Happy reading
.
.
."Jangan berlari. Biarkan rasa sakit menghampiri. Tapi, jangan biarkan rasa sakit mengambil alih senyuman yang telah kau buat dengan susah payah."~ Oliv
***"Mommy!!" Seru Oliv dengan berlari menuju kearah dapur tempat sang mommy berada.
Hap
Pelukan sayang Oliv berikan dari belakang untuk sang mommy yang terlihat terkejut. "Oliv pulang~" ujarnya dengan bernada. Mengintip kecil kearah tangan sang mommy yang terlihat lihai dalam memotong sayuran.
"Jangan seperti itu, nanti kalau terkena pisau bagaimana?" Tanya Belinda khawatir, melepas pisau ditangannya dan mengelus pelan tangan mungil yang sedang melingkar pada pinggang nya.
"Hehe~ Oliv mau minum susu mommy.. tadi kakak tidak kasih susu sama Oliv." Adunya dengan nada melas. Dia sungguh haus sekarang.
"Makan nasi mau?" Tawar Belinda yang sekarang sudah berbalik menghadap Oliv.
Oliv menggeleng keras, "Oliv haus bukan lapar!"
"Air putih?"
"Iya, susu air putih!" Jawab Oliv dengan terkekeh kecil.
Belinda berdecak kesal, selalu saja ada jawaban dari Oliv. "Air mineral."
"Tidak suka! Maunya susu dulu, nanti air mineralnya mommy.." rengek Oliv.
Tak menggubris, Belinda langsung melepas pelukannya dan mengambil air untuk Oliv. "Minum!"
Oliv mencebik, mengambil segelas air itu dengan lesu.
"Nanti sore mommy Shira dan mama Mira akan main ke sini." Beritahu Belinda pada Oliv yang akan melangkah.
"Kenapa? Kak Jerome ikut?" Tanya Oliv dengan alis terangkat sebelah.
"Hm, katanya ingin menemui Oliv." Kekeh Belinda, dia tidak menyangka bahwa teman nya langsung menyukai Oliv. Pesona Oliv memang tidak bisa diragukan lagi.
"Oliv mau mandi dulu."
.
.
.Oliv membuka pintu kamar nya dengan perasaan takut, selalu seperti ini. Menatap kesegala arah untuk menghilangkan rasa khawatirnya, dia merasa ada yang aneh dengan kamar nya.
Mulai melangkah memasuki kamar nya dan menaruh tasnya pada meja belajar. Merebahkan tubuhnya pada kasur empuknya dengan helaan nafas panjang yang tidak henti-hentinya ia keluarkan.
Ujung matanya selalu mengarah pada boneka besar yang dia taruh tepat disampingnya. "Jangan liatin Oliv terus!" Dia sungguh takut dengan boneka itu, dia merasa diperhatikan setiap hari. Ingin membuangnya, tapi Jerome melarang nya karena itu adalah hadiah spesial darinya.
Tangannya meraih boneka itu dan mulai memperhatikan nya lekat. Sebelah mata boneka itu terlihat aneh dengan adanya pancaran merah kecil disana.
"Hay Kitty."
Dua kata itu mampu membuat Oliv terkejut. Dengan refleks dia langsung berdiri dan menatap kearah pintu kamarnya. Kapan pemuda itu membuka pintu kamar nya? Atau, apakah dia yang lupa menutup nya tadi?
"Kenapa masuk kamar Oliv?!" Tanya Oliv dengan berjalan keluar kamar.
"Tidak ingin berganti pakaian?" Bukannya menjawab pertanyaan Oliv, Jerome malah bertanya balik.
"Tidak mau!" Sentak Oliv saat tangannya di genggaman erat oleh Jerome.
"Why? Aku akan menunggu di sini." Jerome melangkah menuju pintu kamar dan menguncinya. Kembali berjalan kearah Oliv yang terlihat takut? Entahlah, ekspresi itu terlihat begitu lucu dimatanya.
"Kenapa diam? Ingin dipakai kan?" Tanya Jerome dengan tangannya yang mulai mengelus leher Oliv pelan. Tersenyum miring saat melihat tatapan takut yang ditunjukkan Oliv untuknya. Rasanya begitu menyenangkan melihat wajah menggemaskan yang biasanya menatapnya dengan tatapan sinis, sekarang terlihat seperti kelinci kecil yang sedang waspada.
"Keluar sana!" Pekik Oliv dengan mendorong tubuh tegap itu agar menjauh darinya. Seluruh tubuhnya meremang entah karena apa, sangat tidak nyaman.
"Haha.. sorry~ cepatlah, mommy sedang menunggu di bawah." Bisik Jerome dan mulai merebahkan tubuhnya pada kasur yang tersedia di sana.
Oliv langsung saja berlari kearah pintu kamar, dia begitu takut dengan pemuda ini.
Dahi sempit itu mengkerut dalam saat tangannya tidak bisa membuka pintu. "Kenapa di kunci?! Kembaliin kunci nya!" Pekik Oliv emosi.
"Aku bilang ganti pakaian nya sayang.." suara Jerome terdengar rendah dan serak. Menatap tajam kearah Oliv yang sekarang terlihat takut dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.
"I said hurry up honey.." Jerome mendekat dan mengelus bibir peach itu dengan lembut. Menjilati bibirnya dengan sensual, "Or... Do you want me to help you?" Jari-jari besarnya mulai membuka paksa mulut mungil itu dengan kasar. "Jawab!" Kesal Jerome yang sama sekali tidak mendapatkan respon dari kucing kecilnya ini.
Oliv menggeleng dengan air mata nya yang mulai mengalir deras. Dia sungguh takut. Dia ingin mengadu pada keluarga nya, tapi dia tidak memiliki keberanian. Mendapatkan prilaku seperti ini setiap hari sungguh melelahkan, apalagi dia harus berpura-pura baik-baik saja.
"Maaf, hiks.." lirih Oliv dengan tangannya yang sekarang naik untuk mengusap air matanya.
Jerome tersenyum lebar dan mulai mengelus rambut Oliv dengan lembut. "Jangan menangis.. aku khawatir Kitty." Lirih Jerome dengan menangkup pipi bulat itu.
Cup
Mendaratkan bibirnya tepat pada bibir mungil itu dengan lumatan kecil yang ia berikan. "Good girl."
.
.
.Oliv turun ke lantai dasar dengan senyuman lebar yang ia keluarkan.
"Kakak!" Pekik Oliv saat melihat keberadaan Adrian di atas sofa dengan satu toples kue pie di pangkuannya.
Berdiri di depan sang kakak dan merampas toples kue pie nya. "Kenapa curi pie Oliv!" Marahnya pada Adrian yang terlihat santai.
"Kakak gak nyuri, kakak ambil di dapur." Jawab Adrian dengan membawa Oliv agar duduk di sebelahnya.
Mata elang nya melirik kearah Jerome yang sekarang duduk di sebelah Oliv. Berdecak kesal dan mulai membawa Oliv pergi dari sana dengan menggendong nya.
"Mau kemana?" Tanya Oliv dengan menyenderkan kepalanya pada dada bidang sang kakak. Dia tiba-tiba saja tersenyum lucu saat mengingat dulu kakak nya selalu marah padanya.
"Kemanapun selain melihat bajingan itu." Jawab Adrian dengan kesal.
Oliv tertawa kecil saat mendengar jawaban sang kakak, memang benar, pemuda itu bajingan gila.
"Oliv mau minum susu." Serunya tiba-tiba.
"Tidak boleh."
"Kenapa?"
"Ayah bilang adek gak boleh minum susu sampai beberapa hari kedepan."
"Ya makanya kenapa?!" Pekik Oliv kesal. Kenapa dia tidak boleh meminum susu lagi tanpa adanya penjelasan yang benar-benar jelas.
"Karena adek gak mau makan." Gemas Adrian dengan menggigit pipi bulat itu.
"Aaaa... Kakak kenapa masih suka gigit pipi Oliv sih!!" Kesal Oliv dengan menampar bibir Adrian cukup keras.
"Benarkah? Kakak kira ini bakpao.." kekeh Adrian. Mencuri satu kecupan pada pipi bulat itu dengan gemas. Adiknya tetap sama, menggemaskan bagaikan bayi.
.
.
.Utarakan kekesalan kalian... Disini dark dark ya~ tapi masih ada gemoy gemoy nya... Beda kayak book Oliv S1 mwehehe ~🙃🔥
Book ini juga kayaknya gak bakalan panjang, sekitaran 20 bab? ¯\_( ͡° ͜ʖ ͡°)_/¯
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Oliv (little baby girl)
Short StoryS2 dari, Olivia Xavier Helton✓ . . . Jika bingung, baca S1 nya dulu(☞゚∀゚)☞ Mungkin book ini akan slow up 。◕‿◕。