BAB 82 : Taman Bermain

67 12 0
                                    

─── ・ 。゚☆ :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

─── ・ 。゚☆ : .☽☽☽. : ☆゚• ───

NYARIS saja ketinggalan bus kota sebab terlalu lama memakan waktu guna berbincang-bincang sebelumnya, beruntung saja takdir masih memihak mereka lantaran Haiga berinisiatif langsung mengejar bus kota nan akan membawa mereka menuju taman bermain pu...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

NYARIS saja ketinggalan bus kota sebab terlalu lama memakan waktu guna berbincang-bincang sebelumnya, beruntung saja takdir masih memihak mereka lantaran Haiga berinisiatif langsung mengejar bus kota nan akan membawa mereka menuju taman bermain pusat kota dengan motornya. Kanaya yang merasa bertanggung jawab juga menemani dengan duduk penuh semangat di belakang laki-laki berkulit tan tersebut. Meski mendapat sedikit omelan dari supir bus mereka bertiga berhasil naik. Permintaan maaf berulang kali di berikan walau tetap saja tatapan demi tatapan tidak senang datang dari penumpang lainnya. Yah, ini tidak mengapa, sudah merupakan konsekuensi. Bagian terpenting adalah rencana bermain mereka sore ini tidak akan melenceng jauh dari yang telah mereka susun bersama saat jam makan siang tadi.

Selepas membayar ongkos bus lewat kode batang yang tersedia di dekat sang supir. Ghaitsa sedikit merasakan sensasi menggelitik pada perutnya. Dia memandang dua kembarnya bergantian, bertukar pandangan sejenak dan berujung serentak mengeluarkan kekehan geli dari dua belah bibir. Napas mereka sama-sama memburu dan sesak, apalagi terbalut hawa panas karena harus berlari sekuat tenaga guna mencapai posisi Haiga yang menghentikan laju bus. Syukurnya tidak begitu jauh akan tetapi tetap saja berlari-lari di bawah panas terik matahari nan masih mentereng menguras sebagian energi nan tersisa pada tubuh.

Kendati demikian tawa hangat mereka bertiga mengalun bagaikan alunan melodi indah. Harmonisasinya mampu membuat siapa saja memandang ikut tersenyum atas pemandangan cerah tersebut.

Yah, setidaknya hal ini bisa mereka kenang kala telah menua nantinya. Barangkali akan terdengar jauh lebih lucu dan menggelitik lagi daripada yang mereka rasakan sekarang, bukan?

Di kejauhan taman bermain yang mereka bertiga tuju mulai tampak setelah memakan waktu tiga puluh lima menit karena terjebak macet lalu lintas, berdiri megah dan gagah. Tampak serupa dunia kecil yang terisolasi dari kontaminasi luar dan terdapat begitu banyak keajaiban di sana nan siap sedia menyambut jiwa-jiwa kelelahan akibat perlombaan takdir yang tiada berkesudahan. Beragam warna cerah memikat menghiasi setiap wahanaㅡkarusel berkilauan, roller coaster meliuk-liuk di antara tiang-tiang besi berwarna mencolok pun sangat menantang adrenalin siapa saja yang melihatnya dengan ayunan yang melayang tinggi, seolah-olah ingin membuat mereka terasa berterbangan di atas udara. Musik riang juga datang dari komidi putar terdengar samar, bercampur dengan tawa gembira anak-anak yang sudah lebih dulu menikmati agenda petualangan sore mereka.

Story Of Ghaitsa | Zoo UnitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang