Mentari sudah siap dengan seragam SMA dan tas ransel, berdiri di depan kosnya. Ia menunggu Langit yang katanya akan menjemputnya. Sudah hampir pukul tujuh pagi, namun tidak ada sedikitpun laki-laki berbadan gapura itu kelihatan.
"Langit beneran jemput aku gak sih? Apa aku chat aja ya orangnya?" Mentari mulai gelisah, ia tak henti-hentinya memperhatikan layar ponselnya. Sembari menatap jam pada ponsel tersebut, sembari juga mengharap kabar dari Langit. Bbibbb~
Notifikasi chat di ponsel Mentari berbunyi. Tak butuh waktu lama untuk Mentari segera membuka layar ponselnya. Bukan dari Langit, namun dari Erica.
PPS (Para Penikmat Senja)
Erica
Mentari, lo kesiangan apa gimana?
Tumben banget jam segini belum nyampe sekolah?
Mentari
Aku masih nungguin Langit
Dari tadi dia gak ada kabar
Erica
Langit udah dikelas
Lo nungguin dia?
Ada rasa kesal yang tidak bisa Mentari ungkapkan. Mau kesal pun mungkin ia lebih tidak berani. Langit benar-benar jahat. Bagaimana bisa ia semudah itu ingkar janji? Sudahlah, Mentari tidak punya waktu banyak, daripada kesal yang tidak akan menyelesaikan masalah, lebih baik ia bergegas mencari bus untuk segera ke sekolahnya.
☆☼☁︎♡☀︎
Langit yang tengah duduk di meja belajarnya, terus menatap ke arah pintu kelas. Menunggu Mentari yang mungkin akan memasuki ruangan itu dengan terengah-engah. Membayangkannya saja sudah membuat Langit terasa sangat menyenangkan. Ia sudah tidak sabar menantikan kedatangan Mentari.
Fokusnya seketika teralihkan ketika ia menerima pesan chat dari Mentari. Isinya bukan umpatan, melainkan permintaan maaf yang terasa tulus dari Mentari soal yang kemarin. Maaf karena ia telah membuat Langit merasa jengkel kepadanya. Langit ingin bersikap acuh, ia kan tidak pernah peduli dengan apapun keadaan orang lain. Namun kali ini rasanya berbeda. Adanya yang mengganggu pikirannya.
"SIAL." Langit beranjak dari kursinya sembari membawa kunci motor, ia bergegas keluar dari ruang kelasnya.
"Heh, mau kemana lo? Bentar lagi kelas dimulai." Peringat Angkasa kepada sahabatnya yang pastinya tuli akan hal itu.
"Jemput cewek gue." Singkat, padat, dan CEWEK GUE. Tubuh tingginya kini hilang dalam sekejap. Sementara satu kelas serentak melongo, mencerna apa yang baru saja diucapkan oleh laki-laki tadi. Angkasa yang mendengar itu pun terperangah, ia seperti habis mendengar pengakuan dari Langit. Ini fix dan no debat. Cewek yang dimaksud oleh Langit pasti adalah Mentari. Erica yang juga berada di kelas itu pun menggeleng-geleng tak percaya. Kejadian kemarin bukanlah sebuah mimpi. Langit bersungguh-sungguh menerima pernyataan cintanya Mentari.
☆☼☁︎♡☀︎
Mentari lagi-lagi harus berdiri lama di depan halte bus yang rasanya tak kunjung datang. Kenapa hari ini semua hal terasa mempermainkan Mentari. Mentari hampir tidak pernah terlambat sekolah. Jelas saja hari ini ia amat ketakutan. Air keringat mulai mengucuri keningnya. Hatinya kesal, air matanya hampir saja jatuh. Untungnya dia tahan karena malu, ini ditempat umum.
Dari kejauhan Mentari dapat melihat bus yang ia tunggu akhirnya datang juga. Dari kejauhan itu pun tiba-tiba saja Mentari melihat Kasya yang tengah berlari ke arahnya. "Kasya?" Tak ada jawaban. Kasya masih fokus mengatur nafasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Sunshine
Fiksi RemajaMentari Gloriana, seorang gadis remaja kelas 3 SMA dengan tingkat empati terlalu tinggi, membuat dirinya mudah kelelahan dan lupa bahwa ia juga harus berempati pada dirinya sendiri. Langit Askara Sanjaya adalah seorang remaja laki-laki dengan gangg...