Ϲһα⍴tᥱr 93

3 1 0
                                    

Saat di dalam mobil Calianna terus memberontak untuk keluar dari mobil. Namun Candra malah mengunci Calianna di dalam mobil dan membawa Calianna pergi meninggalkan kota Dubai untuk selama-lamanya. Zyan begitu frustasi, dia terus menggeram sambil melempar beberapa barang-barang di ruangan itu. Velyn yang takut mengenai anak-anaknya lalu mengajak mereka keluar.

"Ibu. Kenapa keluarga kita seperti ini?" Tanya Veyna yang menangis ketakutan melihat Zyan mengamuk. Velyn hanya memeluk erat anak-anaknya untuk menenangkan mereka. Kerusuhan yang mereka perbuat membuat semua pihak rumah sakit datang menghampiri. Namun karena kondisi Zyan yang begitu hancur tidak ada yang berani mendekati Zyan. Varez terpaksa menyuntikan bius penenang pada Zyan, dan memeluknya erat.

"Kenapa kau bius aku kak. Kenapa kau tidak membunuhku saja?"

Varez dan Dicto yang menangis sama sekali tidak menggubris ucapan Zyan, dan mengangkatnya kembali ke ranjang. Dicto tak kuasa melihat kondisi kakaknya dia bersedih di pelukan Varez. "Ini semua berawal darimu Zyan. Dan harus berakhir di kamu juga, " batin Varez sambil memperhatikan Zyan yang terbaring lemah di ranjang.

----------------

Sementara itu di kepolisian, keempat pelaku akan di jatuhi hukuman gantung dan akan di kirim ke penjara pusat malam ini juga. Mereka di tempatkan di satu sel bersamaan. Miyaz mengatakan malam ini ayahnya Ghani akan melakukan rencana agar mereka semua bebas. Mendengar itu Zahir mempunyai rencana lain untuk bisa kabur bersama Kirana. Zahir juga melihat Kirana yang dari tadi diam dengan tatapan kosong. Kirana tidak bisa berpikir apa-apa karena sudah di penuhi rasa kehancuran. Sementara di rumah sakit, Varez merasa gelisah dengan kasus Kirana. Dia juga mencoba merekam ulang melalui video yang di kirimkan kepadanya. Walau rekaman itu asli tetap saja Varez merasa ada sesuatu yang sedang terjadi tapi mereka tidak bisa menebaknya. Varez tidak sengaja melihat sebuah rekaman yang memperlihatkan Dicto sedang bersama Kirana.

"Dicto. Katakan sejujurnya apa yang terjadi di istana negara pada malam itu?"

"Kak. Aku hanya melihat Kirana lari membawa sebuah tas. Dan di sana dia juga berusaha menghindari kejaran penjaga istana bahkan juga menghabisi beberapa polisi, "

"Apa Kirana mengatakan sesuatu?"

"Dia tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya memohon agar aku melepaskannya. Dia mendorongku hingga mengenai istriku, "

"Dicto. Kasus Kirana sangat membuatku gelisah. Aku rasa ada yang tidak beres dengan Kirana. Kita pamannya, kau pasti mengerti kan bagaimana Kirana? Tidak mungkin dia melakukan ini semua. Dia hanya gadis polos biasa, " ucap Varez. Tiba-tiba Dicto teringat dengan Kirana yang mengatakan bahwa dia melakukan ini semua di bawah tekanan. Mendengar itu, Varez lalu mengajak Dicto untuk menemui Kirana di kantor polisi.

----------------

"Kirana. Ada yang ingin bertemu dengan mu?" polisi itu membukakan sel penjara itu dan membawa Kirana menemui kedua pamannya. Varez merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Kirana. Melihat itu air mata Kirana tidak bisa terbendung lagi, dia menangis sambil memeluk Varez.

"Pamannn, "

"Cup.. Cup.. Cup.. Kirana jangan menangis ya, "

"Kirana minta maaf paman. Kirana telah mempermalukan kalian, "

"Tidak nak, " Varez mengusap wajah Kirana dan mengecup keningnya. Dicto juga memberikan pelukan itu untuk Kirana. "Maafin Kirana paman. Gara-gara Kirana paman dan bibi harus kehilangan bayi kalian, " ucap Kirana. Dicto sudah melupakan semuanya dan memaafkan Kirana.

"Kirana. Katakan siapa yang sudah menekan mu?"

"Paman. Aku takut mengatakannya, "

"Percaya lah pada kami nak. Kami akan segera membebaskan mu, "

"Aku melakukan ini semua karena tekanan dari-" belum selesai Kirana mengatakan siapa yang sudah menyuruhnya tiba-tiba Ghani datang menghampiri Varez.

"Tuan Varez. Kau di sini? Aku ikut bersedih atas perilaku keponakanmu ya. Kita sama kok. Kedua putraku juga melakukan hal yang sama. Jujur aku sangat malu dengan mereka berdua. Tak ku sangka anak-anak kita melakukan hal ini, "

"Varez. Kau harus bersabar ya. Apalagi besok anak-anak kita akan di hukum mati, " mendengar itu Varez terkejut dan menatap Kirana. Kirana hanya menganggukkan kepalanya.

"Pak polisi. Apa ini? Kenapa tiba-tiba sekali menjatuhkan hukuman mati pada keponakan ku?"

"Tuan Varez maaf mengatakan ini. Tapi kau sendiri yang menegakkan nya pada kami. Kematian di balas kematian. Keponakan mu telah membunuh banyak polisi di sana, "

"Pak. Dia hanya anak kecil, "

"Lalu bagaimana dengan keluarga para polisi itu? Mereka juga mempunyai anak kecil yang membutuhkan sosok ayah mereka, " mendengar itu Varez kesal bahkan sampai memukul kuat meja polisi.

"KIRANA. KATAKAN PADA MEREKA KALAU KAU MELAKUKAN INI KARENA TEKANAN, " bentak Varez yang sudah muak.

Kirana ingin mengatakan tapi mendadak dia jatuh pingsan. Rupanya seseorang atas perintah Ghani telah membiusnya dari belakang. Varez panik dan meminta agar segera membawa Kirana ke rumah sakit. Tapi polisi menolak karena Kirana tahanan khusus jadi polisi membawa dokter dari rumah sakit ke kantor polisi. Ghani juga menyuap beberapa polisi untuk mengusir Varez maupun Dicto. Awalnya mereka  menolak tapi karena aturan yang berlaku Dicto lalu mengajak Varez untuk pulang.

----------------

Malam harinya, sebuah truk khusus membawa ke empat tahanan ke penjara pusat. Mereka juga di kawal dengan beberapa polisi khusus yang cukup banyak. Setengah jam perjalanan sudah berlalu belum ada tanda-tanda yang mencurigakan. Hingga tiba di sebuah jembatan di mana juga terdapat sungai yang cukup deras di bawahnya. Salah satu mobil yang berada di depan tiba-tiba meledak. Ledakan itu langsung membuat Miyaz dan Mizan memberikan perlawanan pada beberapa polisi. Dan tak berapa lama kemudian Ghani datang membawa puluhan pasukannya untuk menembak mati semua polisi itu. Di saat mereka semua sedang sibuk menghabisi para polisi itu. Zahir mengambil kesempatan dengan mengajak Kirana lari.

"Kau bisa berenang?"

"Bisa, " Zahir memegang tangan Kirana dan mereka berdua loncat ke sungai yang arusnya cukup deras. Pertarungan itu di menangkan oleh Ghani, kedua putranya berhasil di bawa kabur. Berita penyerangan pada truk khusus pengantaran empat tersangka pencurian mesin pencetak uang tersebut cepat tersebar luas. Varez dan Dicto yang mendengar kabar tersebut langsung melaju dengan cepat ke tempat kejadian. Dan sesampainya mereka di sana, Varez dan Dicto berlari untuk mencari Kirana. Namun di sana mereka tidak menemukan keberadaan Kirana. Pandangan Dicto teralihkan pada sebuah tangan dengan menggunakan gelang yang sama dengan gelang yang di gunakan oleh Kirana. Perlahan Dicto mendekati dan menarik tangan itu.

"AGHHHHHH, " teriak Dicto lemas ketika melihat tangan itu sudah terputus. Varez menghampiri Dicto dan terkejut melihat putusan tangan tersebut yang mengenakan gelang mirip dengan gelang Kirana. Rupanya pada saat di penjara, beberapa polisi wanita yang sangat kurang ajar telah mengambil paksa gelang Kirana dan mengenakannya. Tak di sangka wanita itu ikut mengantarkan Kirana dan menjadi korban ledakan mobil.

"Lapor pak. Salah satu anggota kita ada yang masih bernafas, " mendengar itu Varez langsung menghampiri anggota kepolisian yang masih hidup untuk menanyakannya.

"KATAKAN APA YANG TERJADI, "

"Me-mereka.. Mereka membawa Miyaz dan Mizan, "

"Siapa mereka?"

"Gh... Gha... " belum sempat menyebut nama nya. Tiba-tiba polisi itu menghembuskan nafas terakhirnya. Varez terdiam karena tidak mendapatkan jawaban sama sekali pada kasus ini. Varez dan Dicto lalu kembali ke rumah sakit dengan perasaan sedih.

"Varez. Apa yang terjadi. Kirana baik-baik saja, " tanya Velyn. Varez hanya memberikan gelang milik Kirana dan menangis di pundak Velyn. "Kami terlambat menyelamatkan nya, " ucap Varez. Velyn tak kuasa menahan air matanya dan memeluk Varez.

"Jangan beritahukan hal ini pada Zyan. Dia sudah sangat hancur, " ucap Varez yang memutuskan untuk menyembunyikannya dari Zyan.

HERNANDES : The Kindness Monster'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang