R: Chapter 1

7 0 0
                                    

HALLO, MAAF JIKA ADA KESALAHAN KATA ATAU APA ITU. SAYA BARU PERTAMAKALI MEMPUBLIKASIKAN CERITA SAYA. JADI MOHON Dukungannya.

TERIMAKASIH SUDAH MENGKLIK CERITA INI

SELAMAT MEMBACA!!!

Mata coklat pekat itu memandangi boneka panda di depannya dengan penuh rasa benci. Ia mencabik-cabik perut boneka itu dan melepas setiap permata yang menempel pada kepala boneka itu.

Ia membuangnya. Membuang beberapa lembar photocard yang dibuatnya, dan juga boneka panda yang telah rusak itu.

~~

Semua orang tau rumah yang paling mencolok di kota ini.

Dimana tempatnya.

Rumah yang memiliki banyak lampu pada tembok hijau dan tanaman yang menghiasi setiap koridor rumah. Rumah itu terlihat sangat ramai dengan apa yang ada di dalamnya.

semilir angin datang membuat gorden kuning pada jendela besar itu menari-nari di dalam ruangan besar yang gelap dan lembab. Cahaya matahari pagi yang masuk melalui celah-celah gorden yang bolong memberikan cahaya pada gadis yang sedang menyisir rambutnya di depan cermin.

menaruh sisir itu dan mengambil ransel coklatnya lalu berjalan kearah gorden dan menyibaknya. Bunga-bunga dan dedaunan yang merambat terlihat sangat indah saat bermekaran di halaman rumah. Mereka terlihat seperti sedang menari-nari dan bernyanyi setiap musim semi.

Ia menghirup aroma bunga yang ada di jendela besar itu, lalu pergi menuruni tangga menuju dapur.

"Pagi, An." Alten lah yang menyapa gadis itu lebih dulu. Kemudian disusul oleh lainnya yang menyapa.

"Pagi." ia mengambil duduk disamping Kelvin yang sepertinya sangat rakus saat makan daging.

Kelvin menoleh kepada gadis itu dan bertanya kenapa ia menatapnya seperti itu.

"Kau benar-benar rakus. Hei, aku tidak kebagian." ia menggeplak tangan Kelvin yang akan mengambil lauk lebih padahal piringnya sudah penuh.

Alten duduk dan mengambil sup didepannya. "Jangan makan terlalu banyak pagi-pagi, perutmu bisa muat, ya."

"Ibulah yang memasak terlalu banyak." katanya.

"Omong-omong ibu bukan memasak untuk kau. Kenapa kau menghabiskannya, padahal itu untuk nanti malam juga supaya tidak memasak lagi." kata Alisha, selaku ibu Kelvin.

"Hah, ya sudahlah. Aku berangkat."

"Astaga. Hei, piringmu masih penuh." Alisha meneriaki Kelvin yang sudah pergi begitu saja. "Dia sungguh kekanak-kanakan sekali." Alisha hanya geleng-geleng kepala, dasar Kelvin.

~~

Derap langkah kaki yang sedikit dihentakkan membuat bunyi sepatu itu terdengar, dengan bunyi bel tanda kelas akan segera di mulai.

"Apa jadwal kita hari ini?"

"Kelas sejarah" murid lainnya berseru,
"Siapa cepat dia dapat!" sambil berlari menuju kelas sejarah.

"Hey, tunggu!"

Jax tiba-tiba saja berdiri di belakang Asha dan Adam; dua orang dengan kelas yang sama dengannya, membuat mereka kaget dan berkata, "Kelas memasak, kan? Ayo!"

Sekitar 11 murid pergi ke kelas memasak yang ada di belakang aula ke-dua. Tempat itu menakutkan, meski ramai dengan murid-murid yang sedang berjalan menuju kelas-kelas mereka sendiri. Tetap saja aura dibelakang sekolah pasti menakutkan.

RAXENA Where stories live. Discover now