Bab 14 : Sesuatu di kamar 🔞

2K 86 2
                                    

Juli dan Faisal kini saling berhadapan, tatapan Faisal yang lembut membuat hati Juli bergetar. Dengan penuh rasa sayang, Juli memeluk Faisal erat-erat. Faisal, merasakan kehangatan pelukan Juli, menutup matanya dan membalas dengan dekapan yang penuh kasih.

Senyum Faisal menciptakan suasana hangat di antara mereka, sementara Juli dengan lembut mengelus pipi Faisal yang halus. Sentuhan itu membuat Faisal terhanyut dalam perasaan nyaman, meski ia berusaha untuk tidur, matanya tetap enggan terpejam, terpesona oleh kehadiran Juli di sampingnya.

“Aku boleh nanya?” Faisal bertanya, mata yang bersinar dan alis terangkat, menatap Juli dengan penuh rasa ingin tahu.

Of course,” jawab Juli lembut, senyumnya semakin melebar.

Tangan Juli tak bisa diam, terus mengelus kepala Faisal, membawanya pada rasa nyaman yang mendalam.

“Kamu kelahiran berapa?” tanya Faisal, semakin antusias menatap Juli.

“2006,” Juli menjawab sambil fokus pada Faisal yang terbaring di sampingnya. “Lo?” alisnya terangkat.

“2007,” Faisal menjawab. Sejenak, ia terdiam sebelum melanjutkan, “Aku boleh panggil kamu Kakak?” pinta Faisal, dengan wajah lugu yang menggemaskan.

Juli tersenyum dan mengangguk setuju. “Anything for you,” balasnya. Faisal merasa senang bisa memanggil Juli dengan sebutan itu; baginya, Juli seperti seorang kakak yang selalu bisa melindungi dan membuat kenyamanan baginya.

“Oke, Kak Juli!” senyum antusias Faisal terpancar, dan ia berusaha menutup matanya, ingin terlelap dalam dekapan Juli. Namun, sulit baginya untuk tidur.

Cute name, Sal,” Juli terkekeh, mendekatkan wajahnya ke Faisal yang terbaring. “Gua udah nurutin apa yang lo mau, sekarang giliran lo.”

“Kamu mau apa emangnya?” tanya Faisal polos, alisnya terangkat penuh rasa ingin tahu.

Juli terdiam sejenak, menatap wajah Faisal yang cantik. Tangan Juli gatal ingin mengelus wajah itu, menelusuri lembut hingga ke bibir Faisal.

“Mau kamu,” jawabnya, matanya tak mampu beralih dari bibir merona Faisal yang seolah memanggilnya.

Faisal tersenyum, pipinya merona. “Mau yang mana?” tanyanya antusias, mulutnya membentuk senyum lebar. “Kanan atau kiri?” Ia menoleh ke kanan dan kiri, memperlihatkan pipi halusnya.

Juli terdiam sejenak, mengangkat kepalanya dan memandang Faisal. Tanpa ragu, ia mendekat, hingga bibirnya akhirnya bertemu dengan bibir Faisal.

Juli langsung menempelkan bibirnya dengan bibir Faisal yang sudah memanggilnya. Ia kemudian melumat halus bibir Faisal hingga basah. Awalnya, Faisal hanya diam tidak menikmati. Namun, dengan sengaja Juli mengigit bibir Faisal dan membuat Faisal membuka bibirnya.

Juli menggunakan kesempatan itu untuk memasukkan lidahnya, ia mengabsen beberapa gigi yang ada di mulut Faisal. Bertukar saliva hingga mereka merasakan adanya kenikmatan yang ada.

"Mphhhhhhhhhakk" Suara kenikmatan tiba-tiba meluncur dari bibir Faisal, sementara wajahnya memerah malu. Juli mengangkat kepalanya, berusaha mengambil napas dalam-dalam, meresapi momen yang penuh intensitas dan kehangatan antara mereka.

Juli tersenyum manis saat melihat wajah Faisal yang merona. Dengan nakal, ia mengelus pipi Faisal sebelum tangannya perlahan turun, menyentuh dada datarnya, menambah hangat suasana di antara mereka.

"K-kak?" tangan Faisal mencoba untuk melindungi area sensitifnya. Juli yang tak mempedulikan Faisal itu malah menahan tangan Faisal dengan tangan nya yang satu nya, dan ia pun perlahan membuka kancing seragam Faisal.

"K-kak? punya aku belum adaan" ujarnya merenggek.

Juli menyudutkan senyumannya, ia memang melihat susu milik Faisal itu kecil. Namun, setahu dia kecil juga bisa menghasilkan jika ia hisap.

"Gapapa, Sal. Biar gua pancing" katanya 

Tanpa mendengarkan kata kata Faisal, Juli mengarahkan pandangannya ke arah puting kecil milik Faisal, wajahnya sudah senang dan tak lama ia pun menghisap puting itu hingga membuat Faisal menahan rasa sakitnya dengan memegang seprai kasur

"Mph....ahhhhkkkkk....s-sakkkitttt....k-kakkkk" Faisal menjerit, dan Juli segera menutup mulutnya dengan lembut menggunakan lengannya. Bola mata Faisal membulat tajam, panik menyelimuti dirinya karena takut teriakannya terdengar oleh teman-temannya.

"Sut, diem! Nanti kedengeran," ujarnya dengan nada sedikit kasar, membuat Faisal terdiam dengan mata yang berkaca-kaca.

Melihat ketakutan di mata Faisal, Juli merasa tidak enak. Ia memeluknya erat, mengelus punggungnya dengan lembut. "Gua minta maaf, ya, kalau udah nyakitin lo. Sumpah, tadi gua nggak sengaja terbawa hawa nafsu," bisiknya tulus

Let's falling in love with me (gxb)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang