39

1.2K 125 9
                                    

Zella tidak pernah menyangka bahwa di balik hidupnya yang dirasakannya bahagia ternyata mengandung rahasia besar yang tidak disangka.

Rahasia yang tidak pernah terduga dan sedikit membuatnya terluka.

Perlahan Zella menutup pintu kamar. Dia berlari ke kamar mandi dan berjongkok di closet untuk muntah.

Sebelumnya dia tidak pernah merasa sejijik ini.

Bagaimana bisa orang yang selama ini dia kira tulus mencintai dan menyayanginya tega berkonspirasi di belakangnya?

Dyana, wanita itu sudah dikenalnya sejak Zella masih belia. Dia sudah menganggap wanita itu sebagai ibunya sendiri, menyayangi dan mencintainya dengan perasaan penuhnya.

Tapi tak disangkanya wanita itu ingin melakukan sesuatu yang menjijikkan dan membuatnya merasa hampa dalam sekejap.

Bagaimana bisa Dyana hendak saling menikahkan dua anak kandungnya yang jelas itu adalah hal yang terlarang.

Zella dan Zayden bersaudara. Mereka berasal dari ibu yang sama. Zella telah mengetahui semuanya.

Fakta tentangnya bersaudara dengan Zayden saja sudah membuatnya terpukul keras. Dengan kenyataan bahwa dia juga sebenarnya menyimpan perasaan cinta terhadap Zayden, Zella harus merasakan kesakitan patah hati.

Namun sesakit apapun fakta tentang masalah persaudaraan tak terduga ini lebih menyakitkan lagi bahwa ibunya sendiri berniat menjerumuskannya ke dalam lubang terlarang yang sesat.

Memikirkannya lebih banyak hanya membuat Zella sedikit pusing dan mual.

Dia jijik.

Jijik terhadap dirinya sendiri dan jijik terhadap Dyana.

Ibu macam apa dia?

Bagaimana bisa seperti itu?

Zella meraup wajahnya sendiri dengan frustasi. Sekarang dia kembali terpikirkan alasan mengapa Dyana begitu baik terhadapnya sejak kecil.

Zella tersenyum miris.

Tidak!

Dia tidak bisa diam saja.

Zella segera menegakkan tubuhnya.

Disaat seperti ini dia harus berlari ke Zayden untuk memberitahunya rencana Dyana yang sebenarnya.

Dan untuk omega pria malang yang telah ditinggalkannya di jalan, Zella merasa sangat bersalah terhadapnya.

-

"Darimana kamu?"

Arion berhenti, dia menoleh menatap Asael yang tampak berantakan seperti orang gila.

Ada apa dengannya?

Arion belum pernah melihat tampilan gilanya yang semenyedihkan itu.

"Apa perdulimu? Darimana aku tentu bukan urusanmu."

Asael menyipit. "Begitu, oke. Baiklah, aku tidak akan mendesakmu karena sejujurnya aku sudah tahu darimana kamu."

Arion balas menyipitkan mata menatap Asael dengan menyelidik.

"Kamu memata-mataiku?"

Asael menyeringai.

"Tidak perduli apa yang kamu pikirkan, aku hanya ingin memperingatimu."

Arion segera memasang ekspresi waspada.

"Jaga omega itu dengan baik, dia tidak bisa menghalangi kontrak kita atau aku akan turun tangan untuk membunuhnya."

Tubuh Arion menegang. Dia berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga ekspresinya untuk tetap terlihat tenang.

"Kamu penguntit?" Arion balas menyeringai. Dengan mata melotot dia mencoba balas mengancam, "jika kamu berani menyentuhnya, tidak perduli dengan kontrak aku benar-benar akan menghabisimu."

Asael tersenyum lembut. "Aku tidak akan menyentuhnya jika kamu mampu memenuhi persyaratanku."

"Syarat?"

"Ya. Aku membawa rahasiamu yang berselingkuh dariku, jika aku membeberkan ini kepada keluarga besar kamu bisa memikirkan apa yang akan terjadi terhadapmu sendiri?"

Asael berjalan mendekat, mengulurkan tangannya yang lentik untuk memberi elusan lembut pada rahang dan turun ke bahu lebar Arion.

"Apakah kamu setuju?"

Arion, "..."

-

"Di mana dia?"

Zayden yang terengah-engah berjalan cepat menghampiri Zayn yang berdiri di bawah pohon menatap sebuah rumah kecil.

"Ada apa dengan wajah jelek itu? Aku merasa aku tidak pernah memukulmu separah ini?"

Zayden merasa heran dengan tampilan wajah lebam Zayn.

"Apakah kondisi wajah jelek ini penting saat ini? Kamu lupa tujuanmu ketika aku memanggilmu datang?"

Zayden berkedip cepat. Dia tidak lupa!

Zayn mendengus dan segera menunjuk sebuah rumah.

"Sebelumnya dia mengusirku tapi aku tidak mau pergi dan mengikutinya sampai ke mari, itu adalah rumahnya."

Mata Zayden mengikuti arah tunjuk Zayn.

Ketika alpha itu melangkah dengan ceroboh dan terburu-buru hendak mendekati rumah kecil itu, Zayn segera mencegahnya.

"Tunggu, kamu tidak bisa pergi dengan terburu-buru seperti ini."

"Mengapa? Aku sangat tidak sabar untuk menemuinya."

Zayn menghela nafas berat. "Itu tidak mudah karena dia sepertinya telah salah paham terhadapmu."

"Salah paham?"

"Hum. Dia melihatmu di jalanan waktu itu."

Hati Zayden agak menegang. Bagaimana bisa Hael melihatnya sedangkan dia tidak bisa melihat omega itu?!

Zayden bodoh!

"Bagaimana bisa?!"

"Jangan tanya aku, aku tidak tahu. Tapi saranku kamu harus memperlakukannya dengan lembut dan jangan membuatnya cemas dengan keagresifanmu."

"Aku tidak akan agresif. Aku hanya ingin menemuinya dan membawanya kembali."

Ketidaksabaran Zayden harus ditekan kuat kembali. Dia tidak bisa terburu-buru seperti ini.

"Kamu harus menjelaskannya secara perlahan dan utarakan perasaanmu yang sebenarnya agar dia percaya."

"Aku akan melakukan itu."

Zayn tersenyum. "Bagus, sekarang kamu bisa mengetuk pintunya dan bicara dengannya pelan-pelan."

"Tentu, aku akan menemuinya."

Zayden berjalan dengan cepat menghampiri rumah Hael meninggalkan Zayn yang menatap punggungnya dengan tatapan rumit.

"Pergilah dan tinggalkan aku untuk mengurus sisanya, kamu bisa mengandalkan aku, kakak."

Zayn segera melangkah pergi menjauh tanpa menoleh ke belakang lagi.

---
Tbc

[END] (ABO) Crazy AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang