Ϲһα⍴tᥱr 74

1 1 0
                                    

Di sana Bella langsung masuk dan mencari Rathi sambil membawa sebuah laptop. Saat di perjalan, tiba-tiba Bella di tarik seseorang ke dalam ruangan yang cukup kecil dan gelap.

"Syuttt. Kak Bella ini aku, " ucap Rathi.

"Kenapa kita di sini?"

"Aku mendengar percakapan salah satu petugas. Sharma akan ke sini bersama anak buahnya, "

"Dan kau kenapa kemari lagi kak? Saat ini nyawamu dalam bahaya, "

"Aku kemari ingin membebaskan kalian semua, "

"Tapi gimana caranya?"

"Apakah video rekaman waktu itu sudah kau cadangkan ke akun google mu?"

"Sudah kak sudah, "

"Jika sudah kenapa kau tidak memulihkan cadangan itu kembali di laptop lain?"

"Kak setiap tugas selsai laptop kami dan semua alat komunikasi di sita, "

"Ya sudah begini. Masukkan akun google mu. Pulihkan semua file-file mu, lalu salin kan video itu ke akun ku. Kau mengerti?"

"Baik kak, " Bella memberikan laptop itu pada Rathi untuk mengerjakan tugasnya. Sementara itu Bella berjaga-jaga takutnya ada yang memergoki mereka. Setelah selesai Bella mencabut flashdisk itu dan membawa Rathi diam-diam kabur dari sana. Namun belum sempat mereka mencapai pintu gerbang, tiba-tiba anak buah Sharma menghadang mereka. "Mau kemana kalian?" Bella dan Rathi tidak bisa berkutik. Bella dan Rathi saling menggenggam erat flashdisk tersebut agar tidak di ambil oleh mereka.

"Sudah ku bilang nona. Jangan pernah ikut campur dengan urusan ku. Tapi kau? Sayang sekali malam ini bukan hanya nyawa para gadis di sini yang dalam bahaya. Tapi juga seluruh pasien dan juga dirimu nona Bella, " ucap Sharma.

Selin yang masih menunggu keberangkatannya di bandara di bikin gelisah dengan Bella. Dia terus memikirkan bagaimana nasib Bella. Hingga akhirnya hati tergerak untuk kembali membantu Bella. Selin kembali ke hotel namun dia sama sekali tidak menemukan Bella di sana. Selin mulai panik dan memutuskan untuk pergi ke rumah sakit karena dia yakin pasti Bella menuju kesana.

Singkat cerita, Selin tiba di sana. Dia tidak melihat apa-apa kecuali pagar rumah sakit yang sudah di bentang dengan besi tinggi. Selin terus menelfon Bella namun tidak di angkat karena di dalam rumah sakit tidak ada sinyal sama sekali. Bella keadaannya saat ini lemah dengan kedua rantai mengikat di kakinya. Bella rencananya hendak di beri hukuman gantung oleh Sharma. Tak berselang lama beberapa polisi datang, Selin diam-diam bersembunyi dari polisi itu dan mengikuti mereka yang hendak masuk ke dalam melalui jalan lain.

"Tuan, " sapa ketua komisaris tersebut.

"Ada apa kau kemari?"

"Jika tuan masih ingin hidup sebaiknya lepaskan gadis itu, " ucap komisaris itu mengingatkan Sharma.

"Pak komisaris perkataan mu tentu membuat ku tersinggung. Kau sama saja seperti merendahkan kemampuan anak buahku, "

"Tuan dia merupakan putri Hernandes, "

"Siapa Hernandes. Aku tidak peduli dengan mereka. Jika memang mereka hebat datangkan mereka kemari, "

Di sela perdebatan antara komisaris maupun Sharma. Bella sekilas melihat Selin yang sedang bersembunyi tak jauh dari tempatnya di rantai. Bella lalu melemparkan flashdisk tersebut tepat mengenai kaki Selin. Merasakan ada sesuatu yang menabrak kakinya, Selin melihat ke bawah dan langsung mengambil flashdisk tersebut. Selin melihat ke arah Bella yang seperti meminta Selin untuk kabur dan menyelamatkan flashdisk itu. Selin yang sangat ceroboh itu berlari namun tanpa sadar menjatuhkan sebuah vas bunga hingga membuatnya pecah. "Ups, sorry, " ucap Selin saat semuanya memandangi dirinya. Melihat flashdisk di tangan Selin, Sharma langsung memerintahkan anak buahnya untuk menangkap Selin. "LARI SELIN, " teriak Bella meminta Selin untuk segera lari menyelamatkan diri. Selin berhasil keluar drai rumah sakit itu, dia kemudian berlari ke jalan raya dan meminta bantuan orang sekitar. Namun karena Selin tidak bisa berbahasa India, orang-orang tidak ada yang membantunya karena tak mengerti dengan ucapan Selin. Tak berselang lama anak buah Sharma datang dengan menggunakan jeep untuk mengejar Selin. Dia berusaha lari sekuat tenaga untuk menghindari kejaran anak buah Sharma. Selin lalu menggunakan ponselnya untuk menelfon Candra.

"Hallo sayang. Kau tau saja kalau aku sedang merindukanmu, " ucap Candra dengan nada mesranya.

"CANDRA... " Ucap Selin dengan nafas tergesa-gesa.

"Selin? Kau kenapa?"

"Tolong aku... Sharma... "

"Kau kenapa? Siapa Sharma?"

"Mereka mengejar ku. Mereka- AAAAAA, " ucapan Selin terhenti ketika dia tersandung batu dan terjatuh ke pinggiran jalan.

"Hallo. HALLO SELIN. SELIN, " Candra bingung dan mulai gelisah saat mendapatkan telfon dari Selin.

----------------

Sementara Selin berhasil di tangkap, namun mereka tidak menemukan flashdisk tersebut. Mereka lalu membawa Selin dan juga mengikat Selin bersama gadis-gadis yang lain. Sayangnya malam itu Sharma harus pulang karena istrinya menelfon, dan proses hukum mati Bella di undur esok hari.

----------------


Malam itu Candra keluar dari rumahnya, dan kebetulan ayahnya, Varez, Zyan, Dicto, Gohar, Rakesh, dan beberapa anak buah sedang berkumpul di luar untuk pesta minum-minuman.

"Ayah. Aku harus ke India, "

"Candra. Apa kau sudah tidak tahan sampai-sampai ingin menyusul kekasihmu ke India malam-malam begini?"

"Iya nak ada apa? Jika kau merindukan Selin pergilah besok pagi, "

"Ayah, paman. Ini bukan soal rindu, tapi aku merasa ada yang tidak beres, "

"Hahaha. Kau ini benar-benar rindu mati pada Selin ya? Sampai-sampai kau berpikiran negatif tentangnya, "

"Paman Varez percayalah. Tadi Selin menelfon ku. Dalam telfon itu sepertinya ada seseorang yang sedang mengejarnya. Dan sebelum panggilan kami berakhir aku mendengar Selin berteriak, " jelas Candra. Mendengar penjelasan dari Candra, suasana yang tadinya bahagia berubah menjadi menegangkan.

"Apa kau sudah coba hubungi kakakmu?"

"Sudah ayah. Aku sudah menghubunginya berkali-kali dan juga ponsel Selin. Namun ponsel mereka sama-sama tidak di angkat, "

"Apa lagi yang Selin katakan dalam telfon itu?"

"Oh iya. Dia menyebutkan nama seseorang. Siapa tadi namanya.... Em itu Sharma. Ya Selin tadi menyebut nama Sharma, " ucap Candra. Mendengar nama Sharma, telinga Rakesh melebar dengan tatapan cukup tajam.

"Sharma? Bukan kah dia yang hendak menjadi investor dalam proyek pilihan yang sedang Bella ikuti?" Tanya Varez. Mendengar itu kecurigaan Rakesh semakin menjadi-jadi. Rakesh tau sebenarnya tentang Sharma. Dia juga tau setiap tindakan Sharma selalu di tutup-tutupi oleh pamannya Rattore. Alasan dia tidak mau menjadi abdi negara karena tidak mau mempermainkan janji abdi negara sebagai pelindung negara yang jujur. Dari pada nanti dia menjadi abdi negara dengan bayaran suap, lebih baik dia menjadi penyanyi. Malam itu juga Zyan dan Candra hendak berangkat ke India membawa beberapa anak buahnya.

"Tuan. Apa aku boleh ikut?" Tawar Rakesh. "Untuk apa kau ikut?" Tanya Gohar.

"Paman. Aku yakin ini ada kaitannya dengan adikku. Aku ingin ikut untuk menolong adikku, " ucap Rakesh. Mendengar itu, Zyan sebenarnya ragu membawa Rakesh di karenakan kemampuan bela dirinya yang masih kurang. Tapi Rakesh yang memaksa akhirnya Zyan pun memperbolehkan Rakesh untuk ikut bersama mereka.

HERNANDES : The Kindness Monster'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang