41

1.4K 118 3
                                    

"Tuan dimana tuan muda Hael?"

Begitu Zayden memasuki mobil Julian segera mengajukan pertanyaan.

Dia heran, bukankah Zayden sudah menemui Hael. Dan apabila sudah ketemu seharusnya Zayden membawa Hael kembali bersama 'kan?

Julian dengan takut-takut melirik rumah sederhana Hael melalui jendela mobil.

Apa yang salah?

"Sepertinya dia sangat salah paham terhadapku."

Julian beralih kepada Zayden.

"Salah paham?"

"Beberapa hari lalu tampaknya dia melihatku berciuman dengan Asael di jalanan."

Julian tertegun.

"Ah tidak, aku tidak pernah berciuman dengan Asael."

Zayden yang sebelumnya menyandarkan punggung pada sandaran kursi mobil tiba-tiba menegak. "Ini tepatnya dia lah yang memaksaku."

Juliam berkedip tersadar dari rasa tertegun. "Apakah Anda tidak menjelaskan ketidaksengajaan itu?"

"Aku sudah menjelaskannya. Tidak hanya itu, aku bahkan sudah mengutarakan perasaanku kepadanya, tapi saat melihatnya begitu terkejut dan menangis aku menjadi tidak berdaya."

Zayden memegangi dadanya dengan ekspresi kesulitan.

"Aku akan memberikan waktu sebanyak mungkin untuknya menenangkan diri, seiring itu aku akan menyelesaikan masalah yang lebih penting terlebih dahulu."

Zayden menatap Julian dengan serius. "Kirim beberapa orang terpercaya untuk menjaga rumah ini dan Hael-ku, aku memiliki firasat buruk dan aku tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti di masalalu karena lengah."

"Baik, saya akan segera mengirim beberapa orang."

"Bagus, sekarang aku harus mengurus wanita tua itu lebih dahulu."

Julian berdehem pelan. Dia segera menyalakan mobil dan mulai menjalankannya untuk segera pergi.

"Ah benar, tuan muda Zayn berpesan untuk menyerahkan masalah nyonya Dyana kepadanya."

Zayden mengerut tak mengerti.

"Dia ingin menyelesaikan masalah yang seharusnya bukan masalahnya? Apakah anak itu selalu memiliki kebiasaan buruk seperti ini?"

Zayden tahu sifat dan watak Zayn yang selalu bersikap seolah ingin menyelesaikan segalanya dengan berkorban sendirian.

"Saya tidak tahu jalan pikir tuan muda Zayn, hanya saja sepertinya tuan muda Zayn melakukan ini karena rasa bersalahnya akibat kepergian tuan Hael."

"Anak itu, kita biarkan saja dulu dia, tetap awasi Dyana dan jangan sampai lengah sedikitpun."

"Baik Tuan."

-

"Nyonya tuan muda Zayn ada di depan berkata ingin menemui Anda."

Dyana meletakan cangkir tehnya. Menatap pelayan dengan tatapan tidak perduli lalu mendengus pelan.

"Bocah itu, untuk apa ingin menemuiku?"

Dyana melambaikan tangannya kepada pelayan yang memberitahunya itu.

"Suruh dia masuk," katanya yang langsung diangguki oleh si pelayan.

Segera setelah itu Zayn mulai melangkah masuk ke tempat Dyana berada.

Alpha muda itu menarik sudut bibirnya yang masih lebam untuk memberi senyum kepada wanita yang selalu dia panggil ibu.

"Ada apa kamu menemuiku? Bukankah aku sudah berkali-kali mengatakan untuk tidak bertindak seenakmu untuk terus menemuiku sembarangan seperti ini?"

Zayn masih berdiri. Dia hanya tersenyum lembut sangat tahu diri bahwa Dyana selalu memiliki suasana hati buruk ketika dia bertemu dengannya.

Tidak apa-apa, Zayn cukup tahu diri.

"Aku hanya ingin menemuimu untuk bertanya sesuatu, bu."

Dyana mendengus. "Anak konyol, apakah menurutmu aku akan membuang waktuku yang berharga untuk menjawab pertanyaanmu?"

Zayn tidak goyah. Meski Dyana menatapnya dengan tatapan penuh kebencian, alpha muda itu tidak lagi memiliki getaran segan atau takut seperti biasanya.

Akhir-akhir ini Zayn telah banyak berpikir. Jika dia benar-benar tidak diinginkan Dyana, maka tidak akan begitu berguna untuknya terus bertahan terhadap wanita yang selalu dipanggilnya ibu itu.

Dyana telah mendapat Zella dalam hubungan yang bagus. Dan untuk Zayn?

Dia hanya akan dibuang setelah Dyana mewujudkan keinginannya.

"Aku tahu ibu tidak pernah memiliki waktu untukku, tapi bu bisakah kamu bermurah hati untuk menjawab satu pertanyaan saja untukku?"

Dyana, "..."

Melihat Dyana yang hanya terdiam membiarkannya untuk terus membuka mulut seolah memberikan izin untuknya bertanya, Zayn tidak membuang banyak waktu lagi.

"Bu, aku telah lama tahu bahwa aku sebenarnya bukan darah dagingmu lalu aku juga sudah sejak lama dididik untuk sadar diri akan asal-usulku dan tidak membuat banyak masalah untukmu," kata Zayn perlahan.

Alpha muda itu terus mencoba menguatkan dirinya sendiri untuk membuka mulut dan melancarkan setiap kata yang selalu ingin dia utarakan.

"Meski aku tidak berasal darimu, dari darah dan dagingmu, aku telah membesarkan perasaan kagum dan sayang terhadapmu karena aku tidak pernah menganggapmu bukan sebagai ibuku meski kebenarannya kamu bukanlah ibu kandungku."

"Kamu terlalu bertele-tele, katakan dengan cepat pertanyaanmu atau aku akan mengusirmu dan tidak akan membiarkanmu untuk menemuiku lagi."

Dyana memiliki ekspresi bosan dengan sedikit amarah ketika Zayn terlalu bertele-tele.

"Maaf, aku sudah lama menahan ini sehingga aku kesulitan untuk menahan diri lebih lama lagi."

Zayn menunduk.

"Aku akan menanyakannya sekarang, bu selama kamu merawatku, apakah kamu tidak pernah memiliki perasaan sayang terhadapku sedikitpun?"

Zayn mengangkat wajahnya. Netra abu-abunya meredup menatap lurus pada Dyana yang menatapnya datar.

"Kamu ingin mendengar jawabanku?"

Netra Zayn bergetar. Gejolak ragu kembali mengunjungi hatinya, tapi sekuat tenaga alpha muda itu berusaha untuk bertahan.

"Ya."

Dyana mengetuk cangkir tehnya perlahan, menatap serius Zayn tanpa sorot kebohongan di matanya.

"Seharusnya tanpa menerima jawabanku kamu sudah tahu jawaban pertanyaanmu dari bagaimana sejak dulu aku memperlakukanmu."

Zayn menunduk dengan senyuman kecut.

Dyana tersenyum miring. "Aku hanya akan menjadi orang tolol jika aku menyayangimu sebagai anakku padahal aku tahu kamu lah yang menyebabkan aku berpisah dari putri kandungku."

Dan pada saat itu akhirnya Zayn mendapatkan kehancuran yang hebat.

---
Tbc

Note :

Buat kalian yang ingin mensupport author, kalian bisa kirim pulsa ke no : 0857-8963-4568

Aku tidak memaksa, berapapun nominalnya dengan kalian ikhlas saja sudah lebih dari cukup ᐠ( ᐛ )ᐟ (๑˃̵ ᴗ ˂̵)

[END] (ABO) Crazy AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang