Sementara itu di sisi lain, Ghani dan kedua putranya juga datang ke pesta ulang tahun Zyan. Rupanya Ghani merupakan sahabat lama Zyan dan Varez saat mereka masih muda.
"Selamat ulang tahun sahabat ku, " ucap Ghani sembari memberikan pelukan dan juga beberapa hadiah kecil.
"Sebentar-sebentar. Aku lupa nama mu, "
"Lihatlah si tampan ini. Apa kau lupa dengan sahabat mu sendiri? Aku Ghani, "
"Oh Ghani. Apa kabar kawan?"
"Baik, "
"Apa mereka jagoan mu?"
"Tentu. Ini putra pertama ku Mizan dan ini putra kedua ku Miyaz, "
"Kau menghilang setelah menikah, "
"Aku ikut bersama istriku. Kami kemari karena ada urusan mendadak, "
"Di mana istrimu?"
"Istriku sudah meninggal saat melahirkan Miyaz, "
"Aku turut berduka cita, "
"Oh ya Zyan. Aku masih belum tau bagaimana keluarga mu dan juga kau Varez, "
"Dia istriku namanya Velyn dan ini putriku Veyna dan ini putra ku terakhir Mijay, "
"Kenalkan mereka Candra Kirana. Anak kembar pertama ku. Dan dia Calianna. Dan ini putri kembar terakhir ku Launa Laura. Dan putri sulung ku bernama Bella, dia sudah di India tinggal bersama suaminya, "
"Lalu istrimu?"
"Dia sudah meninggal, "
"Pasti istri mu meninggal karena mu, "
"Maksud mu?"
"Hei baj*ngan. Kau pasti menjadikannya jalang pribadi mu setiap hari, " mendengar itu Zyan tersinggung dan sedikit kesal karena Ghani berani menyebut mendiang istrinya jalang. "Kau pecandu se*s mana mungkin tidak puas dengan istrimu, " sambung Ghani dengan sedikit tawanya. Candra kesal dan ingin sekali menghajar Ghani, tapi Zyan menghentikan putranya.
"Ayolah kenapa kalian begitu serius? Aku hanya bercanda. Kenapa kau diam Varez? Mana mungkin kau tidak tau masa lalu adik mu sendiri. Kalian berdua pernah bermain dengan satu wanita yang sama bukan?" Dicto yang sudah tidak tahan lagi mendekati Ghani dan menodongkan pistol di dadanya dengan sembunyi-sembunyi.
"Jadilah tamu yang baik jika tidak ingin membangunkan singa tuan rumah. Dan berhenti mempermalukan kedua kakakku, jika kau tak ingin melihat kedua putra mu menjadi yatim piatu, " bisik Dicto memberikan ancaman.
"Ayolah tuan Ghani. Kita lupakan masa lalu, dan bersenang-senanglah, " ucap Dicto. Ghani menatap tajam Dicto dan pergi mengajak kedua putranya ke tempat yang lain.
Mereka melanjutkan pesta ulang tahun dengan mencicipi beberapa hidangan di sana. Hingga pada acara utama pemberian hadiah sekalian ucapan untuk Zyan.
"Selamat ulang tahun adikku. Melihat umurmu yang bertambah tua aku sampai lupa berapa umur ku sekarang. Sudahlah apapun itu tetaplah bahagia, dan ini adalah hadiah kecil dari ku, " ucap Varez memberikan sebuah kotak kecil. Zyan membuka kotak tersebut, dan ternyata isinya sebuah cincin yang cukup elegan.
"Terima kasih kak. Kau tau aku malu mendapatkan hadiah seperti ini, "
"Siapa bilang? Kita orang tua juga membutuhkan hadiah, " Zyan tertawa dan memberikan pelukan terhadap kakaknya.
"Selamat ulang tahun kak. Kau semakin tua semakin jelek. Makanya jangan lahir duluan. Oh ya, aku memberikan mu ini, "
"Apa ini Dicto?"
"Perawatan biar kau awet muda, "
"Kau ingin mengejek kakakmu?"
"Tidak-tidak. Itu foto kita bertiga kak. Yang aku ambil waktu peresmian perusahaan pertama kita di Amerika. Mungkin dari segi apapun itu tentu terlihat biasa saja. Tapi dari foto itu ada kisah perjuangan kita bersama kak, "
"Manis sekali. Sini peluk dulu, "
"Tidak. Aku sudah besar, " Zyan tetap memaksa ingin memeluk Dicto sementara Dicto memberontak karena malu di peluk kakaknya depan umum. Varez hanya tertawa melihat kelakuan kedua adiknya.
"Ayah, paman Varez, paman Dicto. Mendekat lah biar aku foto, " ujar Kirana yang megambil foto mereka bertiga. Setelah itu Velyn, Kyara, dan semua anak Hernandes juga ikut mengucapkan selamat ulang tahun dan pemberian hadiah. Setelah semua mengucapkan selamat ulang tahun dan pemberian hadiah, kini tiba saatnya peniupan lilin dan potong kue. Kue yang cukup lebar dan cukup elegan dengan warna hitam di kelilingi ribuan mutiara asli di bawa dengan iringan ratusan anak buah Hernandes. Seluruh anak buah Hernandes berjalan masuk dan berbaris mengelilingi aula pesta ulang tahun. Candra menyalakan lilin tersebut dan meminta ayahnya untuk mengucapkan beberapa doa dan harapan lalu meniup lilin.
"Sebelumnya aku ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada kalian semua telah hadir di acara ini. Jujur sebenarnya usiaku yang sudah cukup tua ini seharusnya tidak perlu mendapatkan ucapan selamat dan hadiah sebanyak ini. Tapi karena ini permintaan keluarga ku, jadi aku harus mengikut mereka. Jika tidak aku akan di hukum oleh kakakku, " mendengar itu semua orang tertawa dengan lelucon Zyan.
"Kak Varez aku bercanda, "
"Oke. Untuk hari yang cukup menyenangkan ini aku hanya mempunyai satu harapan kepada anak-anakku dan juga keluarga ku. Semoga di setiap langkah kami untuk selalu menegakkan keadilan dan kemakmuran di negara ini di berikan kelancaran dan di berkati tuhan. Apapun itu kami lakukan untuk rakyat lemah yang membutuhkan tangan seseorang dalam melindunginya. Maaf aku tidak pandai berpidato seperti pak presiden karena aku bukanlah ahli yang banyak bicara. Intinya apapun itu, harapan ku untuk anak-anakku, untuk keluarga ku, dan untuk negara ku, " ucap Zyan. Candra kemudian mengambil mic dari ayahnya dan meminta ayahnya untuk meniup lilin yang terhitung sekitar 15 lilin. Setelah semua lilin itu padam, Gohar berteriak memberi isyarat dan seluruh pasukan Hernandes melayangkan pistolnya ke udara dan bersama menembakkannya ke langit-langit. Varez, Dicto, dan juga Candra ikut menembakkan pistol ke atas. Selai itu seluruh anggota polisi dan juga tentara ikut menembakkan pistol mereka ke atas. Suara tembakan itu mengalahkan suara asli dari petasan pada umumnya. Zyan tersenyum bahagia melihat banyak cinta yang ia dapatkan dari banyak orang. Lagi-lagi Zyan melihat bayangan istrinya dari kejauhan mengenakan gaun putih indah. Zyan tersenyum dan begitu juga dengan Esmes membalas senyuman itu dan perlahan bayangan itu berubah menjadi asap yang menyatu dengan asap pistol.
Tidak afdol jika mereka tidak melakukan pesta dansa. Musik dansa di stel dan semua orang berdansa mengikuti iringan musik.
"Ayah. Ayo ayah berdansa, "
"Tidak nak, "
"Ayah. Kali ini ayah harus berdansa bersama calon menantu ayah, " ucap Candra yang merangkul Selin. Zyan pun menurutinya dan mengajak Selin untuk berdansa bersamanya. Candra juga ikut berdansa bersama adiknya Kirana. Beberapa putaran indah mereka lakukan hingga pertukaran pasangan. Dimana saat ini Selin bersama Candra dan Kirana bersama ayahnya.
----------------
"Kak Zyan. Aku punya satu permintaan. Bolehkan aku berdansa bersama ayahku di acara pernikahan nanti?"
----------------
Ucapan Esmes di masa lalu teringat kembali saat Zyan melihat putrinya sendiri berdansa dengannya. Ternyata begini rasanya menjadi seorang ayah yang kelak akan di tinggalkan oleh putrinya untuk menikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERNANDES : The Kindness Monster's
Fantasy࿙⃛࿚⃛࿙⃛࿚⃛ ୨୧ ࿙⃛࿚⃛࿙⃛࿚⃛ T𝖾𝗋𝗶𝗆𝗮 𝗸𝗮𝘀𝗶𝗵 𝘀𝗮𝗒𝗮 𝗎𝖼𝗮𝗽𝗸𝗮𝗻 𝗸𝖾𝗽𝗮𝗱𝗮 𝘁𝖾𝗆𝗮𝗻-𝘁𝖾𝗆𝗮𝗻 𝗒𝗮𝗻𝗀 𝘀𝗎𝗱𝗮𝗵 𝗆𝗮𝗎 𝗆𝖾𝗅𝗎𝗮𝗻𝗀𝗸𝗮𝗻 𝘄𝗮𝗸𝘁𝗎𝗻𝗒𝗮 𝗎𝗻𝘁𝗎𝗸 𝗆𝗮𝗆𝗽𝗶𝗋 𝗸𝖾 𝗻𖦹𝘃𝖾𝗅 Μ𝗶𝗆𝗶𝗻 𝗒𝗮𝗻𝗀 𝗯𝖾𝗋𝗷𝗎𝗱𝗎𝗅 Н...