Becky tengah melenggak-lenggok, menikmati perhatian kamera dan banyaknya pasang mata yang terfokus pada setiap gerakan sensual nan indahnya malam ini. Tidak bisa dipungkiri, ia menyukai prosesnya menjadi seorang wanita. Keberadaannya bahkan terasa lebih tajam dan jelas.
Bibir merah terangnya menambah kesan tegas pada rupa wajahnya yang memang sudah begitu menawan. Memperjelas guratan-guratan yang dulunya nampak polos. Semakin menggoda tentu saja. Belum lagi dress yang ia gunakan malam ini. Tak ada yang dapat menahan untuk memandangi kulit perut Becky yang mulus. Tubuhnya yang bugar nampak lebih mengundang hasrat tanpa harus Becky menggeliat genit sedikitpun.
Becky suka tatapan memuja dari semua orang yang datang malam ini untuk campaign kecantikan dari brand make up besar yang menjadikannya brand ambassador di Thailand. Suka bagaimana mereka puas dengan hasil kerjanya. Suka juga bagaimana seseorang di ujung barisan itu menatapnya tajam. Ia tau di balik topi dan masker hitam itu tersimpan umpatan yang tiada henti-hentinya dirapalkan. Seolah-olah dengan begitu secara ajaib seluruh barisan mata mesum di gedung ini akan mendapatkan kebutaan mereka sekarang juga.
Ia bahkan sudah siap mengacungkan kedua jarinya untuk masuk ke rongga mata orang mesum di sebelahnya. Melihat bagaimana para photographer mengambil gambaran Becky yang tengah berpose begitu sexy membuatnya seketika ingin menarik kepala-kepala itu agar berhenti bergeleng-geleng kagum. Tidak lewat juga dari perhatiannya beberapa mulut mengerucut bersiul-siul dari kejauhan. Sialan, bibir mereka nampak menjijikan, rasanya ingin ia sengat saja dengan racun tawon raksasa.
"Sawadeekha" Becky menyeringai puas, lalu melambaikan tangannya ramah. Sedikit mengerling bermain mata ataupun menggoda pemujanya dengan melempar ciuman dari bibir tebalnya malam ini. Ia menyapa setiap crew di belakang panggung. Tersenyum puas sebelum seseorang menggulung tubuhnya dengan selimut tebal, mengganggu acara ramah tamah yang sedang berlangsung.
"Maaf nona anda tidak bisa-" Becky menghentikan ucapan salah seorang crew yang panik saat wanita misterius ini tiba-tiba mendekati model mereka, "Dia phi Freen" Ucap Becky akhirnya sembari terkekeh, membuat semua yang ada di tempat itu seketika ikut terkekeh setelah terjadi keheningan mendadak sebelumnya.
"Auw, maaf aku tak mengenali-" Belum sempat melanjutkan permintaan maafnya, Freen sudah menuntun Becky pergi ke arah ruang gantinya, mengabaikan orang-orang disekitar. Sedangkan Becky masih berusaha untuk tetap beramah tamah, meski tubuhnya harus menjauh di tangan Freen yang entah mengapa auranya lebih dingin kali ini.
Cklekk...
Freen mengunci pintunya, tak ingin seorangpun melihat lekuk tubuh Becky lagi.
Gadis muda itu tersenyum lebar, akhirnya setelah beberapa hari menghilang, Freen kini nyata di hadapannya. Freen membuang napasnya kesal, ia menumpu tangannya ke pintu sejenak, menetralkan emosinya. Ia harus bersikap lebih rasional bukan? Lagi pula, mereka baru saja bertemu setelah sebelumnya Freen absen dari jadwal shooting.
"Beck.." Freen menoleh, suaranya lembut, berusaha membuat pertemuan pertama mereka baik-baik saja dengan keadaan yang rasanya Freen ingin meledak-ledak.
Tidak, gadis itu rasanya tak ingin menjadi gadis penurut kali ini. Agak menantang mungkin akan memberi Freen sedikit pelajaran. Atau mungkin serangan jantung? Selimut yang semula tersampir di bahu telanjangnya itu luruh seketika Becky melepaskannya.
Sial, gadis di depannya ini sungguh..
Menggoda.
Dan Freen tau pasti orang-orang tadi akan pulang, menginjak dalam-dalam pedal gas mobilnya, dan berpikir hal-hal menjijikan tentang Becky, entah itu di jacuzzi mahal mereka atau di club-club malam dengan jalang-jalang murahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Untitled Us
FanfictionMungkin tidak seharusnya aku mencintaimu. Atau mungkin tidak seharusnya kau melebihi batasnya. Kini aku yang begitu tersesat mencari hingga tak tau akan mendapatkan hatimu atau mencari jalan keluar dari duniamu yang begitu rumit. Namun sial, sejauh...