Jeno menatap Haechan sekilas saat bisikan itu memasuki telinganya. Wajahnya tetap tenang, meskipun dalam hatinya ada desakan yang ingin segera kembali ke sisi Jaemin. Namun, tugas di depannya tidak bisa diabaikan. Ia mengangguk perlahan, menerima kenyataan bahwa Jaemin mulai bergerak, mungkin pulih, mungkin tidak—tetapi itu urusan nanti.
Ruangan strategi mulai dipenuhi anggota tim lain yang satu per satu masuk. Mark dan Jaehyun duduk di pojok, mengamati dengan cermat. Wajah-wajah tegang, cemas, dan waspada kini memenuhi ruang yang terasa lebih kecil dari biasanya. Haechan masih fokus membalut luka di punggung Jeno, jari-jarinya teliti, menghindari luka yang lebih dalam agar tidak terinfeksi.
Jeno akhirnya menarik napas dalam-dalam sebelum mulai bicara. Suaranya rendah, tetapi tegas. "Jaemin sudah stabil untuk sekarang. Kondisinya berat setelah... semuanya terjadi. Dia butuh waktu, dan aku harap kita semua bisa memberikan itu tanpa memicu kecurigaan lebih lanjut. Dia bukan musuh kita. Tidak ada yang perlu mencurigainya lagi."
Beberapa anggota tim saling bertukar pandang, masih diliputi rasa bersalah. Ketegangan belum sepenuhnya hilang dari ruangan itu, namun perkataan Jeno membawa bobot yang tak bisa diabaikan.
Mark, yang duduk bersandar dengan lengan terlipat, melirik Jeno. "Kita semua tahu, tapi luka yang dia tinggalkan pada tim ini bukan hanya fisik, Jen. Apa yang dilakukan Lucas dan Jungwoo membuat fakta bahwa tim ini bisa dimasuki pengkhianat adalah hal yang dapat menjadi benih keraguan kedepannya."
Jeno mengangguk, memahami. "Aku tahu. Tapi yang lebih penting sekarang, adalah kita fokus pada ancaman dari luar. Siwon mungkin akan tenang sementara waktu karena pergerakan terakhirnya gagal, tapi jangan salah paham—itu belum berakhir."
"Siwon memang terpojok," lanjut Jeno, matanya mengitari seluruh ruangan, memastikan semua orang mendengar dengan jelas. "Tapi dia punya dukungan. Ada seseorang di balik semua ini. Dan orang itu jauh lebih berbahaya daripada Siwon sendiri. Kita harus bersiap menghadapi serangan lanjutan."
Jaehyun, yang selama ini diam, akhirnya angkat bicara. "Ada bukti tentang siapa yang mendukung Siwon?"
Jeno menatap Jaehyun dengan serius. "Belum ada nama, tapi kita tahu mereka ada di sana. Mereka mendanai, menggerakkan pasukan, dan memberi Siwon sumber daya. Serangan besar akan datang—mereka hanya menunggu saat yang tepat."
Suasana ruangan semakin menegang. Semua tahu, meskipun Siwon telah digagalkan, ini hanyalah awal dari sesuatu yang lebih besar dan lebih menakutkan.
Haechan selesai membersihkan luka terakhir Jeno, tangannya berhenti sejenak di atas perban yang baru saja dipasangnya. "Jadi, apa rencana kita sekarang? Kita nggak bisa cuma duduk menunggu serangan, kan?"
Jeno mengangguk pelan, tatapannya tajam. "Kita akan bertahan dan memperkuat semua yang kita punya. Rencana Siwon mungkin mundur, tapi itu bukan alasan untuk lengah. Mulai sekarang, kita fokus pada persiapan. Pergerakan mereka akan lebih halus dan sulit dideteksi. Kita harus selalu selangkah lebih maju."
Mark dan Jaehyun mengangguk setuju, sementara Haechan berdiri di belakang Jeno, wajahnya serius. Tidak ada yang meremehkan ancaman yang baru saja diungkap Jeno. Mereka tahu bahwa kekuatan yang tersembunyi di balik Siwon bisa menghancurkan semuanya jika tidak hati-hati.
Jeno memandang anggota tim satu per satu, dan meskipun tubuhnya dipenuhi luka, suaranya tetap penuh keyakinan. "Mulai hari ini, kita tidak hanya bertarung untuk bertahan. Kita akan melawan balik."
Di tengah ketegangan yang menggantung di udara, semua orang menyadari satu hal: pertempuran ini belum selesai. Mereka tidak hanya berhadapan dengan musuh yang tampak jelas, tetapi juga musuh dalam bayangan yang lebih sulit dihadapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bond IN Bondage S2 || Nomin~
Fanfiction"Take one more step and I swear I'll kill you." Ujar Jaemin dengan raut wajah tenang namun membawa nafsu membunuh di matanya. "Be good and I'll bring you to Cloud Nine." Ujar Jeno. _BXB _Boys Love _Hardcore _BDSM _Torture _Punishment _Thriller BUKAN...