———
luffy tidak peduli tentang apa pun lagi ketika ia memutuskan untuk membelah jalan dengan sirine mobil pemadam kebakaran yang dikendarainya.
yang ia inginkan hanyalah tiba di rumah sakit punk hazard secepat mungkin.
karena itu, sang petugas pemadam kebakaran baru mematikan sirinenya begitu mobil memasuki area rumah sakit—hanya untuk mengejutkan para pengunjung rumah sakit dengan aksinya berlari secepat kilat menyusuri lorong demi lorong untuk mencapai instalasi gawat darurat.
masih dengan seragam oranyenya, luffy menerobos masuk ke instalasi gawat darurat dan langsung membuka tirai pembatas satu per satu untuk mencari sosok dokter, yang juga berstatus sebagai kekasihnya.
namun, jantungnya seakan berhenti berdetak selama sepersekian detik ketika ia menemukan sosok cantik itu di balik tirai pembatas terakhir.
tidak pernah sekali pun, bahkan tidak dalam mimpi terburuknya, ia membayangkan akan melihat nami dalam kondisi seperti ini.
terbaring tak berdaya dengan dokter yang terus melakukan resusitasi—berusaha menyelamatkan nyawanya.
pemandangan itu membuat luffy tanpa sadar menarik rambutnya dengan panik.
dalam hati, ia terus melafalkan kalimat yang sama berkali-kali untuk menenangkan dirinya.
nami hanya bermain-main seperti biasa.
semuanya akan baik-baik saja.
nami hanya bermain-main seperti biasa.
semuanya akan baik-baik saja.
sayangnya, jantung luffy seperti diremas dengan kuat ketika dokter yang menangani nami berbicara agak keras kepada perawat yang mendampinginya.
"berapa menit lagi?!"
"sa-satu, dok," jawab sang perawat setelah memeriksa jam tangan di pergelangan tangan kirinya.
dan luffy benci bagaimana ia memahami setiap kata yang mereka ucapkan.
resusitasi telah berlangsung selama dua puluh tiga menit terakhir.
jika detak jantung nami tidak kembali pada menit ke dua puluh empat,
dengan tangan yang telah berhenti memompa, sang dokter berbicara di antara napasnya yang memburu.
"waktu kematian."
sambil menarik napas dalam-dalam, perawat yang berdiri tepat di belakangnya melirik ke pergelangan tangan kirinya sekali lagi.
"delapan lima puluh dua malam."
ia akan dinyatakan mati.
detik itu juga, sang petugas pemadam kebakaran ambruk ke lantai instalasi gawat darurat yang dingin.
setetes air mata mengalir dari sudut mata kirinya.
satu tetes.
dua tetes.
tiga tetes.
dan tidak pernah berhenti.
tidak mungkin.
tidak mungkin.
tidak mungkin.
nami tidak mungkin mati.
dengan napas terengah-engah dan air mata yang terus mengalir di pipinya, luffy menekan pelipisnya kuat-kuat.
bagaimana mungkin seseorang yang abadi dinyatakan tidak bernyawa lagi?
bagaimana mungkin seorang vampir yang abadi dinyatakan tidak bernyawa lagi?
———&———
KAMU SEDANG MEMBACA
gone
Fanfictionfikawashere proudly presents, #onepiece fanfiction - #lunami #lunamiweek2024 day 5: angst disclaimer 1. all characters belong to eiichiro oda. 2. all pictures belong to the rightful owner. 3. it is 100% fiction and might be out of character (ooc). 4...