Chapter 09: Ujian atau penyiksaan hidup [04]

11 0 0
                                    

Happy reading

*********************************************


General's POV

"Jadi menurutmu Noura berusaha menjauhiku itu karena ada campur tangan Stella ?" Ujar Arabelle dengan menopang dagu dan mengerutkan keningnya.

"Ya, mungkin. Tapi aku tidak tahu pasti. Aku hanya ingin kau tahu bahwa Noura sedang berusaha melindungi seseorang saat ini, dan mungkin saja itu dirimu." Pernyataan Liam semakin membuat Arabelle terdiam, larut dengan pikiran di dalam kepalanya.

Cukup lama keheningan menyelimuti sekitar mereka dan akhirnya Arabelle membuka suara sembari menyerahkan blazer yang dikenakannya kepada Liam. "Terima kasih atas cerita dan bantuanmu sebelumnya, Liam. Setidaknya aku sudah mengerti sebagian besar situasinya sekarang."

Liam menerima blazer-nya kembali. "Tunggu Arabelle. Aku masih penasaran dengan satu hal. Kenapa Noura tidak bisa menghubungimu hari itu ?"

"Ah, soal itu..." Arabelle menggantungkan kalimatnya untuk berpikir sesaat. "Ponselku sedang disita oleh orang tuaku hari itu."

"Jadi begitu... Aku pikir terjadi sesuatu padamu." Ujar Liam dengan bergumam kecil di akhir kalimatnya. "Tapi sekarang kau sudah mendapatkannya kembali, kan ?"

"Ya, tentu saja. Kau bisa menghubungiku di-, eh tunggu-."

Kalimat Arabelle terjeda, kedua tangannya meraba seluruh kantung di seragamnya dengan raut panik membuat Liam ikut kebingungan. "A-ada apa ?"

"Sepertinya aku kehilangan ponselku."

Liam menatap Arabelle. "Kehilangan? Bagaimana bisa?" tanya lelaki itu, nada suaranya sedikit meninggi karena terkejut.

"Apa mungkin terjatuh di suatu tempat, ya ?" Arabelle mengabaikan reaksi terkejut Liam dengan terus meraba kantung-kantung seragamnya, wajahnya semakin panik. "Kalau begitu aku pergi mencarinya dulu. Sampai jumpa lagi, Liam."

* * *

Di kedai luar sekolah, Aretha tengah asyik memainkan ponsel di tangannya dengan mengetuk-ngetuknya di atas meja. Gadis itu tidak sendiri, dia ditemani oleh dua orang gadis yang sedang duduk di kursi depannya.

"Aku tidak pernah melihat itu sebelumnya. Apa kau mengganti ponsel baru, Etha ?" Ujar salah dari mereka setelah lama hanya memperhatikan gadis itu memainkannya.

"Hm... ini, aku tak sengaja menemukannya di tangga sekolahku pagi tadi." Balas Aretha dengan acuh tak acuh, seakan itu bukanlah sesuatu yang menarik untuk dia bicarakan.

"Jadi... Apa saja yang terjadi di kelasmu kali ini sampai membuatmu tidak begitu bersemangat sekarang ?" Pernyataan itu seketika menghentikan aktivitasnya.

Aretha melihat ke arah kedua gadis dengan seragam sekolah menengah pertama itu sebelum menjawab. "Bukan apa-apa. Aku hanya hampir bertengkar dengan beberapa anak di kelas, karena perilaku mereka yang menyebalkan."

"Apa, hanya itu ? Apa tidak ada cerita menarik lainnya ?" Tanya salah satu gadis di depan Aretha dengan penuh antusias.

"Ya... karena permasalahannya tidak separah itu. Dan aku hanya sempat menghinanya saja, tidak ada hal menarik lainnya." Jawab Aretha dengan ringan.

"Wow, siapa anak yang sudah mendapat hinaan kejam dari Etha, ya..." Ujar gadis bermata bulat itu dengan menopang dagunya menggoda.

"Aku tidak begitu ingat. Tapi sepertinya ada nama Adelle atau semacamnya di name tag nya." Aretha membalas dengan acuh tak acuh sembari memainkan kembali ponsel di tangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PIPRA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang