Part 89 - Tes DNA

385 8 2
                                    


Yena duduk di pangkuan Ji-heon sambil makan. Jeong-oh tidak bisa berkata apa-apa karena lucunya anak yang bahkan sudah bisa menggunakan sumpit sendiri itu bahkan tidak mengangkat tangan dan hanya membuka mulutnya seperti bayi burung ketika ayahnya menyuapinya makanan. Itu adalah waktu makan yang menyenangkan. Setelah makan siang, Ji-heon berbicara dengan Yena.

"Yena, ayah ingin mengatakan sesuatu kepadamu."

"Ngh."

"Kita akan pergi ke rumah sakit lagi."

Jadwal hari ini. Diputuskan untuk melakukan tes DNA. Ji-heon mencari tempat tes dengan orang yang dia percaya dan karena alasan itu dia menjadi lebih sibuk sejak pagi hari.

"Kita tidak pergi ke rumah sakit ini karena Yena sakit, kita pergi ke sana karena kita perlu menjalani tes, dan kita melakukan tes untuk mencantumkan nama Yena secara sah sebagai putri ayah."

"Bagaimana bisa begitu?"

Yena bertanya setelah penjelasan Ji-heon. Ekspresi Yena kaku. Secara sah menyebut Yena adalah putri ayah. Kata-kata itu membuat Yena gugup lagi.

"Kita hanya perlu mengambil sedikit darah Yena dan sedikit darah Ayah dan melakukan tes menggunakan darah itu."

"Bagaimana caranya?"

Yena menoleh dan bertanya pada Jeong-oh yang duduk di sebelahnya.

"Ibu, bagaimana kita bisa mengatakan Yena adalah putri ayah hanya dari mengambil darah? Bukankah semua darah berwarna merah?"

Putriku, yang sejak tadi terus berbicara dengan ayahnya, mulai menanyakan pertanyaan sulit kepada ibunya. Kulit Jeong-oh menjadi merah. Aku tidak tahu. Ibu tidak tahu. Ibu adalah seorang mahasiswa seni liberal pada intinya... Kepalaku, yang tidak mampu menjelaskan tes darah dengan jelas, meratap pelan. Sementara itu, Yena mengubah targetnya.

"Jika aku bersedia mengambil darah, bisakah aku mendapatkan stiker?"

Putriku, yang sejak tadi dimanjakan oleh ayahnya menjadi seperti anak keledai yang lepas kendali, lalu tersadar sejenak dan bertanya kepada ayahnya dengan hormat. Anak ini masih bingung dengan campuran tuturan formal dan informal. Aku harus menjelaskan semuanya langkah demi langkah. Ji-heon menunjukkan ibu jarinya pada Yena dan bertanya.

"Bisakah kamu melihat sidik jari seperti ayah di jarimu?"

"Ngh. Aku juga punya sidik jari!"

"Ya, tahukah kamu kalau sidik jari setiap orang berbeda-beda?"

"Ngh. Aku mempelajarinya di tempat penitipan anak."

"Oke. Jadi meski Yena tersesat dan lupa jalan pulang, jika kamu sudah mendaftakan sidik jarimu di kantor polisi, maka Yena bisa menemukan jalan pulang. Sidik jari kamu menjadi peta menuju kerumahmu."

Ji-heon yang menjelaskan tentang sidik jari, mencari di ponselnya dan menemukan video darah dengan pembesaran 1000x dan menunjukkannya pada Yena. Itu adalah video yang memperlihatkan penampakan sel darah merah dan sel darah putih.

"Kita juga memiliki sesuatu seperti ini di tubuh kita, lihat. Ini adalah darah merah yang diperbesar 1.000 kali di bawah mikroskop."

Yena mengerutkan kening dan menoleh.

"Eeeww, itu menjijikkan."

"Apakah itu menjijikkan?"

"Ngh. Seperti telur katak."

"Oke. Bukankah setiap orang memiliki darah yang sama, hanya terlihat merah di mata kita, namun sebenarnya darah tersebut seperti telur katak? Jika kamu memperbesarnya lebih jauh, kamu dapat melihat cetak birunya, sebuah peta yang terukir dalam darah kita. Peta seperti sidik jari ada dalam darah kita."

A Child Who Looks Like Me / Anak yang Mirip DenganKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang