8. The Night That Holds Nightmare.

14 2 0
                                    

Sesampainya di bandara, aku mulai mengangkat barang dari mobil dan membawanya ke lobby bandara. Di lobby bandara sudah ada Miku disana duduk sambil melihat ke layar handphonenya, dan dia mulai berdiri pada saat sadar akan kedatangan kami. Dia memakai gaun putih dengan renda pink yang menghiasi bajunya dan itu benar-benar cocok sehingga banyak orang yang terpesona olehnya.
"He..... kan sudah kubilang cari baju yang tidak terlalu mencolok! Kita bukan akan liburan, kita ada misi! Jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi bagaimana? Kau ingin tanggung jawab? Ha!?"
"Tapi, kan profesor sendiri yang bilang jangan memakai baju yang benar-benar mencolok. Ya, baju yang menurutku tidak mencolok ya baju ini."
"Ho..... Alfi, coba kau beri anak ini sedikit pendapatmu."
Eh? Aku disuruh memberi pendapat?
"Ah........ kalau menurutku itu cocok untukmu, lagipula menurutku yang mencolok bukanlah bajunya melainkan....."
"STOP! Aku tidak mau mendengar kelanjutannya, kalian berdua memang orang aneh yang pernah kutemui seumur hidupku. Ayo, kita langsung berangkat."
Setelah itu profesor langsung berjalan sambil memasang muka kesal, sementara pada saat aku mencoba melirik Miku dia malah memalingkan pandangannya dariku. Pada saat masuk aku langsung terkejut bahwa kami datang tepat pada waktu penerbangan kami dan beberapa saat kami akan sampai di ruang tunggu penerbangan, ada pengumuman bahwa pesawat yang akan kami tumpangi akan segera pergi. Dan anehnya, kami benar-benar datang disaat yang tepat kami akan berangkat. Seolah-olah penerbangan ini sudah dijadwalkan walaupun kami menaiki pesawat yang umum digunakan oleh publik.

Pada saat di dalam pesawat, kami duduk di kursi 061-062-063, kursi yang ada sebelah kiri bagian tengah pesawat. Dan setelah kuperhatikan lagi, apakah aman kami menaiki sebuah pesawat terbang untuk umum seperti ini? Karna aku khawatir bahwa jika hal yang terjadi di restoran kemarin terulang lagi. Dan kekhawatiran ini berlanjut sampai setelah pesawat kami lepas landas, terlebih lagi dari sikap santai profesor yang sudah mulai ceria setelah tahu bahwa ada sinyal internet di dalam pesawat dan langsung menghidupkan laptopnya. Karena tak tahan, aku yang berada di kursi ujung kanan langsung memulai pembicaraan.
"Hei, profesor boleh aku....."
"Uts! Jangan dulu, aku sedang ingin nonton film gore kesukaanku. Jika ingin bertanya silahkan tanya saja pada Miku."
Setelah itu dia langsung terpaku pada layar laptop dan suara pada headphone yang dia pakai untuk menonton film. Aku hanya bisa diam dan sangat tidak ingin menganggunya, karena dia mulai memperlihatkan senyum mengerikannya lagi. Setelah itu kami berdua, aku dan Miku terdiam sejenak. Entah kenapa terasa ini seperti posisi yang sangat canggung, kami berduapun tidak bisa berbicara apapun sampai 3 jam terlalui. Entah kenapa profesor masih belum selesai dengan filmnya dan itu membuatku sedikit panik karna situasi canggung ini tidak selesai juga. Aku mulai menenangkan hatiku, setelah mengambil nafas panjang akupun memecah suasana dengan memulai topik pembicaraan.
"Miku, boleh aku bertanya beberapa pertanyaan?"
Miku pun merespon dengan sedikit terkejut,
"Ha!? A-ah iya boleh kok."
"Aku ingin bertanya soal kemarin, mungkin kau akan marah. Tapi, pada waktu itu profesor bilang aku diincar oleh beberapa organisasi dan motif mereka bermacam-macan. Apa mereka termasuk para mafia dan teroris?"
Miku sekejap menatap ku serius dan akhirnya berbicara dengan nada serius, seperti orang lain dan bukan Miku yang kemarin maupun tadi bersamaku.
"Hampir benar, ada beberapa diantara organisasi tersebut sindikat teroris maupun mafia. Tapi ada juga yang dari kalangan ilmuwan, penjahat terkenal, dan juga pemerintahan."
"T-Tunggu! Pemerintahan? Maksudmu pemerintah atau suatu negara?"
"Benar, dan jangan lupakan soal pejabat pemerintah itu juga."
"Apa! Ternyata berita tentang diriku sudah tersebar sejauh itu ya, berarti memang benar kata profesor agar tidak bertindak sembarangan."
"Maka dari itu profesor menawarkan perlindungannya. Lagipula, kau berada ditempat yang aman."
"Maksudmu tempatmu dan profesor bekerja?"
"Iya. Oh ya, aku belum menjelaskan tentang departemen kami. Kau lebih baik mendendengarkannya dengan seksama, aku tidak akan mengulanginya karena ini informasi yang sangat rahasia, tapi setiap anggota wajib tahu tentang ini."
Aku mulai menelan ludah di tenggorokanku dan terdengar lumayan kuat.
"Kami berada pada Divisi Khusus Pembersihan Jejak, No. 13. Divisi yang tidak diketahui oleh seluruh agen, hanya beberapa orang saja yang tahu tentang kami."
Aku langsung bingung, "Kenapa mereka tidak tahu tentang kita? Bukannya aneh, jika mereka bekerja dengan orang yang divisi mereka tidak ketahui?"
"Jika kau tidak ingin identitasmu diketahui tetapi kau harus tetap menjaganya walaupun beresiko, apa yang kau lakukan?"
Akupun berfikir sejenak dan akhirnya sesuatu terlintas dibenakku, "Tidak mungkin kita akan menyamar, kan?" jawabku.

"Kita memang menyamar, tapi kita masih bekerja untuk mereka. Artinya....?"
"D-Double Agent!?" Aku pun tak sengaja terkejut dengan pernyataan Miku.
"Benar sekali, kita ada di Divisi Khusus No. 13, tugas mereka sangat fleksibel jadi mudah untuk mendapatkan pekerjaan dari divisi ini. Dan pekerjaan kita terlalu banyak resiko mulai dari identitas orang penting sampai nyawa seseorang."
Akupun terdiam, apa memang ada agen yang pekerjaannya sampai benar-benar berat seperti ini.
"Ah, jadi misalnya ada kejadian yang tidak diinginkan. Kitalah yang harus mengaturnya agar sesuai rencana? Hampir sama seperti sweeper?"
"Tidak, justru kitalah manusia yang ada di balik layar suatu masalah. Jika ada masalah, kita harus membersihkannya tanpa tersisa satupun. Sebagai contoh, kau ingat ada kasus salah satu anggota parlemen pusat negaramu diduga melakukan bunuh diri di rumahnya kan?"
Loh, kenapa sampai ke kasus bunuh diri?
"Yang terjadi minggu kemarin?"
"Orang tersebut mati karena dibunuh."
Eh? Dibunuh?
"Lah, kan sudah diidentifikasi kalau dia bunuh diri? Tidak mungkin kau akan berkata kalian yang membunuhya, iya kan?"
"Hampir benar, tapi yang melakukannya adalah intel kami yang menyamar menjadi salah satu pegawai di rumahnya. Bagaimana? Rapi bukan? Sampai polisi saja tidak bisa menemukan bukti apapun jika dia terbunuh."
Kenapa, rasanya mereka melakukan semua ini dengan mudah. Padahal, itu benar-benar aneh jika salah satu anggota pemerintah saja dianggap hampir seperti teroris. Aku tahu pasti ada alasan logis seperti itu, tapi jika alasan mereka tidak seperti yang mereka lakukan berarti rasa egois mereka benar-benar tinggi seolah-olah memperebutkan sesuatu yang sangat berharga. Sebenarnya tujuan mereka ini apa?

"Kalau kau ingin bertanya tentang alasan dan tujuan kami, tentu saja itu adalah pilihan kami agar bisa meraih tujuan kami masing-masing. Kau sendiri yang berkata akan keegoisanmu dalam mengambil jalan hidupmu sendiri. Sama seperti kami, kami ingin hidup dan setidaknya kami bisa melakukan sesuatu yang sangat berbahaya dan mempertaruhkan hidup kami karena kami ingin hidup serta melindungi orang yang kami sayangi, ya hampir sama sepertimu. Maka dari itu aku terkejut, masih ada manusia yang berani berkata seperti itu dengan lantang dan tau akan resikonya. Itulah yang membuatku tertarik padamu."
"Ah, eh?!" aku langsung terkejut dan mukaku mulai memerah.
"A-ah i-i-i-itu bukan seperti yang kau pikirkan itu hanya........ah"
Miku langsung berbalik dan membuang pandangannya padaku karena malu dan terlihat mukanya yang berwarna merah padam itu hingga sampai ketelinganya.

Akhirnya kami kembali ke posisi canggung kami, dan itu sangat tidak nyaman. Kecanggungan kami terus berlanjut hingga pagi dini hari, tapi justru dibalik rasa lega kami karena sampai ditujuan kami ada sesuatu yang tida kami sadari sudah menunggu kami di sana. Dan itulah kenapa kami semua terjebak disini, di Bandar Udara Internasional Heathrow London.

The Forbidden : LegendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang