14. Runtuh Dalam Semalam

10 5 7
                                    

"Gak! Gak mungkin, gua yg salah baca! Iya gua yg salah!"

Tiffany terus berusaha meyakinkan dirinya, namun pesan itu trus saja membuat nya tak bisa membendung air matanya.

Alvan yg kembali masuk karena melupakan sesuatu di buat terkejut melihat Tiffany yg menangis seorang diri. Laki-laki itu langsung melangkah terburu-buru mendekati Tiffany. "Lo kenapa? Ada yg sakit?" tanya Alvan panik, laki-laki itu dgn serius menelisik seluruh tubuh Tiffany, dirinya pikir gadis ini jatuh tepat saat dirinya keluar. Namun itu semua langsung buyar kala Tiffany menyerahkan handphone miliknya yg gadis itu sita. Dgn perasaan bimbang dirinya membuka aplikasi hijau miliknya chat dari sahabatnya membuat nya ikut terdiam seribu bahasa.

Tangannya tergepal menahan perasaan aneh melihat orang yg ia cintai menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangannya tergepal menahan perasaan aneh melihat orang yg ia cintai menangis. Dirinya langsung meraih Tiffany masuk ke dalam dekapan nya. Gadis itu sesegukan, "itu gak bener kan, Van?" Tiffany berucap lirih. Gadis itu mendongak menatap Alvan yg juga menatap nya teduh. "Kita kesana! Gua mau nyari Yora!".

Alvan menggeleng tidak setuju, "gak Tif! Udah malam! Lagi pula di luar mendung hujan bisa turun kapan aja!".

"Trus lo mau gua diem aja? Sedangkan sahabat gua hilang gak tahu gimana!! Kalau lo gak mau pergi! Okay! Gua aja! Gua bisa jaga diri!" Tiffany langsung pergi meninggalkan Alvan seorang diri. Tanpa menunggu lama laki-laki itu ikut menyusul Tiffany keluar tidak lupa ia mengunci pintu rumah.

"Biar gua yg nyetir!" ucap nya tepat saat Tiffany membuka pintu mobil.

Tiffany hanya diam tanpa berucap, ia lebih memilih menurut, lagian kondisi nya tidak memungkinkan untuk mengendarai mobil.

***
"Pak! Saya mohon! Adik saya harus di temukan malam ini juga!" Gevanio, saudara Layora satu-satunya.

"Kami tidak bisa menjanjikan nya! Lagi pula cuaca sangat tidak mendukung! Dibawah jurang itu hutan lebat! Banyak hewan buas! Kami juga harus berhati-hati, anda lebih baik mendoakan adik anda agar proses pencarian nya lebih mudah!" salah satu dari tim pencari berucap, Gevanio menghela nafas berat. "Kalau begitu saya ikut terjun!"

"Tidak! Sebaik nya anda menunggu di sini saja! Dibawah sana bahaya!"

"Tapi adik saya juga di bawah!"

"Tolong dengar kan kami! Kamu jaga dia! Kami akan turun jgn sampai dia berbuat nekat!" ucapnya beralih menatap Bintang yg sedari  tadi hanya diam di tempat. Bintang mengangguk sebagai jawaban.

"Kita tunggu di sini aja bang! Biar mereka yg udah berpengalaman yg nyari, hutan dibawah sana emang terkenal berbahaya!" Bintang berucap, laki-laki itu mendudukkan diri di tepi jurang seraya menatap ke arah bawah, diikuti oleh Gevanio.

Keduanya diam dgn pikiran masing-masing, sesekali Bintang melirik laki-laki di samping nya. Laki-laki itu sudah beberapa kali menghapus air matanya seperti nya dirinya tidak ingin ketahuan. "Nangis aja bang! Gua tahu, gak mudah ada di posisi lo! Adik lo lagi mempertaruhkan nyawanya di sana sedangkan kita hanya bisa duduk menunggu sambil mendoakan yg terbaik! Jgn malu buat nangis! Semua orang berhak buat nangis, gak peduli dia cwok atau cwek!" Bintang berucap seraya mendongak menatap langit malam tanpa bintang-bintang.

Tak ada jawaban dari Gevanio, laki-laki itu hanya menunduk merasa bersalah, seharusnya dirinya ikut! Bukan malah mementingkan perusahaan, gara-gara dirinya ibu dan adiknya harus mengalami kejadian tragis. "Ini semua salah gua! Harusnya gua ikut nganterin mereka! Bukan malah sibuk ngurusin perusahaan!" gumamnya, namun Bintang masih dapat mendengar nya. "Jangan salahin diri lo sendiri bang! Ini takdir! Kita gak bisa melawan takdir!" Bintang menoleh, laki-laki itu menyodorkan sebotol air yg ada dalam saku jaketnya. "Minum! Biar lebih rileks!". Gevanio menerima nya dgn sukarela kemudian meneguk nya hanya dua tegukan. Saat keduanya terdiam suara teriakan Tiffany membuat nya langsung berdiri dari duduk nya.

"BANG GEVAN!!"

Tiffany langsung berlari menuju ke arahnya, mata gadis itu bengkak dgn hidung yg menjadi merah. Alvan mengikuti dari belakang, wajah memang tenang tapi tidak dgn perasaan nya.

"Ba-ng! Yora gapapa kan?" gadis itu bertanya seraya menatap ke arah jurang. Tak ada jawaban, justru air mata Gevanio yg kembali menetes lebih deras dari sebelum nya. Tiffany yg paham langsung memeluk laki-laki yg sudah ia anggap saudara nya. "Ini semua salah aku Tif! Andai tadi aku nurut dan mau nganterin bunda sama Yora! Pasti kejadian ini gak akan terjadi!" Gevanio berucap dgn lirih di dalam pelukan Tiffany.

"Ini bukan salah abang kok! Ini takdir, takdir yg sudah tuhan tentukan! Kita gak bisa ngelawan takdir bang! Tapi kita bisa mengubah sebagian takdir dgn doa! Kita do'ain Yora ya! Aku yakin dia takut di bawah sana! Yora takut gelap dan sendiri!" gadis itu ikut menangis, isakannya berusaha ia tahan dgn menggigit bibir bawahnya.

"Aku gagal Tif!" Gevanio, laki-laki itu benar-benar runtuh apalagi belum ada tanda-tanda para TIM-SAR untuk kembali ke atas.

"Engga! Abang gak gagal! Justru abang udah berhasil! Yora pernah cerita ke aku! Dia kangen sama ayahnya! Tapi karena abang rasa kangen itu berkurang! Bang Gevan berhasil menjadi abang sekaligus ayah buat Yora! Yora gak akan senang liat abang nangis dan ngerasa bersalah! Abang sayang kan sama Yora?! Jadi abang harus kuat! Abang gak boleh nyalahin diri sendiri!" Tiffany menatap Gevanio di depan nya dgn air mata yg terus menggores pipinya.

Mendengar penuturan Tiffany, Gevanio berbalik kembali mendekati pinggiran jurang, laki-laki itu langsung luruh ke tanah. "Yo-r! Kamu jangan takut ya! A-bang! Ti-fa! Kita disini nunggu kamu! Kamu betahan ya! Abang sayang Yora! Yora princess nya Abang!" tubuh Gevanio bergetar diiringi isak tangis yg memilukan. Dirinya benar-benar runtuh hanya dalam semalam dgn kabar tiba-tiba. Handphone nya di saku celana bergetar karena panggilan dari sang bunda.

"Bunda udah siuman?" gumamnya menatap nama yg tertera di layar ponsel nya.

"Halo bund? Gimana? Udah baikan?"

"Iya, bunda udah baikan! Yora mana bang? Kok bunda gak liat dia? Kamu juga dimana?"

"A-ku! Aku di lokasi bunda sama Yora kecelakaan!"

"Yora mana? Kamu ngapain di sana? Yora gapapa kan? Perasaan bunda gak enak nak!"

"Yora gapapa kok bund! Tadi abang nyuruh dia pulang ke rumah aja! Dia takut kalau soal kecelakaan kan, jadi abang nyuruh dia pulang aja! Bunda aku udah tugasin Vero buat jagain!" Gevanio berusaha menahan tangisnya. "Maaf bund! Maafin abang karena udah boongin bunda! Maaf!" batinnya menatap ke arah langit.

"Alhamdulillah kalau begitu! Kamu jangan terlalu lama di sana! Udah malam nanti kamu masuk angin!"

"Iya bund!"

Tut..

Sambung telpon ia putus sepihak, hatinya hancur karena membohongi ibunya. "Yo-ra! Pu-lang dek! Bunda nyari kamu!"

~~~

Maaf lama baru nongol, hihi.. Wp ku sempat ada masalah, bahkan ini aku buatnya buru-buru..

Semua part yg udah aku simpen ilang, sedih sih pengen nangis! Tapi gak jadi, ini emang derita para penulis 😭

Jadi jangn lupa votmen, follow juga.. Karena ini berharga buat Author hihi...

Typo!! Buanyak..

See you next part!

🌸🌸🌸

FILW KETOS!! {𝙱𝙴𝙻𝚄𝙼 𝙳𝙸𝚁𝙴𝚅𝙸𝚂𝙸}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang