ayah kandungnya, Taecyeon. Meskipun hubungan mereka tidak sepenuhnya sempurna, Jennie merasa lega mengetahui kebenaran dan menerima kehadiran Taecyeon dalam hidupnya. Di sisi lain, Jaejoong, ayah angkatnya tidak lagi membencinya. Meskipun mereka masih canggung ketika berbicara, ada sedikit kehangatan yang mulai muncul dalam hubungan mereka.
Satu hal yang membuat Jennie paling bahagia adalah hubungannya dengan Chaelisa, adik perempuannya, yang semakin erat. Seiring berjalannya waktu, mereka tidak hanya tumbuh menjadi saudara yang saling mendukung, tetapi juga menjadi sahabat. Jennie sering menghabiskan waktu bersama Chaelisa di luar rumah, menikmati momen-momen berharga sebagai keluarga.
Jika Jennie memiliki waktu luang di tengah kesibukannya sebagai dokter dan CEO, ia akan merencanakan perjalanan kecil bersama Chaelisa. Mereka mengunjungi tempat-tempat baru, mulai dari taman bermain, kebun binatang, hingga museum, di mana Jennie bisa memperkenalkan dunia luas kepada adiknya. Ia selalu berusaha memberikan waktu berkualitas, karena ia tahu, meskipun sibuk, kehadirannya di samping Chaelisa sangat penting.
Jennie tersenyum bahagia setiap kali melihat tawa dan keceriaan di wajah Chaelisa. Semua perjalanan dan tantangan hidupnya terasa sepadan ketika ia bisa menyaksikan adiknya tumbuh dengan penuh cinta. Di balik semua kesuksesan kariernya, Jennie tahu bahwa kebahagiaan sejatinya ada dalam hubungan yang erat dengan keluarganya.
End
Akhirnya tamat juga guys. Makasih buat pembaca setia trouble maker😇
Untuk pengganti cerita ini masih aku pertimbangkan cerita mana yg mau aku publish. Cuma untuk saat ini, ada cerita shipmom Jennie x Chaelisa yg udh siap. Gatau mau dipublish apa enggaknya. Nantikan aja ya guys infonya di sini...
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Maker
FanfictionJennie dan Jisoo memiliki adik lagi diusia mereka yang sudah dua puluh tahun. Saat lahir adik kembar mereka suka membuat ulah dan menjadikan mereka sebagai korban kenakalannya. - Blackpink Siblings -