Ϲһα⍴tᥱr 90

1 1 0
                                    

Zyan menghampiri Selin yang baru saja keluar dari toko emas.

"Sedang apa kau di sini?"

"Apakah itu penting bagimu?"

"Selin. Aku tau kau marah, tapi-"

"Tapi apa tuan Zyan? Tapi aku harus memahami bahwa putra mu tidak mungkin melakukan ini semua pada ku? Wow. Seorang Hernandes di kenal dengan keluarga terpandang dengan prinsip mereka membela dan menegakkan keadilan. Apa kalian bisa memberikan keadilan pada gadis seperti ku? Tidak. Kalian sekongkol dalam menutupi kesalahan putra tercinta kalian hanya karena dia merupakan putra Hernandes bukan berarti kesalahannya harus kalian maklumi, "

"Ikut saya, "

"Tidak, "

"Kita selesaikan ini semua dengan Candra, "

"Dia saja sudah tidak mau melihat wajahku. Apa yang mau di selesaikan lagi?"

"Candra sudah membuang ku dan juga darah dagingnya sendiri, "

"Apa yang membuatmu yakin kalau dalam kandungan mu itu adalah anak putra ku, "

"Tuan Zyan. Malam itu aku merayakan hari pernikahan kami yang akan segera datang. Untuk merayakannya kami minum sebotol vodka berjenis billionaire. Aku tidak tau kalau Candra tidak kuat minum minuman seperti itu, "

"Berapa kadar alkoholnya?"

"Aku lupa. Mungkin 70% ke atas, "

"Lalu apa yang terjadi setelah itu?"

"Dia menggodaku, dan aku larut dalam godaannya. Kami melakukannya bersama tanpa ada penolakan. Aku pulang duluan karena aku takut di liat karyawannya. Sebelum pulang aku memasang kembali pakaian Candra, takutnya ada karyawan yang masuk dan melihat Candra tidak berpakaian, " Zyan tersandar lemas di mobilnya. Dia tidak habis pikir bahwa putranya berani melakukan itu. Melihat Zyan sedih, Selin mendekati Zyan untuk menenangkannya. "Aku tidak tau kau percaya atau tidak. Tapi aku berani bersumpah demi janin ini kalau aku berkata jujur, " Zyan hanya diam dan mengusap keras kepalanya. Dia merasa yang di katakan Selin itu benar. Putranya tidak biasa minum dan malam itu dia minum cukup banyak di tambah kadar alkohol yang tinggi membuat dirinya hilang ingatan.

"Aku yang salah. Aku telah gagal jadi ayah yang baik untuk putraku sendiri. Aku pikir Candra sudah cukup dewasa untuk mengambil tindakannya, tapi ternyata... Ini salahku Selin. Aku meminta maaf padamu, " ucap Zyan sambil bertekuk lutut di depan Selin. Melihat itu Selin tidak kuasa menahan air mata melihat Zyan yang sudah dia anggap seperti ayah sendiri bertekuk lutut padanya. Selin membungkuk dan meminta Zyan untuk berdiri, Selin juga memeluk Zyan untuk meredakan rasa kesedihannya. Zyan kemudian mengajak Selin untuk ikut bersamanya, mencari rumah yang nyaman untuk dirinya tinggal. Selin tidak mau rumah yang mewah dan memilih sebuah kontrakan kecil di sebuah desa kecil. Zyan membayar kontrakan Selin untuk 10 tahun ke depan. Zyan juga berkontribusi dalam bahan pokok dan semua kebutuhan Selin. Setelah pulang dari rumah Selin, Zyan masuk ke rumahnya dan langsung menghampiri putranya Candra yang sedang bersama adik-adiknya di ruang tamu.

"Kirana. Bawa adik-adik mu masuk ke kamar, " pinta Zyan. Kirana lalu membawa Calianna dan Launa Laura ke kamar. "Ayah mau bicara dengan mu Candra. Ini soal Selin, " mendengar itu Candra merasa muak dan berdiri meninggalkan Zyan. Zyan kesal melihat perilaku putranya dan langsung menahan bahu Candra.

"Ayah tidak suka jika di saat ayah ingin bicara, anak-anak ayah malah pergi, "

"Aku juga tidak suka jika ada orang yang terus membahas masalah yang sudah-sudah, " jawab Candra. Zyan kesal dan langsung menampar keras Candra. "Masalah belum selesai Candra. Dimana rasa kemanusiaan mu?"

"Rasa kemanusiaan pada siapa ayah? Pada wanita yang sudah mengandung anak orang lain?"

"ORANG LAIN ITU KAU ADYCANDRA HERNANDES. KAULAH YANG HARUS BERTANGGUNG JAWAB ATAS KEHAMILAN SELIN, "

"Apakah wanita itu sudah merayu ayah untuk mengatakan hal ini pada ku? Wow cerdik sekali wanita itu, "

"HENTIKAN OCEHAN MU CANDRA, "

"BERHENTI BERTERIAK-TERIAK PADA KU AYAH, "

"Sampai kapan pun aku tidak akan menerima wanita itu sampai dia mau menggugurkan kandungan itu. Aku tidak sudi menjadi ayah dari anak itu, "

"Apa kau sudah gila? Kau ingin Selin menggugurkan kandungannya? Kau ingin anak itu mati?"

"Kau ingin darah daging mu sendiri mati, dimana hati nurani mu Candra?"

"Aku tidak peduli. Jika dia ingin kembali bersama ku, buang dulu bayi itu, " ucap Candra yang kemudian langsung meninggalkan rumah. Zyan kesal dan melampiaskannya pada vas bunga besar di ruang tamu. Dia menghantam vas itu hingga pecah dan berhamburan. Mendengar pecahan itu Kirana terkejut dan meminta adik-adiknya untuk tetap di kamar. Kirana ke ruang tamu dan melihat pecahan kaca berhamburan di ruang tamu. Kirana meminta pembantu untuk segera membersihkan pecahan kaca tersebut. Kirana juga ke kamar Zyan untuk memastikan ayahnya baik-baik saja. Namun saat di ketuk, Zyan meminta Kirana untuk meninggalkan dirinya sendiri.

----------------

POV : Kediaman Alavarez Hernandes

----------------

Varez yang sedang berdiri di balkon rumahnya. Merasa sedih dengan keluarga adiknya yang saat ini sedang berantakan. Varez masuk ke kamarnya dan mengambil sebuah kotak kecil dari lemarinya. Dalam kotak itu terdapat sebuah kalung perak peninggalan almarhum kakeknya. Kalung itu merupakan kalung simbol keagungan keluarga. Pada saat Varez berumur 8 tahun, kakeknya memberikan kalung ini kepadanya.

"Kakek memberikan kalung ini untuk kau simpan dan kau berikan pada anggota keluarga yang bisa mempersatukan keluarganya, "

Mengingat itu tak di sangka air mata Varez jatuh ke pipinya. "Maafkan aku kakek. Aku masih belum bisa mendapatkan anggota keluarga kita yang berhak atas kalung ini, " batin Varez. Tiba-tiba Velyn datang membuat Varez harus menyembunyikan kembali kalung itu dan mengusap air matanya.

"Aku tinggal ke rumah Zyan bentar. Kondisi saat ini tidak baik untuk Calianna dan Launa Laura. Aku mau membawa mereka untuk tinggal beberapa hari di rumah, "

"Baiklah, "

Velyn lalu pergi meninggalkan Varez dan menuju rumah Zyan. Setibanya di sana, Velyn terkejut melihat beberapa pembantu sedang memilihi pecahan kaca yang berserakan di lantai. Velyn naik ke atas untuk menjenguk anak-anak. Namun saat melewati kamar kirana, Velyn terhenti ketika melihat Kirana menangis sambil memeluk foto ibunya.

"Kirana sayang, " mendengar itu air mata Kirana semakin deras dan berlari ke arah Velyn lalu memeluknya. "Bibi. Apa yang terjadi pada keluarga ku bibi. Aku tidak suka melihat ayah dan kak Candra seperti ini. Aku kasian pada mereka. Mereka jadi saling menyalahkan satu sama lain, " ucap Kirana yang menangis di pelukan Velyn.

"Kamu harus kuat ya nak. Semoga dengan badai yang kalian hadapi ini ada kebahagiaan yang kalian dapat, " Velyn menenangkan Kirana yang masih menangis.  Setelah cukup tenang, Velyn meminta izin pada Kirana untuk membawa adik-adiknya menginap di rumah beberapa hari.

HERNANDES : The Kindness Monster'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang