56. Hali marah

192 36 97
                                    

Di sisi lain, Taufan terus memikirkan Solar. Dia merasa ada yang tidak beres dengan teman sebangku dari adiknya itu.

"Gempa, besok gue minta tolong mintain binder gue ke Solar," kata Taufan sambil menepuk pundak Gempa yang sedang fokus melihat film.

Gempa hanya mengangguk lalu kembali fokus melihat film. Tanpa banyak bertanya, Gempa sudah tahu kalau sebenarnya Solar punya kepribadian ganda. Pernah sekali Solar kebingungan saat terbangun di kelas saat ketiduran, dan menanyakan Gempa siapa.

Lalu Gempa akhirnya mengetahui kalau kepribadian ganda Solar dipanggil dengan nama belakangnya Solar, yaitu Sirius.

Keesokan harinya, suasana kelas terasa lebih riuh dari biasanya. Gempa duduk di samping Solar. "Solar, Kak Taufan nyuruh aku ambil bindernya ke kamu," kata Gempa sambil tersenyum.

Solar yang sedang melamun langsung tersentak. Ia menatap Gempa dengan tatapan bingung. "Binder yang mana?" tanyanya.

Gempa mengulangi pertanyaannya. Solar mulai mengingat-ingat, lalu ia meraih tas ranselnya dan mulai mencari-cari. Beberapa saat kemudian, ia menemukan sebuah binder berwarna biru yang tidak ia kenali.

"Kayaknya ini," ucap Solar sambil menyerahkan binder itu pada Gempa. "Tapi kok gue nggak ingat bawa binder ini kemarin?"

Gempa mengambil binder itu dan membukanya. Di halaman pertama, ia menemukan coretan-coretan tangan yang tidak terlalu rapi, kepribadian gandanya Solar benar-benar mengikuti saran Taufan untuk menulis di kertas dalam binder itu.

Gempa hanya tersenyum saja pada Solar, dia tahu kalau sekarang kepribadian Sirius sedang tidak mengambil alih kepribadian teman sebangkunya itu.

"Sirius nyapa kamu lewat tulisan nggak?" Gempa bertanya.

Seketika Solar menoleh dengan kaku ke arah teman sebangkunya. Padahal Solar kan masih terbilang murid baru di sana, bagaimana bisa Gempa tahu tentang Sirius?

Hanya itu yang ada dalam pikiran Solar saat ini.

"Oh, kayaknya kamu gak nyadar. Sirius pernah ngambil alih kamu beberapa kali di kelas," kata Gempa ketika menyadari Solar curiga padanya.

"O-oh. Jangan nanya hal itu! Gue juga ogah komunikasi sama kepribadian ganda gue setiap kali dia muncul," ketus Solar.

"Kamu nolak keberadaan kepribadian yang tanpa sadar kamu bentuk," balas Gempa.

"Gue gak mau bahas ini, Gempa. Sirius itu selalu bikin gue nyerah buat hidup!" Solar mulai membentak teman sebangkunya itu.

"Tapi kamu sendiri yang nyiptain Sirius dalam diri kamu. Secara gak langsung, kamu sendiri emang selalu pengen bunuh diri, kan?" Gempa berusaha memancing Solar.

Bersyukurlah Solar karena tak ada yang menyimak pembicaraannya dengan Gempa saat ini.

Solar diam-diam terkejut mendengar ucapan Gempa. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa dugaan Gempa benar. Sirius, kepribadian gandanya, memang terbentuk dari keinginan terpendamnya untuk bunuh diri. Namun, Solar terlalu malu untuk mengakuinya.

Solar tak ingin terlihat lemah, bahkan di depan Gempa yang sepertinya sudah cukup memahami dirinya.

Solar sangat malu, tapi ia segera menutupinya dengan sikap ketus. "Gue nggak tahu lo ngomong apa, Gempa. Gue nggak peduli soal Sirius atau apapun yang lo bilang. Gue cuma pengen hidup normal, jadi jangan sok tau!"

Gempa tidak tersinggung dengan ucapan Solar. Gempa hanya menatap temannya dengan tenang. "Aku cuma pengen kamu tahu kalau ada yang bisa kamu mintain bantuan," balasnya.

Solar menunduk, hatinya bergejolak. Meski ia membenci Sirius, ia tahu bahwa kepribadian ganda itu sebenarnya adalah bagian dari dirinya.

Tapi untuk menerima itu? Rasanya terlalu sulit, dan Solar tidak siap.

Behind the Mask of a Bully (Boboiboy Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang