Mingyu membuka mata. Ia meringis dan memegang kepalanya yang sakit. Kedua matanya langsung menyisir sekitar mencari keberadaan sesosok demon being yang tidak terlihat sama sekali.
"Kiernan" Mingyu menghampiri Wonwoo dan membangunkannya pelan. Myungho yang pingsan tidak jauh darinya juga dibangunkan oleh Mingyu.
"Apa yang terjadi?" Tanya Wonwoo langsung.
"The Four Horsemen membawa Jun"
Myungho yang baru saja sadar langsung terkejut. Ia menengok ke kanan dan kiri mencari keberadaan Jun.
"Rave! Dimana? Kemana dia membawa Rave?!"
Mingyu meletakkan kedua tangannya di bahu Myungho untuk menenangkan hybrid angel tersebut. "Tenanglah, kita tidak tau tetapi ingat Jun tidak terpengaruh dengan kekuatannya"
Myungho berteriak frustasi. The Four Horsemen sialan, kapan penderitaan ini akan berakhir? Kalau berakhir, kalau tidak akan pernah berakhir bagaimana? Sial.
Mereka bertiga hanya bisa menunduk sedih. Jun adalah seorang being yang kuat, ia pasti bisa menjaga dirinya sendiri. Pasti.
...
Jun bangun di sebuah ruangan serba putih yang menyakitkan mata. Sudah berkali kali ia turun ke bumi semenjak kematiannya dan sudah lebih dari seratus tahun Jun menyaksikan perubahan peradaban manusia menjadi lebih modern.
Ia tau ruangan seperti apa ini dan untuk apa. Sulit bagi para demon, angel dan hybrid untuk lebih mengerti manusia, jadi Jun tidak bisa menutupi ketakjubannya ketika The Four Horsemen Famine itu menaruhnya disini.
"Oh kau sudah sadar?" Ningning tiba tiba muncul di salah satu sudut ruangan.
"Kenapa kau membawaku kemari?"
"Kau manusia kan? Ku dengar manusia akan menjadi gila jika berada di ruangan seperti ini"
Jun tersenyum remeh. "Aku sudah bukan manusia lagi. Aku seorang demon"
"Sekalinya manusia tetap manusia"
Ningning mengeluarkan sebuah rokok. Ia menghirup dan memainkan benda yang mematikan perlahan tersebut sebelum menyodorkannya kepada Jun.
"Jika kau seorang demon maka bakar lah"
Jun menatap rokok itu lama sebelum merebutnya dari Ningning dan menginjaknya. "Aku tidak suka baunya"
Ningning tersenyum. Ia berjalan menuju setiap sudut ruangan putih ini dan menyentuh dindingnya. Perlahan seperti air terjun, dinding putih ruangan ini meleleh dan berubah menjadi sebuah tempat berwarna merah yang tanahnya seperti daging.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Jun was was.
"Selamat datang di duniaku"
Hampir saja Jun muntah melihat sekelilingnya. Di tengah ada sebuah pohon berwarna merah yang besar seperti jantung tetapi tidak berdaun.
"Menyedihkan? Menjijikan? Inilah rumahku"
Ningning tersenyum tipis. Dunia ini memang terlihat sangat menyeramkan bagi orang lain termasuk Jun. Namun, baginya dunia ini adalah segalanya. Tidak ada yang bisa ia serap lagi energinya disini terlebih karena semuanya sudah mati dan melebur menjadi satu.
"Inilah yang akan terjadi jika aku menyerap semua energi teman temanmu" Ucapan Ningning membuat Jun terbelak.
"Benarkah?"
"Untuk apa aku bohong?" Ningning menghampiri pohon besar tersebut. "Pohon ini adalah makhluk hidup terakhir disini selain aku. Aku tidak mau membunuhnya, aku tidak mau pohon ini mati, makanya aku belajar bagaimana caranya mengendalikan kekuatanku"
"Kenapa kau memberitaukan semua ini padaku?"
Senyuman lebar muncul di bibir Ningning yang Jun ketahui senyuman itu tidak akan memiliki arti bagus. "Aku lelah"
"Lelah?"
"Jika kau bisa membunuhku maka itu lebih baik. Tetapi kau tidak bisa"
Jun memiringkan kepala tidak mengerti.
"Aku akan memberikan sebagian kekuatanku untukmu"
"Huh?! Kenapa?!"
Ningning menatap kedua tangannya yang baru Jun sadari bergetar sedari tadi.
"Aku lelah"
The Four Horsemen tersebut memperbesar energi kekuatannya. Pohon besar di hadapan mereka mulai bergetar dan satu bersatu dahannya mengecil. Jun yang merasakan sesuatu masuk dengan paksa memenuhi tubuhnya pun meringis sakit. Rasanya seperti tenggelam, Jun tidak bisa bernapas, paru parunya terisi sedikit demi sedikit.
"Kau harus bertahan manusia. Hanya kau yang bisa"
Pandangan Jun perlahan menghitam. Kesadarannya pun menghilang. Pada saat itu juga Jun pingsan, tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya.
Sedikit demi sedikit Ningning merasakan kekuatannya berpindah. Kedua mata Famine tersebut berbinar karena rencananya berhasil. Untuk pertama kalinya dalam seumur hidup, Ningning tertawa lepas. Pohon yang disentuhnya akhirnya mati, meleleh menjadi genangan air merah seperti hal hal lain yang mengisi dunia ini.
...
Giselle melirik Karina takut. Dari tiga saudaranya yang lain Karina lah yang paling menakutkan. Ia bisa membunuh siapapun, bahkan Giselle hanya dengan menjentikan jari. Terlebih tidak ada yang bisa mengerti apa yang ada dipikiran The Four Horsemen tersebut.
"Dimana Ningning?" Tanya Karina.
"Entahlah. Aku tidak peduli dia kemana. Aku bukan ibu, dan lagi aku bukan seorang pengasuh"
Karina berdecak dan menengok menatap sesosok laki laki berjubah putih yang berdiri tak jauh dari mereka.
Adellum, berdiri seperti patung dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan.
"Kenapa kau tidak menyebarkan penyakit dimana mana?" Tanya Karina lagi.
"Oh, serius Karina kenapa kau berisik sekali? Ini lebih menyenangkan daripada menyerang terus menerus. Aku juga butuh hiburan"
"Tapi aku butuh kematian" Kedua mata Karina menyala seiring dengan emosinya yang sedikit naik.
Karena terkejut dan takut Giselle berpaling dan enggan menatap kedua mata The Four Horsemen Death tersebut. Ia benci merasa tidak berdaya jika berhadapan dengan Karina.
"Maka sebarkan kematian. Adellum tau daerah mana yang perlu kau basmi. Dia adalah makhluk terpercaya"
Adellum sedikit tersentak mendengar namanya disebut, namun ia tidak menghiraukan dan kembali memasang wajah lurus tidak peduli.
"Sudah berapa lama kau tinggal disini wahai adikku? Sepertinya kau lupa bahwa aku lah yang memimpin"
Giselle menelan ludah kasar. Mereka berempat adalah saudara, namun ada perasaan saling membenci di antara mereka yang lebih besar dari apapun. Mereka sama sama berlomba untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan dari-Nya.
"Aku ingin mereka saling membunuh" Ucap Karina dingin.
Tbc
Damn, untuk sesaat saya lupa bahasa indonesia dan gk bisa nulis kata selanjutnya apa. Menurut kalian apakah cerita adult itu lebih laku daripada cerita biasa? Karna kyknya menurut saya iya. Fujo dan fudan maunya m-rate wkwk.
Terima kasih sudah mau menunggu cerita ini. Better bikin the four horsemennya kalah secepatnya gk?
©yuuto daichi
KAMU SEDANG MEMBACA
[S1✔] S2 Devil Saint ✗ Meanie
أدب الهواة〈season two is up〉angel dan demon tidak pernah diperbolehkan bersatu, begitu peraturannya. bl + fantasy + drama seventeen meanie fanfiction copyright! the author does not allow any form of plagiarism, remake, translate and etc without permission. al...