Repress Feelings

Tequilala Girl

Terdengar suara musik yang mengalun keras dari dalam bangunan. Dengan pencahayaan yang redup dan dekorasi artistik, aroma khas yang memabukkan semua orang membias di hidung ketiga sosok bertato naga hitam.

Maksud kedatangan mereka hanya ingin menyelesaikan transaksi yang sempat tertunda. "Well, well, well. Look who's here, my fellas it's nice to finally see ya."

Mendengar suara yang familiar, ketiganya memusatkan perhatian pada pria berperawakan sedang dengan perut buncit dan jari-jari yang penuh dengan cincin emas. Salah satu dari mereka mendelik, memperhatikan gerak-gerik pria tua itu dengan tajam, jijik dengan sikap sok akrabnya. Pria gendut itu mencuap-cuap seperti ikan kehabisan oksigen, tak henti-hentinya membahas kehebatan dan betapa terhormatnya ketiga sosok ini dapat bertemu seseorang (pangkatnya) setinggi 'beliau'.

"Tentu sir. Senang berbisnis dengan anda, mari kita tidak menghabiskan waktu berharga satu sama lain, baik?"

Ia terdiam sesaat. Menatap pria dengan tinggi yang melebihinya, kepalanya mendongak menyatakan kenyataan bisu bahwa ia lebih rendah (dalam berbagai aspek). Tawa geli mencapai telinga nya, baik didepan maupun anak buahnya sendiri. Menyadari situasi, pria tua itu mendecakkan lidahnya kemudian berdehem memperbaiki ego yang tergores dalam dirinya. "Ya kurasa lebih baik begitu. Bukan begitu tuan 'comare' ?

Cklek

Klek

Shhuung

Senjata terarah pada pria tua itu. Disusul dengan anak buahnya yang juga memasuki mode bersiap, mereka arahkan ujung senjata ke ketiga sosok bertato itu. Tatapan matanya menajam, kening mereka kerutkan, tidak ada niat menurunkan senjata masing-masing. Sungguh suasana yang mencekam. Keheningan terjadi cukup lama hingga pria bertato naga hitam dengan surai merah mengangkat satu tangannya, "Cukup sir Atdur. Saya tidak akan mentolerir candaan anda yang melewati batas itu. Prioritas kita adalah transaksi ini, akan saya anggap batal jika anda masih keluar dari topik."

"Oops, I hit right. Didn't i? Hahaha, my apologies fellas. Kau tau aku hanya bercanda kan. Bagiamana pesanan kami? Apa kalian perlu tambahan waktu? Karena kekurangan man power. Hahahaha."

Gelak tawa mereka memenuhi ruangan privat bar itu. Disisi lain gertakan gigi serta kepalan tangan, mencoba untuk tidak langsung menarik pelatuk senjata api mereka. Bagaimana bisa tenang, sedangkan seseorang yang kau hormati di injak-injak harga dirinya oleh orang lain, dia bilang pelacur mafia? Sudah gila rupanya pria tua itu. "Tenang saja sir, pesanan sudah siap, anda bisa melihat sendiri di bagasi mobil."

Ia berdehem menyahuti perkataan pria bersurai merah itu. Salah seorang di belakangnya melangkah maju mensejajarkan diri dengannya dan memberikan sebuah clip folder kepada pria tua dihadapan nya. "Sebelum itu silakan bayar dan tandatangani ini." Suaranya rendah memperlihatkan keacuhan akan kehadiran pria yang dipanggil Atdur itu.

Namun bukannya menerima clip folder itu, Atdur malah meraih pinggang wanita bersurai biru didepannya. "Woaah chill girl, mending kita ngobrol-ngobrol dulu sambil minum, hmm? Tenang aja ini salah satu frenchies kelompok kami, the bills on man."
Bukan balasan lembut yang didengar nya, Atdur malah mendapat tatapan jijik dan ilfill dari wanita itu. Srett. Sekali lagi harga diri dan ego nya tergores. Wanita itu menolak dengan tegas dan menjauhkan dirinya dari Atdur.

Disaat yang bersamaan, pria bersurai merah menghubungi radio nya dan membicarakan sesuatu. "Anda sudah diperingatkan sir dan tidak akan ada peringatan kedua."

"Apa maksud mu tuan? Apa anda tau apa yang sedang anda bicarakan?"

"Transaksi batal. TNF tidak pernah bertransaksi dengan anjing birahi."

Ucapan ultimatum dari pria itu disambut dengan raut wajah senang bukan kepalang oleh ke dua temannya yang sudah menahan diri sedari tadi. "MAMPUS LU SEMUA, ANJING!" Begitulah bagaimana kegiatan baku hantam tidak dapat dihindari lebih lanjut.