20• || Pasar Malam

22 7 1
                                    

Happy Reading Gayss

"Kincir angin itu mengajarkan kita bahwa roda kehidupan benar adanya. Kadang kita di atas untuk menikmati nikamat Allah SWT dan kadang juga di bawah untuk bergantian dengan ia yang lebih layak lagi.

_Debby Rasella Molla

Abi baru saja selesai dengan ritual mandinya dan sekarang telah lengkap dengan setelan casualnya, baju kaos hitam polos serta celana jins hitam.

Rencananya sore ini ia ingin berkunjung ke suatu tempat bersama Zizil. Siang tadi ia baru kembali dari panti asuhan, setelah puas bermain Zizil merengek ingin pulang.

"Udah siap?" tanya Abi mendapati Zizil yang berdiri di depan pintu kamarnya.

"Udah," jawab Zizil singkat.

"Sok cool banget dih," cetus Abi merosting sang adik.

"Kalau jametkan bang Nuel," celetuk Zizil yang membuat Abi tertawa terbahak-bahak.

"Melon gak ikut?" tanya Abi lagi ketika tidak melihat Melon dalam gendongan Zizil.

"Enggak. Melon lagi capek katanya," jawab Zizil.

"Ada-ada aja. Yaudah ayo jalan," ajak Abi menutup pintu kamarnya. Mereka memang mengobrol di depan pintu kamar Abi.

Untuk pertama kalinya Melon tidak ada ditengah keduanya, entah kenapa juga Zizil tidak ingin hewan berbulu coklat itu ikut. Zizil anteng duduk di samping Abi, ia asik menonton dua botak kembar ditap miliknya.

Keduanya telah sampai dibangunan serba putih itu, salah satu rumah sakit besar di kota itu. Abi dan Zizil keluar dari mobil dengan masker sebagai perlindungan diri.

Zizil mengekor di belakang Abi seperti anak bebek menyusuri lorong rumah sakit yang sunyi itu. Tibalah mereka di depan ruangan VVIP, Abi berhenti dan membuat Zizil terpental di belakang karna tak fokus kedepan.

"Berhenti kok gak bilang-bilang sih, liat nih Zizil jadi jatuh." Omel Zizil beracak pinggang setelah bangkit dari duduknya di lantai.

"Siapa suruh jalan di belakang, salah sendiri kamunya." Elak Abi tak ingin disalahkan.

"Abang tuh yang jalannya cepet banget. Kaki abang panjang, beda dong sama kaki Zizil yang masih comel ini." Ucap Zizil memperlihatkan kakinya.

"Males debat Zil, buruan masuk atau abang tinggal." Ancam Abi yang sudah membuka pintu agar Zizil segera masuk.

"Halo mamy," ucap Zizil lirih mencium punggung tangan Yoora.

Keduanya datang ke rumah sakit untuk mencenguk sang mamy. Zizil lebih sering datang bersama baby siternya ketika gabut di rumah, tapi kali ini ia datang bersama Abi.

Abi duduk disofa dengan memainkan handphone ditangannya, sedangkan Zizil sudah duduk di atas brankar rumah sakit tetap di samping sang mamy.

Zizil akan bercerita tentang banyak hal ketika berkunjung, ia tak akan suka jika abangnya merecokinya, jadilah Abi hanya duduk di sofa tanpa mengganggu gadis kecil itu.

"Melon gak ikut hari ini. Dia gak mau katanya Mi." Ucap Zizil mengadukan Melon si kelinci.

"Zizil pernah ketemu kakak-kakak yang mirip Mamy, kakaknya nolongin Zizil loh Mi. Tadi pagi Zizil abis main sama temen-temen yang di panti asuhan, kasihan yah mereka Mi. Daddy gak suka sama Zizil, dia gak pernah main sama Zizil. Daddy selalu marah kalau Zizil deket-deket. Zizil selalu sendiri, ayo Mamy cepetan bangun. Zizil mau main sama Mamy, mau jalan-jalan sama Mamy, mau dimasakin sama Mamy, terus banyak lagi. Pokoknya Zizil mau sama Mamy terus," celotehan panjang itu diakhiri dengan suara tangis kecil.

Debby Rasella Molla {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang