Bab 15.

312 75 0
                                    

Langit beneran menahan tawanya saat melihat biru menggunakan topeng buat menyambut dirinya, bahkan dia juga teringat dulu saat dia marah pada biru atau mereka terlibat keributan sedikit dan dia tidak mau bertemu dengan biru maka biru akan melakukan  hal yg sama. Langit bahkan mengingat dengan baik topeng apa saja yg dipakai biru buat membujuk dirinya hanya ingin untuk bertemu dia, disaat dia enggan buat bertemu dengan biru.

"Yak, biru ngegetin aku aja deh." Ujar langit saat sedang membaca buku.

"Habis kamu gak mau ketemu aku kan, jadi Richard ngasih ide aku topeng iron man agar kamu gak bisa liat muka aku. Dan aku masih bisa ketemu dan lihat kamu."

"Gak usah lebay deh."

"Kamu masih marah sama aku, padahal aku loh udah minta maaf. Semalam aku memang lupa beneran."

Langit menutup bukunya "buka gak topeng itu. Jelek banget topeng nya."

"Gak mau! Ntar kamu masih gak mau liat wajah aku lagi."

"Mau biru. Makanya dibuka apa gak sesak itu pake topeng itu."

"Iya. Aku buka."

Maka biru pun membuka topeng nya dan tersenyum manis dihadapan langit.

"Pake lagi deh wajah kamu jelek banget ternyata" kata langit membuat biru mendengus.

Langit segera menggelengkan kepalanya tanda dia membuang kenangan manis di masa lalu, dia masih berdiri melihat kekonyolan biru yg ternyata tidak berubah sama sekali.

"Rich, lo kok diem aja sih. Ini beneran topeng nya gak ada matanya."

Langit berdehem sebentar "selamat pagi, pak biru."

Biru yg mendengar suara yg tidak asing hanya berdiam membeku, suara ini adalah suara yg dia rindukan selama ini. Suara yg dulu menemani hari harinya dan yg selalu memarahi jika dia sudah berbuat salah. Biru segera membuka topeng nya lalu melihat kalau didepan nya ini adalah langit. Cinta masa lalunya.

"Langit" ucap biru dengan mata yg berkaca kaca.

"Boleh saya masuk."

Biru segera menghapus air mata "iya. Kamu boleh masuk."

Langit tersenyum tipis lalu langkah dia masuk kedalam ruangan biru, tidak ada yg berubah dari wajah biru selain dewasa dan berwibawa menurut langit. Biru segera melangkah kan kakinya buat duduk di kursi kebesaran nya, serta langit yg masih berdiri menghadap biru dengan sopan.

"Kenapa berdiri? Ayo duduk. Apa saya musti pake topeng lagi agar kamu duduk."

Langit menggeleng dan dia duduk di kursi tepat didepan biru, suasana ini terasa asing dan canggung. Bahkan biru yg tadinya banyak pertanyaan mendadak tidak bisa bertanya sedikit pun.

"Ini tanda tanganin berkas penting" kata langit sambil menyodorkan berkas itu.

"Bisakah kita jangan bahas kerjaan, saya ingin  mengobrol sebagai biru dan langit."

"Maaf, tapi saya disini buat bekerja. Pak biru."

Biru mengangguk dia paham kalau langit mencoba profesional dalam bekerja, dia lekas membuka dokumen itu dan membaca nya perlahan lalu membubuhi tanda tangan.

"Kamu apa kabar?" Tanya biru sambil mentanda tangani berkas itu.

"Baik. Seperti yg anda lihat saya baik."

"Langit, please jangan formal bisa."

"Anda atasan saya, tidak seharusnya bertindak tidak sopan bukan."

Langit Biru ( kisah yg belum usai ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang