"Makan yang banyak, jangan lewatkan sarapan karena itu penting banget. Ayo cepat sarapan." Ibu kos benar-benar baik hati, aku sampai bingung harus berterima kasih pakai cara apa lagi. Terlebih sekarang entah gimana caranya aku bisa sampai di tempat ini, sarapan bersama keluarga Calvin lengkap dengan ayah dan ibunya di minggu pagi.
"Oh iya salam kenal ya, baru kali ini Calvin cerita soal kamu Levi. Biasanya dia cuman ngenalin teman-teman satu geng motor atau geng naik gunung nya saja. Saya juga baru tau kalau dia punya teman dari Jakarta." Ayahnya juga bicara demikian, terlihat ganteng dan tampan, sepertinya gen itu turun dari ayahnya ke Calvin.
Dengan tidak enak hati aku hanya mengangguk pelan seolah mengiyakan saja. "Iya Om, Tante. Aku juga baru pindah Kampus soalnya, dapat beasiswa mumpung masih di semester awal jadi ya aku putuskan pindah." Kenapa tiba-tiba aku manggil orangtua Calvin Tante dan Om ya. Duh keceplosan.
"Ehhh, jangan panggil Tante sama Om. Udah seperti biasa saja Ibu dan Ayah. Kamu juga udah kita anggap sebagai anak sendiri." Tuh kan Ibu kosnya bilang begitu lagi. Jadi makin bingung bersikap gimana.
"Ehm, iya Ibu, Ayah." Ujarku pelan sambil melanjutkan sarapan pagi ini. Kan sebelum nya aku panggil ibu ya karena beliau Ibu Kos disini. Tapi kalau manggil Ayah kos agak aneh sih, tapi yasudahlah sesuai yang beliau inginkan saja. Anturan Bapak Kos ye.
"Kampus nya dimana emang Nak?" Ayahnya Calvin bertanya lagi.
Aku sambil menelan makanan dan minum segera, "Oh aku Kuliah di Universitas Negeri Sentosa, sekitar 10 menit dari kosan ini kalau naik ojol, kalau nggak salah sih. Pernah survei sekali."
"Nah pas banget. Itu si Calvin juga kan kuliah di kampus UNS itu juga. Tapi dia udah semester enam, kamu masih semester awal?" Lanjut Ayahnya Calvin.
"Iya bocil ini telat kuliah, lihat aja badannya masih segini-segini aja." Calvin malah nyeletuk begitu yang nembuat Ayah serta ibunya tertawa pelan.
"Tidak apa-apa, kan jadi awet muda. Benar kan Levi?" Ujar Ibu kos yang membuat aku sedikit lega.
Aku langsung menyenggol tubuh Calvin di sebelah aku karena kesal di panggil bocil. "Kau ya!" Suaraku pelan tapi mataku melotot ke Calvin.
Calvin malah menjulurkan lidahnya seolah senang dengan bercandanya itu ke aku. Bahkan faktanya yang harus aku telan dalam-dalam adalah Pria ini, si Calvin ini kenapa bisa ada di kampus yang sama sih? Duh! Males banget deh, eh tapi biarin deh, toh dia udah semester enam, sedangkan aku masih semester dua. Kita juga pasti jarang ketemu deh di kampus, pasti dia dan aku juga punya kesibukan masing-masing nantinya.
•••
•••
•••Bersyukur aku mendengar kalau sebelumnya Calvin bakal sibuk nge-gym siang ini, selesai sarapan bersama keluarganya tadi pagi membuatku sadar bahwa Calvin dibesarkan oleh keluarga yang sangat harmonis dan bahagia. Ngeliat keluarga harmonis begitu emang sangat membuat iri ya? Tapi bukan berarti keluargaku tidak harmonis, hanya saja hati terasa enak gitu ngeliat hal-hal positif. Siang ini aku berencana pergi ke Mal, niatku sudah bulat untuk membeli perlengkapan yang bakalan aku tambah di kamar kosku. Nggak banyak, cuman setidaknya ada ketika aku membutuhkan.
Selesai aku memakai jaket dan semacamnya, segera aku kunci kamar kosku dan mulai memesan ojek online. Ternyata jarak Mal-nya nggak begitu jauh juga dari sini, benar-benar Rumah Griya Paramita ini strategis banget, apa-apa deket.
Selagi aku berjalan menuju gerbang keluar, malah aku dikejutkan dengan sosok Calvin yang muncul tiba-tiba memakai kaos olahraga dan juga tas besar, sepertinya itu tas Gym nya dia. "Lama banget kamu, aku nungguin daritadi." Begitu ujarnya yang membuatku kaget, dia nungguin apaan? Aku bingung dong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Armastus - Boyxboy
RomanceTidak ada kata menyerah dari mulut Calvin, yang aku tau dia adalah pria yang bertanggung jawab dan sangat memperhatikan aku. Tapi cinta datang tidak mesti harus terburu-buru, semuanya ingin berlabuh pada tempat yang semestinya. Saling menjaga dan ju...