17. Tidak Diakui

7 2 0
                                    

UYUYY, hari ini aku lagi baik jadi aku double up horeee ^^

*****

17. Tidak Diakui

*****

_____________________________

"Setelah bertahun-tahun merusak tubuh anakmu, apa sekarang anda juga berniat merusak mentalnya? Saya tau anda tidak buta, jadi tolong lihat dia sama seperti anda melihat anak anda yang lain."

-Kaisar Fandra Altair.


_____________________________

•HAPPY READING•

*****


"Wah, Hendry, sudah lama tidak bertemu."

Hendry mengangguk, pria itu mengiyakan dan membalas sapaan lawan bicaranya dengan jabatan singkat.

Siang ini, Hendry–lebih tepatnya keluarga Herlambang mendatangi perusahaan milik rekan bisnisnya.

Hendry, Audya, Elvano, Elvino, beserta Assenna sudah duduk manis di sofa tepat di depan Andri–rekan kerja Hendry yang dimaksud.

"Kau punya tiga anak? Ku pikir empat."

Jika kalian mengira Hendry akan membenarkan dugaan Andri, sangat salah. Nyatanya pria itu lebih dulu memotong jawaban yang ingin dilontarkan istrinya.

"Iya, hanya tiga. Dua laki-laki dan satu perempuan. Ini Vano, Vino, dan Senna putriku yang paling cantik dan pintar," ucap Hendry panjang lebar dibalas senyuman anggun milik sang putri.

Sedikit tidak enak bagi Senna, karena mau bagaimanapun juga di rumah masih ada satu saudaranya yang entah sedang apa sekarang. Audya? Jangan ditanya lagi, Ibu mana yang tidak sakit hati mendengar ucapan suaminya dan mengingat salah satu anaknya tidak diakui? Wanita itu ... Jika kalian berpikir Audya sama halnya dengan Hendry, kalian salah. Nyatanya Audya tak lebih dari seonggok cermin hancur menatap sendu sang suami.

Andri tersenyum.

"Benar, putrimu sangat cantik. Kedua putramu juga sangat tampan, omong-omong, saya juga punya satu putri, jika ada waktu akan saya kenalkan juga," ujar Andri dibalas anggukan oleh Hendry.

Tak butuh waktu lama, pertemuan mereka selesai dengan suasana panas mencekam. Bagaimana tidak? Ternyata kedatangan keluarga Herlambang hanyalah malapetaka bagi dirinya sendiri. Andri, selaku rekan bisnisnya ternyata memilih memberikan surat pemutusan perjanjian kontrak. Ini gila, Baru kemarin perusahannya dilanda kerugian besar, sekarang ada lagi masalah dengan bisnisnya?

Sedikit tersulut emosi, mau bagaimana lagi? Hendry adalah orang yang cenderung meledak-ledak, tapi ia tetap harus profesional menghadapi surat kontrak di depannya ini.

"Baiklah jika itu yang anda mau. Saya akan menandatangani surat ini dan pergi."

***

Dengan gerakan penuh kemurkaan, hampir semua perabotan rumah hancur jika tak langsung dijamah dengan cekatan saat itu juga. Vas bunga, meja, dan kursi kerja, semuanya tidak berdiri di tempatnya masing-masing. Semuanya berpencar lebur tanpa arah di ikuti berkas-berkas yang juga masih belum digarap sama sekali.

Matanya terpejam erat dengan tangan masih saja mencengkram ujung kursi beroda tersebut hingga buku-buku jarinya memutih. Napasnya memburu disertai badai emosi yang kian membakar isi kepala dan dadanya. "Ini pasti karena kau dan anak sialan mu itu ... Kau ... Keparat!" sarkasnya entah pada siapa, emosinya bergejolak dalam hati memaksa ingin dilampiaskan saat ini juga, mencabik-cabik sisa kewarasan yang ia miliki.

ARSEN - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang