Menjadi Vampir

91 14 9
                                    

Mobil itu tiba kembali di Mansion kediaman Tristan. Begitu berhenti, Galang, Tristan, dan Thea lekas keluar dari sana. Sambil melesat, ketiganya masuk kedalam Mansion itu. Tak lupa Tristan yang menepuk tangannya dulu sebelum akhirnya pintu terbuka sendiri.

Di dalam Ruang Tamu, Rupanya sudah ada Liora, Yasha, John, dan Jordan yang menyambut. Walaupun Liora agak jengkel, namun ia harus bersikap baik kali ini.

"Silahkan duduk, Galang." Ucap Liora yang dipaksa-paksakan untuk ramah.

Galang hanya mengangguk. Namun ia tak menuruti Liora. Sejujurnya, Galang agak sedikit canggung.

"Lo tunggu disini dulu, Galang. Gue mau mastiin keadaannya Digo dulu." Ucap Tristan dan Galang pun mengangguk.

Setelah itu, Tristan melesat memasuki Kamarnya Digo. Diikuti oleh Yasha, John, dan Jordan.

"Lo mau minum apa? Biar gue bikinin." Tanya Thea berbasa-basi. Liora hanya melirik sinis mendengarnya. Mana ada minuman di Rumah ini?

"Gak usah, deh! Gue biasa minum susu. Tapi gue yakin, disini gak bakal ada susu, kan? Ya kali, vampir minum susu?" Ujar Galang membuat Thea terkekeh. Ia senang, karna keadaan Galang sekarang sudah jauh lebih tenang daripada tadi.

Mendengar obrolan tak penting mereka, Liora mendelik sinis. Ia kembali duduk di sofa karna dirasa Galang tak berniat untuk duduk sedikitpun. Alhasil, Liora melanjutkan kegiatannya yang tadi sempat tertunda. Yaitu membaca koran.

Baru saja Galang dan Thea masih saling terkekeh, tiba-tiba mereka tersentak kaget karna mendengar teriakkan Digo dari dalam Kamar. Begitu pun juga Liora yang ikut kaget.

"GUE GAK MAU! GAK MAU! LEBIH BAIK GUE MATI DARIPADA MINTA BANTUAN SAMA BANGSA SERIGALA SIALAN ITU! APALAGI SERIGALA ITU GALANG! GUE LEBIH BAIK MATI DARI PADA BERHUTANG BUDI SAMA GALANG BRENGSEK ITU."

Seketika Thea melirik Galang. Ia merasa tak enak hati pada laki-laki yang ada disebelahnya itu. Baru saja Galang tertimpa musibah. Kenapa harus ini yang ia dengar?

Liora pun juga tak enak hati pada Galang. Walaupun ia membenci Galang, tapi ia masih tau bagaimana caranya bersikap. Gimanapun juga, keluarga mereka lah yang meminta bantuan pada Galang terlebih dahulu.

Jangan tanya bagaimana keadaan Galang sekarang? Wajahnya sudah merah padam menahan amarah. Ia amat tersinggung oleh kalimat Digo barusan.

Ceklek...

Tristan, Yasha, John, dan Jordan keluar dari Kamar Digo. Keempatnya menunduk malu terhadap Galang. Pasti Galang telah mendengar semuanya.

"Ada apa sama Digo?" Tanya Galang pelan walaupun hatinya sudah menyimpan amarah.

"Digo gak mau diobatin sama lo. Seperti biasa, dia emang selalu keras kepala. Padahal ini demi kebaikan dia." Desis Tristan kesal.

"Mungkin, Digo hanya butuh waktu. Nanti kalo dia udah gak kuat dengan rasa sakitnya, dia pasti mau, kok!" Ujar Thea untuk meyakinkan Galang.

Namun Galang hanya diam tak bergeming. Jika menunggu nanti, bagaimana dengan papsky nya? Tak mau mengulur waktu, Galang memilih melesat pergi guna mencari solusi lain.

"Galang!" Panggil Tristan namun tak di gubris, "Thea! Kejar dia." Pintanya pada Thea.

"Galang!" Panggil Thea dan langsung melesat menyusulnya.

Begitu di luar, Thea berhasil menghentikan Galang. Galang pun hanya bisa menghela napas. Bagaimanapun juga, ia sedang menahan marah.

"Galang! Lo harus sabar. Pasti Digo gak akan kuat dengan rasa sakitnya."

"Ini bukan masalah sabar atau bukan, Thea! Ini soal papsky gue. Gue harus cari solusi, gimana caranya supaya papsky gak jadi vampir?" Ujar Galang frustasi. Otaknya sudah buntu untuk mencarikan solusi.

Immortal Creature (GGS Fanfiction My Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang