Ϲһα⍴tᥱr 69

2 1 0
                                    

"Aku kemari ingin menemui kalian, "

"Ada apa kak?' Tanya Candra yang kemudian mengelap air matanya.

"Minggu depan kakak ada proyek di India. Dan kemungkinan kakak berada di sana kurang lebih sebulan, "

"Wah itu bagus dong kak, "

"Tapi kakak ada masalah besar, "

"Semua klien kakak sudah tertarik dengan cara kerja Leyna. Bukan masalah kakak takut klien batal kerja sama dengan kakak, tapi kakak juga tidak mau mengecewakan mereka, "

"So? Apa kakak mau membawa Veyna sebagai gantinya? Tidak mungkin kan? Apalagi dia, maaf. Dia cuma lulusan SMP, "

"Kau benar dik, "

"Kenapa tidak kakak sendiri yang kesana?"

"Tidak bisa juga dik. Setiap perusahaan harus di wakilkan 2 orang, "

"Dan kakak kepikiran untuk mengajak Selin bersama kakak. Apakah boleh?"

"Wahh. Aku mau kak. Mau, mau... "

"Can. Apa kamu mengizinkan?" Tanya Bella. Candra hanya bisa diam karena jauh dari pengawasannya membuat dia khawatir tentang keselamatan Selin. "Candra. Kakak tau kamu khawatir. Tapi kakak janji  akan selalu menjaga keselamatan Selin di sana, " ucap Bella meyakinkan adiknya. "Tolong jaga dia untukku kak, " ucap Candra sambil memegang pipi Selin dan menatapnya dalam.

----------------


Setelah pemakaman selesai, mereka ke rumah masing-maisng untuk beristirahat. Veyna yang hendak masuk ke kamar, tiba-tiba terkejut melihat Varez mengunci kamar tersebut.

"Kenapa di kunci ayah?"

"Itu kamar Leyna. Setiap sudutnya tidak boleh ada yang mengubahnya. Ayo ayah antarkan kamu ke kamar mu, " ucap Varez yang kemudian merangkul Veyna. Rangkulan itu seketika membuat Veyna terkejut dan menghindar dari ayahnya.

"Nak. Kau tidak apa-apa?"

"Ayah. Aku minta maaf. Ta-tapi, aku sedikit canggung bersentuhan dengan pria, "

"Aku tau kau adalah ayahku sendiri. Darah daging ku. Tapi waktu yang memisahkan kita membuat aku sangat canggung. Apalagi selama aku bertahan hidup aku kerap kali mendapatkan pelecehan secara tidak langsung, "

"Ayah mengerti nak. Ayah tau trauma masa lalu mu sangat kuat. Tapi ayah berjanji padamu, ayah akan menyembuhkan trauma mu, "

Varez kali ini hanya mengandeng tangan Veyna dan membawanya ke kamar. Kamar itu ternyata tepat di sebelah kamar Varez. Dan luas ruangan juga lebih besar dari kamar Leyna. Sebenarnya setiap sudut maupun luas ruangan kamar mereka sama. Hanya saja penataan barang lah yang menentukan luas maupun kecil ruangan itu.

"Ayah ingat kau suka sekali dengan warna hijau. Jadi ayah kasih tema kamar mu nature, "

"Ayah, ini-"

"Tidak usah terkejut nak. Saat ayah membangun rumah ini, ayah selalu mempunyai insting bahwa kau akan kembali. Ibu mu bahkan tidak tau kalau ayah menyiapkan kamar ini untuk mu, " ucap Varez. Veyna tersentuh dengan perilaku ayahnya, yang tetap yakin bahwa dirinya akan kembali.

"Ayah tau kau pasti membenci ayah di masa lalu kan? Sebenarnya hal yang seperti ini yang ayah tidak mau terjadi, "

"Maksud ayah?"

"Nak. Leyna itu duplikat ibumu, sementara kau duplikat ayah. Kau ingat waktu kalian masih paud, beberapa anak nakal menggangu Leyna. Dan kau melawan mereka. Dengan amarah yang kau punya kau bahkan sampai melukai mereka. Itulah mengapa ayah tidak suka melihat kau berkelahi. Ayah takut kau tumbuh menjadi perempuan berdarah dingin seperti ayah. Jiwa itu cukup berhenti di ayah, jangan sampai menghantui jiwa mu juga nak, "

"Sudah lupakan lah. Sekarang kemasi baju-baju mu di dalam lemari. Jika kau butuh bantuan, panggil saja ayah atau ibumu. Kami akan datang membantu mu, " ucap Varez yang kemudian meninggalkan Veyna sendiri di kamarnya.

----------------


Malam harinya. Bella ke rumah Gohar untuk memberitahukan keberangkatannya besok ke India.

"Hai, "

"Dimana paman Gohar?"

"Dia masih bersama anak buah lainnya. Ada apa?"

"Aku kemari mau berpamitan sama dia dan juga kamu, "

"Nona mau kemana?"

"Rakesh. Jangan memanggilku nona, "

"Oh iy aku lupa, "

"Aku ada kerja sama bersama investor besar di India, "

"Wow. Kau akan ke India, ini menakjubkan, " seketika Rakesh teringat akan adik perempuannya di India.

"Em Bella. Bisakah aku meminta bantuan mu, "

"Apa itu, "

Rakesh masuk ke dalam rumah dan mengambil sebuah kantung kecil. Dalam kantung itu berisikan sebuah gelang emas kecil untuk adik perempuan bernama Rathi.

"Apa ini?"

"Bisakah kau memberikan gelang ini pada adikku di sana? Ini fotonya. Nama dia Rathi, "

"Gadis yang manis, "

"Seperti kakaknya, "

"Tapi kau tidak manis, " Bella dan Rakesh bercanda bersama malam itu.

----------------


Sementara itu, Dicto melihat istrinya masih bersedih sejak kemarin malam. Bagaimana tidak, bagi Kyara sosok keponakannya sudah seperti anaknya sendiri. Hal itu membuat dia begitu sedih atas kepergian Leyna. Dicto merupakan suami yang baik dan ingin menghibur nya.

"Kyara sayang. Kau kenapa?"

"Tidak ada, "

"Kita jalan malam yuk, "

"Tidak, "

"Ayolah sayang masa kalah sama orang gila. Orang gila saja setiap hari jalan-jalan, "

"Jadi kau ingin jalan malam?"

"Tentu sayang, "

"Pantas kau seperti orang gila, " jawab Kyara yang seketika membuat Dicto diam merasa malu. Dicto menghampiri Kyara dan langsung memeluknya dari samping.

"Jangan sedih lagi ya sayang. Aku tidak suka melihat mu sedih. Kita doakan yang terbaik untuk Leyna di alam sana, "

"Tapi kali ini aku sedih bukan karena Leyna, "

"Apa itu?"

"Aku sedih karena suamiku sendiri membandingkan dengan orang tidak waras yang hobi jalan-jalan, "

"Eehh tidak begitu sayang. Aku-"

"Dasar cupu. Aku bercanda. Ingin mengajakku jalan kan? Kau bantu aku siapkan Altan. Kita akan jalan malam ini, " Dicto tersenyum karena berhasil melihat senyuman di wajah istrinya. Setelah bersiap-siap, mereka pun pergi untuk quality time melepas rasa kesedihan.

HERNANDES : The Kindness Monster'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang