"Bentar, bentar ... ini ada apa, Bang?" Gue mundur dua langkah seiring langkah maju mereka yang gue tahu mereka adalah kaka kelas.
"Lo Dipta?" tanya salah satu mereka yang paling depan, dapat gue baca name tag di dada kirinya bertuliskan Rico Agus Pangestu.
Gue makin jalan mundur, lalu beberapa yang lain dari mereka mulai ngepung gue. "Ini kenapa ya bang?" Panik, tatapan mereka nggak bersahabat dan gue yakin gue dalam bahaya sekarang.
"Ck!" Rico berdecih sambil kacak pinggang nyorot gue dari ujung kaki nyampe ke muka. "Modelan anak mama begini harus gue tonjok?" ejeknya.
Gue nelen ludah kasar, ngerunduk nyorot celmek merah muda yang gue pake dengan sedikit noda tepung di sisi kiri.
Ini jam Ekstrakurikuler, dan sekarang gue yang baru aja keluar dari dapur sekolah buat ambil piping bag karena disuruh bu Anita tadi malah ketemu segerombolan cowok-cowok garang ini.
"A-ada apa ya, Bang?" Gue beraniin diri buat mendongak lagi dan tanya meski tetep waspada.
Tanpa aba-aba dada gue didorong dan masuk lagilah gue ke dapur, empat dari mereka masuk juga lalu pintu dikunci.
"Sorry, nih? Ada keperluan apa, Bang?" Gue mundur lagi selangkah dengan detak jantung kian terpacu hebat, lalu-
Bugkh!
-Pening detik itu juga bersamaan dengan gue limbung ke kanan kasar. Belum sempat ambil napas, krah kemeja gue dicengkram lalu diangkatnya untuk menyamakan tinggi badan.
Masih pening, bahkan mata rasanya masih berkunang untuk fokus liat Rico yang tadi layangin tonjokannya ke gue.
"Denger, Bajingan ... Madza itu cewek gue, jangan macem-macem, atau gue patahin leher lo!" ancamnya tajam dengan gigi gemeretak gue dengar.
Brak!
"Akh!" Kasar dia hempas tubuh ini nyampe punggung ngebentur tembok.
Rico keluar lalu pergi sama semua temen-temennya yang juga tadi di luar dapur.
"Anak babi ... siapa lagi Madza?" keluh gue dengan pegang tulang pipi yang rasanya berdenyut hebat karena hantaman tadi. "Aish ... orang-orang pada kenapa, sih?" tapi sedetik kemudian gue sadar. "Ey?" Gue ngerling inget sesuatu. "Madza? Anjir anjir anjir ... cewek yang gue baperin di dm IG anjir."
Buru-buru gue ambil hp di kantong celana OSIS ini lalu masuk ke ig.
"Jadi?" Gue ngakak meski masih pegang tulang pipi yang rasanya makin berdenyut hebat karena otot wajah ketarik. "Aduh, sorry nggak sengaja ... nggak sengaja bikin baper anak orang ...," Ampun gue ke semesta. "Ey, tapi gue langsung dapet karma?" Gue ngerling lagi dengan tetep pegang tulang pipi. "Oke! Ya udah, jadi impas." Kedikin bahu tak acuh, lalu hidup kembali berjalan normal meski rasa denyut sakit nggak ilang.
Gue keluar dapur dan balik lagi ke ruang praktik di mana anak-anak tata boga lagi pada asik bikin kue.
"Lama banget, Dip?" protes bu Anita.
Gue cuma jawab, "Hehe ... maap, Bu." Lalu kasih piping bag yang tadi bu Anita suruh ambil.
Balik lagi ke meja di mana gue lagi dekorasi kue ulang tahun ala-ala
"Done!" Cukup keren buat gue cowok pemula, jangan diliat tampilannya, tapi rasanya ... ini gue bikin dengan sepenuh jiwa raga dan cinta di tiap bahan dan olahannya.
Gue tepuk-tepuk tangan kecil lalu celingak-celinguk liat ke yang lain. "Dunia terlihat sibuk," Gue sidekap tangan lalu geleng kepala nyorot mereka yang heboh banget acara dekorasi kuenya, bahkan ada tuh yang masih bingung milih mau pake piping bag yang mana, padahal udah kesorean sekarang.
"Bu! Dipta udah selesai." Gue angkat tangan.
"Cepet banget?" Bu Nita mendekat lalu nyorot hasil tangan gue. "Ee ...," Dengung bu Nita.
"Setiap seni ada nilainya, Bu ...ini bukan soal wujud ... tapi ini bakalan jadi history," Gue kerucutin kelima jari tangan kanan mantap.
Bu Nita pasang muka datar.
"Serius, Bu ... bayangin, di masa depan Dipta jadi master chef paling berpengaruh di muka bumi, dan ini adalah kue pertama yang dibuat oleh tangan ajaib Dipta, apa nggak jadi sejarah dunia perkulineran Gambar ini?"
"Udah lah terserah kamu aja, Dip ... ibu nggak paham kamu ngomong apa," Bu Nita nyerah dan ngalah.
"Oke, jadi Dipta boleh pulang?"
"Iyaa ...," jawabnya.
"Terima kasih," balas gue dengan senyum sumringah.
Tulang pipi masih berdenyut, gue berkemas, nggak lupa hasil karya juga gue bawa pulang, mau gue bagi ke Hengki, Nando sama Noah nanti, mereka harus cobain ini.
Keluar ruangan paling awal, gue udah disambut Hengki duluan. "Ayaang ... Bikin apa tadi?" tanyanya renyah sumringah meski tepian rambutnya basah keringat. Dia juga baru selesai ekskul basketnya dan seperti biasa bakalan nyamperin gue paling duluan karena lapangan basket indor paling deket sama ruang ekskul tata boga.
"Ayang, ayang ..." beo gue sarkas. "Homo lo?" Lanjut maki.
"Cicip dong," serobot Hengki nggak sabaran.
"Ets!" Gue jauhin kue ini dari jangkauannya. "Nanti ... ini kita bagi empat.
"Kecil gitu bisa dibagi empat?" Dia buletin bola mata.
"Ya udah, bagi tiga lo gak usah," Gue jalan duluan.
"Ah, Dipta mah parah ...," Dia ngejar.
Kami ke lapangan futsal nyusul Noah dulu yang pasti sekarang udah kelar ekskulnya juga, kalau Nando nanti paling akhir karena di ruang musik, dan yang pasti bakalan selalu paling akhir.
Nggak tahu anak itu, kalau udah gabung sama temen band nya bisa lupa waktu.
Tapi ternyata hari ini ceritanya lain, Nando kucuk-kucuk udah nyamperin dan kami ketemu di koridor.
"Lah tumben?" tanya gue ke Nando.
"Iya, vokalisnya lagu gak enak badan," jawab Nando. "Mau langsung ke parkiran apa nyusul Noah dulu?"
"Guys!"
Kompak kami noleh, Noah ternyata dengan kaos futsal ijo neonnya.
"Lah itu anaknya." Gue tunjuk pake dagu si Noah yang lari mendekat ke kami.
"Eh, Dip! Muka lo kenapa?" Hengki notice tulang pipi gue yang emang rasanya masih berdenyut sakit dan sedikit mulai terasa kebas.
"Kenapa?" Noah yang baru nyampe di depan gue langsung ikut panik.
"Lo kenapa, Dip?" Nando pegang rahang kiri gue dan mastiin.
Gue cuman nyengir. "Hehe ... anu, nanti gue ceritain."
Tbc ...
Vote dulu, gue pengin aktif lagi, paksa gue dong! Ayo komen yang banyak!
I love you, tolong tetap sehat dan bahagia kalian
KAMU SEDANG MEMBACA
Dipta and 3 Idiots
Teen FictionCuman nyeritain Dipta dan tiga cowok absurd yang hobi ngintilin dia ke mana-mana. "Cool-cool gini gue juga pengin di utututu tayang ... mau nen? gitu juga kali," -Hengki "Gue emang nggak punya banyak harta, tapi semisal gue punya duit 1juta dan lo m...