─── ・ 。゚☆ : .☽☽☽. : ☆゚• ───
"JADI ADA ANAK SMP YANG NEKAT CONFESS SAMA DIA?!"
Sebagaimana mestinya dunia dan rentetan alur takdir berjalan. Tepat ketika jarum jam berdetak pada angka dua belas, waktu istirahat pun datang menghampiri. Nyaris seluruh penduduk Atraxia menyambangi area kantin bersama segudang keluh kesah khas anak remaja putih abu-abu. Membahas topik-topik hangat di perbincangkan pada sosial media, atau barangkali sekadar bertukar daftar panjang musik kesukaan. Apabia di lihat sekilas, segalanya berjalan polos dan naif, yang mana memang normalnya kehidupan anak-anak remaja berlangsung. Tidak berat. Tidak mencekat. Tidak di buat sekarat. Persis sama dengan Kanaya yang menggebrak meja kagetㅡtengah syok berat dia usai menerima informasi baru itu, mulut masih terisi potongan batagor dan iris membulat sempurna.
Di samping Ghaitsa, Joanna mulai mengumpat. Memaki tindakan tercela sang teman yang memuncratkan partikel-partikel kecil batagor berkuah kacang itu. Ghaitsa mau tidak mau mengeluarkan gelak tawa pelan sebagai respon, selagi Yezira memukul pundak Kanaya guna memperingati dan memberikan segelas air putih kepada Haiga yang tersedak sebab juga ikut syok usai mendengar serangkaian kegiatannya kemarin sore di taman bermain. Puan semanis rembulan tersebut tampak antusias menceritakan setiap detail pergerakan mereka yang di kemas dengan sangat-sangat menyenangkan. Menyampaikan kepada teman-temannya betapa Ghaitsa betul-betul menikmati acara bermainnya bersama dua kembar.
Terlebih lagi adegan legendaris yang satu ini. Ghaitsa masih ingat betul seraut wajah kaget dan kebingungan Jeviar kala di hadapkan dengan seorang gadis yang mengenakan seragam putih dan biru dongker, anak itu terbilang nekat dan tampak polos sekali sewaktu mendatangi sang kembar kemudian bertanya apakah si empu mempunyai kekasih atau tidak, bahkan tak tanggung-tanggung pula anak perempuan itu menanyakan asal sekolah serta nomor ponsel. Yang mana bersatu padu bersama ledakan gelak tawa Yaziel nan benar-benar menggema menertawai kejadian itu. Tidak bermaksud atau pun mempunyai niat buruk apalagi memandang rendah kepada anak SMP yang berani demikian menyatakan ketertarikannya secara gamblang sampai mengajak berkencan pula. Hanya saja ini Jeviar, lho! Seorang manusia yang lebih tertarik mencumbu buku-buku tercinta daripada menghabiskan waktu untuk sekadar menerima ajakan anak-anak perempuan menonton film romansa di bioskop.
Ya, ya. Ghaitsa tahu ini terlihat hiperbola. Akan tetapi kembali kepada kenyataan.
Jeviar tetap Jeviar.
Mana mungkin ini tidak lucu, bukan?
"Iya," Ghaitsa mengangguk dua kali dengan ekspresi gelinya, kulit pada area sekitar mata ikut mengkerut halus di buatnya. Sang gadis lantas menyambung lugas, "Masih kelas tujuh dia, tapi keberaniannya buat nembak Jepi bakalan gue kasih jempol dua." si empu memberi jeda sejenak guna menggigit bakso urat sebagai makan siangnya ini. Gadis tersebut pun buru-buru mengunyah dan menelannya sebelum menambahkan. "Padahal dari muka aja keliatan jelas dia anak introvert. Aura sulit di dekatinya 'kan kuat banget. Mana anaknya pendiam luar biasa tapi adek itu berani menghadang jalan seorang Jeviar. Apa nggak syok gue di bikinnya? Gue sampe berhenti ngunyah, sumpah!"tandasnya masih tidak percaya akan sepotong kejadian sore kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Ghaitsa | Zoo Unit
Teen FictionLembaran demi lembaran kisah akan terisi penuh lewat setiap jejak kaki pada kenangan yang diciptakan. Kendati demikian Ghaitsa tidak begitu menikmati hidup 17 tahun seorang gadis versinya. Nomor dua pernah berujar, "Hidup itu seperti kolor. Awalnya...