"Mi ... Mingyu? Apa yang kau lakukan di sini?"
Seseorang yang menekan bel unit apartemen Elina adalah Mingyu. Sepulang dari kantor tadi, ia memang niat untuk datang ke tempat Elina. Pertama, ia ingin mengetahui kabar wanita itu. kedua, ia ingin memarahinya karena berani-beraninya memberikan hadiah spesialnya yang sudah ia bawa jauh-jauh dari Singapore kepada Bora.
Namun, saat wanita itu membuka pintu dengan kondisi lemah, Mingyu mendadak melupakan sejenak rasa kesalnya pada wanita itu.
"Ka ... kau baik-baik saja?" eja Mingyu menatap lembut ke dalam mata Elina.
Wanita itu terpegun mendengar kelembutan dari bosnya itu. Namun, ia sedang tidak ingin diganggu. Ia hanya ingin istirahat untuk memulihkan kembali kesehatannya. Baik kesehatan fisik maupun mentalnya.
"Untuk apa kau datang kemari?" Elina kembali bertanya.
"Tidak bisakah kau menyuruhku masuk terlebih dahulu. Aku baru saja pulang dari kantor dan langsung menuju apartemenmu!"
Melihat pakaian Mingyu yang masih lengkap dengan jasnya, ia baru tersadar bahwa benar pria itu baru saja pulang dari kantor. Dengan berat hati akhirnya Elina menyuruh Mingyu masuk ke dalam apartemen. Lagipula matahari sudah meninggalkan singgasananya dan meninggalkan warna jingga pada langit Jakarta petang ini.
Mingyu sudah duduk di sofa bersebelahan dengan Elina. Ia memerhatikan wajah wanita itu yang nampak begitu lemas dengan tatapan sayu.
"Tunggu sebentar, Gyu. Aku akan menyiapkan minum untukmu," lirih Elina sudah membangunkan dirinya berniat mengambilkan minum.
Baru saja Elina hendak berdiri, ia kembali terduduk karena Mingyu menarik tangannya agar wanita itu duduk saja.
"Tidak usah repot-repot. Aku ke sini bukan untuk merepotkanmu." Ucap Mingyu menatap Elina.
"Kau datang ke sini saja, sudah repot Mingyu." Batin Elina.
"Bagaimana kondisimu? Apa kau sudah berobat, hm?" lembut Mingyu sambil menempelkan telapak tangannya pada kening Elina.
Deg... deg...
Benar adanya kening Elina terasa sedikit hangat. Sembari Mingyu menempelkan telapak tangan pada kening Elina, pandangan mereka bertemu. Mingyu menatap Elina dengan sangat lembut. Elina terpegun dengan tatapan Mingyu dan juga perhatiannya. Sungguh nafasnya tercekat di dalam kerongkongan. Bukan karena sakitnya, melainkan karena sikap Mingyu.
"A ... aku bai ... baik-baik saja, Gyu. Hanya terlalu lelah. Besok aku sudah kembali bekerja." Jawab Elina sambil menyingkirkan tangan Mingyu dari keningnya.
"Ah ... syukurlah. Aku dengar kau sedang tidak enak badan karena terlalu bersemangat untuk acara ulang tahun hotel besok. Kau juga tidak ikut acara makan malam bersama timmu kemarin malam. Mengapa tidak mengabariku?"
"Aku sudah mengabari pak Suno bahwa aku tidak bisa hadir, Gyu."
"Iya betul pak Suno. Tapi kau tidak mengabariku secara langsung. Bahkan pesan dan panggilanku tidak kau jawab."
Elina memutar bola matanya tak paham apa maksud dari ucapannya. Bukankah ia sudah mengabari pak Suno? Untuk apa lagi pria itu meminta kabar darinya.
"Untuk apa?"
"Untuk apa katamu?" tegas Mingyu.
"Iya. Untuk apa? Aku sudah mengabari pak Suno kalau aku berhalangan hadir pada acara makan malam kemarin malam. Acaranya sangat lancar bukan, meskipun aku tidak ikut makan malam bersama kalian?"
Mingyu menghela nafas kemudian sedikit memajukan wajahnya mendekati Elina. Wanita itu terlihat sangat pucat dengan lingkaran hitam di bawah bola matanya yang begitu jelas terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear, Elina
RomancePark Elina adalah seorang gadis bawel, ceria dan sedikit gila yang selalu mengejar-ngejar cinta pertamanya yaitu Kim Mingyu. Ia selalu mengganggu kegiatan seorang Kim Mingyu dengan cara bersikap aneh hanya untuk mencari perhatian darinya. Hingga pa...