Author PoV
Sudah dua hari Tanaya berada di rumah sakit. Kirana ragu apakah ia harus berkunjung ke rumah sakit, ataukah tidak. Sebenarnya, kemarin ia ingin sekali menjenguk sahabatnya itu. Namun, ia takut kalau Agham sedang berada di sana. Ia masih belajar menerima keputusan yang dibuat untuk kesembuhan sahabatnya. Ia jauh lebih menyayangi sahabat yang telah dikenal sejak kecil dibandingkan Agham yang baru beberapa bulan ia kenal.
Hari ini, harusnya Kirana pergi ke sekolah. Baik Nizar ataupun Abi telah menawarkan utnuk mengantarkan Kirana ke sekolah. Namun, ia menolak ajakan keduanya dengan alasan ingin pergi sendiri naik angkutan umum. Sengaja ia menghindari tawaran tersebut, karena ia ingin pergi ke rumah sakit yang diyakininya Agham tidak akan datang pada waktu tersebut.
Dengan langkah pasti, Kirana menghentikan angkot yang melewati rumah sakit tempat Tanaya dirawat. Seperti dugaannya, tidak ada satu orang pun yang menjaga Tanaya pagi ini. Mama dan Papa sudah berangkat kerja, sedangkan Abi, pasti sedang berganti pakaian di rumah. Kirana mengetuk pintu, lalu masuk ke dalam ruang rawat Tanaya.
"Hai.. Kamu Kirana kan yang datang waktu itu?", tanya Tanaya dengan senyum manisnya.
"Hai. Iya, aku Kirana. Kamu boleh panggil aku Ana" jawabnya dengan senyum simpul. "Aku ganggu gak? Kalau kau gak ganggu, boleh aku di sini buat ngobrol sama kamu?" Lanjut Kirana.
"Boleh banget! Aku lagi butuh temen ngobrol soalnya. Eh, tapi bukannya sekarang lagi jam sekolah?" tanya Tanaya sambil melihat jam di ruang rawat.
"Hehe, iya sih. Tapi aku bolos hari ini. Kamu jangan bilang siapa-siapa ya" Ucap Kirana sambil tertawa.
"Lho, kenapa bolos?"
"Aku merasa kehilangan teman di sekolah hari ini. Jadi, aku bolos aja deh." Ucap Kirana berdasarkan kata hatinya.
"Emangnya kamu ga punya sahabat di sekolah?" Pertanyaan dari Tanaya, membuat Kirana diam membeku. Ia tak tau harus menjawab apa. Hingga akhirnya, Kirana mengeluarkan dompet dari dalam tas dan menunjukkan sebuah foto.
"Lho, kok di foto ini ada aku sama pacarku? Ini yang satu lagi, temennya pacarku kan, ya?" Tanya Tanaya kepada Kirana.
"Binggo! Sebenarnya, kita itu sahabatan di sekolah. Kita selalu bareng-bareng. Tapi, aku gatau kenapa kamu bener-bener gak inget sama sekali denganku. Aku kecewa, Nay." Tutur Kirana dengan perasaan sedih yang menyayat hati. "Tapi, walaupun kamu gak inget aku, gapapa. Kita kenalan dan temenan dari awal lagi, yuk!" Ucap Kirana dengan nada semangat guna mematahkan kekecewaan di dirinya.
"Oh, maaf. Aku benar-benar gak inget itu semua. Aku jadi ngerasa jahat sama kamu" ucapnya dengan nada sedih. Terlihat dari raut wajahnya Tanaya, ia merasa tidak enak hati dan sedih kepada Kirana. Namun, energi semangat yang dipancarkan oleh Kirana, membuatnya tersenyum dan gembira.
"Gapapa koook! Kamu mau temenan sama aku aja, aku udah bahagiaaaaaaa banget. Jadi, kamu mau kan temenan sama aku?" Tanya Kirana dan dijawab dengan anggukan kepala dari Tanaya.
"Jadi, untuk memulai pertemanan dan persahabatan kita, apa yang mau kita bahas sekarang?" Tanya Tanaya kepada Kirana. Kirana sibuk membuka tasnya dan mengeluarkan sesuatu.
"Taraaaaaa. Kamu tau ini gak?" Kirana memperlihatkan sebuah permainan yang sering mereka mainkan bersama.
"Tau dong, aku sering main sama abang dan mas ku. Kadang aku juga main sama mama dan papa." Ujarnya dengan ceria saat melihat permainan kartu yang dibawa oleh Kirana.
"Jadi, kamu mau main ini? Aku kocok ya kartunya", dengan semangat Kirana mengocok kartu dan memberikan 7 buah kartu kepada Tanaya.
"Ih suit dulu gak sih. Kalo ga suit kan gak tau siapa yang jalan duluan", ucap Tanaya kepada Kirana.
"Lah iya yaa. Hehe aku lupa. Gunting, batu, kertas aja yaa. Gimana?" Tanya Kirana kepada Tanaya. Dengan isyarat anggukan kecil, mereka memulai suit yang akhirnya dimenangkan oleh Kirana.
Hampir satu jam mereka bermain kartu bersama. Tawa dan canda memenuhi ruangan tersebut. Di luar ruangan, Abi yang bertugas menemani Tanaya hari ini tersenyum tipis menahan rasa sakit di dalam hatinya.
"Kenapa harus mereka berdua sih yang mengalami ini?" Tanyanya kepada diri sendiri. Namun, ia tidak sadar bahwa Nizar dan Nilam telah berada di sisinya.
"Udah rencana Allah, Bi. Kita gak bisa nyalahin takdir juga 'kan." Jawab Nizar.
"Tanaya di dalem sama siapa, Bi? Kok lo ga masuk aja ke dalem?" Tanya Nilam.
"Ada Ana, Lam. Gue sengaja diem di luar dari tadi, biar mereka bisa memulai persahabatannya lagi dari awal. Gue senang liat mereka berdua bercanda dan ketawa kayak gini. Apalagi Ana." Ucapnya dengan senyuman getir.
"Lah, Ana gak sekolah? Tadi pagi dia pamitan mau sekolah naik angkot" Cerocos Nizar yang terkejut bahwa adiknya tidak pergi ke sekolah.
"Tadinya gue mau masuk dan negor Ana, tapi pas gue liat situasinya, gue rasa biarin deh Ana bolos dulu. Gue masih pengen liat situasi kaya sekarang di mana mereka berdua main dan ketawa bareng-bareng." Ucap Abi.
"Yasudah. Nanti gue bilang ke ibu, buat izinin Kirana ke walasnya. Paling nanti bikin alesan sakit aja" Jawab Nizar yang segera mengambil handphone untuk mengabari ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesan Terakhir
Ficção AdolescenteKirana, sahabat terbaik Tanaya harus mendapat cobaan-yang cukup- berat. Segala cara ia lakukan demi sahabatnya tersebut tanpa kenal kata menyerah. Akan tetapi, takdir berkata lain. Keadaan kini berbalik kepada Tanaya. Apa yang harus diperbuat Tanaya...