Bab 16.

368 73 9
                                    

Setelah ngobrol panjang lebar dengan langit, Richard memutuskan buat keruangan biru. Dia penasaran dengan ekspresi wajah biru setelah bertemu dengan langit. Bahkan dia juga ingin tahu makian apa yg keluar dari mulut sahabatnya itu, karena Richard yakin biru pasti akan mengeluarkan sumpah serapah nya karena dia berhasil membuat biru turun wibawa dihadapan langit.

Dengan santai dia masuk kedalam ruangan biru, tampak biru sedang serius mengerjakan beberapa pekerjaan kantornya. Kalau dilihat dari wajah biru yg serius mungkin orang akan mengenal bos nya itu memiliki pribadi yg tidak suka bercanda atau hidupnya lurus saja. Namun bagi Richard tidak biru tetaplah biru yg memiliki sisi konyol sejak dulu kala.

"Sok sibuk banget" ejek Richard membuat biru yg mendengar itu mendengus.

"Pergi mantan asisten gue."

"Oh jadi begitu mentang mentang udah dapat asisten baru yg mana mantan pacarnya balik gue diusir."

Biru lekas melempar topeng bergambar iron man itu membuat Richard tergelak, dia lekas mengambil lalu duduk di salah satu sofa diruangan tersebut.

"Gimana lancar dong ketemu sama langit?" Tanya Richard dengan nada mengejek.

"Memalukan!"

"Hahahaha, loh tapikan lo bilang rela wibawa lo turun didepan langit."

Biru mendengus saja lalu dia bangkit dan duduk disamping Richard, Richard hanya menaikan alisnya satu tanda dia menunggu apa yg diungkapkan oleh biru. Biru menghela nafas berat seolah dia ada beban teramat berat yg dipikul nya.

"Langit benci gue" ujar nya semakin membuat alis Richard terangkat.

"Gue heran deh sama lo kan lo udah tahu kalau langit bakalan benci, bahkan lo pergi ke Los Angeles lima tahun silam gue yakin dia udah benci banget sama lo. Gak nyadar juga lo biru."

"Ya gue tau. Maksud gue apa gak ada kesempatan lagi buat gue deketin dia, dia profesional banget sama gue tadi. Bahkan ngomong nya juga formal kayak bukan langit gitu."

"Dia kan emang bawahan lo biru, wajar dia bersikap demikian."

"Tapi gue gak anggap dia bawahan gue."

"Terus lo anggap dia apa?"

"Suami dari anak gue lah."

Richard langsung memegang dahi biru dan geleng geleng kepala "lo sehat kan?"

"Sehat lah anjirr, gue bugar begini."

"Hm, berarti cuman halu."

"Apaan sih."

"Gini ya tuan kalandra biru yg terhormat, udah berapa kali gue bilang sama lo kalau langit itu benci banget, banget, banget, sama lo itu karena kesalahan lo sendiri. Gue juga kalau jadi langit bukan cuman benci sih tapi gue bakalan siram muka lo pake air keras."

"Serem banget lo anjing."

"Nah, masih untung langit cuman benci lo doang."

Biru menghela nafas lagi "terus gue harus apa ya supaya dia balik ke gue, jujur gue masih mau sama dia. Bahkan rasa cinta gue sama dia gak terbendung lagi udah di tahap meluap luap seperti gunung merapi yg laharnya keluar dan siap meledak."

"Lebay lo. Kalau lo mau langit balik ya kejar dong. Kayak lo dulu ngejar langit gimana, gitu doang harus gue ajarin."

Biru terdiam dia baru kepikiran kalau dia harus mengejar cinta langit kembali, anggap lah kisah mereka belum selesai. Dan emang harusnya belum selesai sih, biru bangkit dan berteriak heboh membuat Richard terkejut.

"Njirr.".

"Lo bener gue harus kejar langit lagi sampai dapat, kalau gak dapat gue tarik aja tangan nya."

"Stress nih anak, udah ah gue mau pulang dulu kerjaan hari ini udah kelar. Dan besok gue gak kerja sama lo lagi."

"Oke, uang pesangon lo bakalan gue transfer."

"Hm."

Richard lekas bangkit dan salaman dengan biru dia pun lekas keluar dari ruangan biru, dan saat hendak mau membuka pintu Richard membalikan badan nya.

"Ru" panggil Richard lagi.

"Hm."

"Lo gak mau nyari tau soal anak yg lo temuin bersama Aslan itu?"

Biru terdiam "gue bakalan cari tau, cuman yg paling utama gue harus ngejar langit dulu."

"Terserah lu dah bulol."

Biru tidak peduli dia sudah biasa diejek begitu dengan Richard, dia duduk sambil tangan nya diletakan di dagu. Dia harus berpikir keras dengan cara apa dia harus mengejar cinta langit lagi.




*****

Langit merenggangkan ototnya yg kaku sudah beberapa jam dia duduk di kursi kerjanya menggantikan Richard, dia harus banyak belajar tentang menjadi asisten pribadi yg baik. Walaupun dia tidak ingin baik banget sama biru, namun diawal dia sudah menegaskan kalau dia akan bersikap profesional dalam pekerjaan ini. Dia melihat jam melingkar ditangan nya lalu mengecek ponselnya apa ada pesan singkat dari Aslan atau tidak. Ternyata ada aslan mengatakan kalau dia sudah menjemput biru disekolah nya. Langit tersenyum tipis dan merasa lega.

Lalu ada satu pesan dari nathan yg mana mengatakan kalau dia akan mengajak langit makan siang, sebenarnya langit mau saja namun pekerjaan nya masih banyak yg harus dia pelajari hal hasil dia membalas dengan cara menolak tawaran nathan dengan lembut. Dia menghela nafas lalu lekas bangkit dari duduknya, dia akan mencari kantin buat makan siang disana sebagai pengganjal perut.

Dia berjalan lalu membuka pintu betapa kagetnya jika biru sudah ada dihadapan nya dengan senyuman manis yg membuat langit ingin mencakarnya, langit menatap datar kearah biru seolah menunggu bos nya akan mengatakan apa.

"Kamu mau makan siang kan?" Tanya biru membuat langit mengangguk patah.

"Makan siang sama aku ya, kebetulan aku lagi malas makan sendiri."

Alis langit terangkat "pak biru bukan bayi kan yg harus saya temenkan makan?"

Biru membuang nafas nya pelan "kamu asisten pribadi aku kan, apa Richard tidak kasih tau kamu kalau kamu wajib buat ikut menemani aku makan, bahkan kalau ke toilet juga kamu harus ikut."

Langit hanya memandang datar saja, sebenarnya langit cukup heran setelah lama tidak bertemu kenapa tingkah biru tidak berubah juga. Dia pikir mantan kekasih nya ini akan berubah menjadi lebih wibawa bahkan lebih cool lah. Tapi kenyataan nya tetap aja konyol.

"Silahkan jangan duluan pak."

"Kalau bisa jalan berdampingan kenapa harus aku jalan duluan."

"Pak biru mau makan atau mau ngajak saya berantem."

"Oke, saya memang selalu kalah sama kamu."

Langit membuang nafasnya saja lalu dia berjalan di belakang biru, langit berjalan ogah ogahan sementara biru sudah tersenyum senang karena berhasil mengajak langit makan siang.

"Silahkan masuk aku udah pesan semua makanan nya didalam."

Langit pun mengiyakan karena terpaksa, dia masuk kedalam dan benar saja makanan semua sudah tersaji diatas meja. Dia menatap dengan tatapan datar saja melihat semua itu, dia sudah tau kalau biru pasti sengaja merencanakan ini semua.

"Ini semua makanan kesukaan kamu, ada ayam madu dari madura, ada udang asam manis. Semua kesukaan kamu."

"Saya udah gak suka sama mereka semua."

Biru menatap dengan bingung "hah! Masa sih dulu kamu lahap banget kalau aku ajakin makan ayam madu."

"Ya, gak suka aja. Jadi saya harus makan sendiri kalau gitu."

Langit lekas berbalik namun tangan nya di cekal oleh biru, tatapan biru menjadi sendu membuat langit tertegun.

"Sekali saja kita makan bersama, saya merindukan kita seperti dulu" ucap biru dengan nada memohon membuat langit menjadi tidak tega.















- LANGIT BIRU -

Langit Biru ( kisah yg belum usai ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang