Lagi Becky nampak terduduk melamun di lokasi syutingnya. Masih keki dengan tingkah Freen kemarin. Ya, Becky memang memberi waktu, tapi bukan berarti pagi itu juga ia ditinggalkan. Ini benar-benar di luar pikiran Becky. Setidaknya Freen menemaninya sarapan berdua di dapur dan mengantarnya pergi bekerja. Atau mungkin sekurang-kurangnya berpamitan dengan membangunkannya lewat ciuman mesra. Bukan justru seolah tiba-tiba menghilang jauh dari jangkauan Becky seperti ini. Gadis ini merasa tengah dicampakkan sungguhan, bahkan si brengsek itu kabur dari apartement miliknya sendiri.
"Bodoh"
"Ya, dia memang bodoh"
"Siapa?"
"Sarocha sialan"
"Gotcha! Kau melamunkan Freen?"
"Phi nam~ tidak lagi. Setidaknya jangan sekarang" Rengek Becky tidak senang.
"Chaii.. Jika memang tak ingin membahasnya. Aku hanya mau membagikan info, dia tengah dirawat di rumah sakit karena kekurangan cairan. Si bodoh itu diare" Becky terkesiap. Oh, tidak!
Bagaimana bisa sumpahnya benar-benar menjadi kenyataan? Ah, sial. Seharusnya ia lebih bisa menjaga mulut dan otaknya. Kenapa hanya harapan-harapan negatif -yang mana mudah untuk disesali- yang selalu Tuhan iyakan? Tidak bisakah harapannya untuk memperjelas hubungan di antara mereka saja yang dikabulkan?
"Nong?" Becky melirik Nam sekilas.
"Kau tak ingin menjenguknya?" Ujarnya memastikan sekali lagi. Nampak Frustasi juga wanita ini, setiap hari menyaksikan drama omong kosong kakak adik yang statusnya tidak jelas ini.
"Memangnya aku diperlukan?" Becky menyedot lagi boba milk tea di tangannya.
"Sebenarnya ada apa dengan kalian?" Becky mengangkat bahunya tak acuh, ia juga tidak yakin apa yang ada di antara mereka.
"Bukankah seharusnya aku yang bertanya? Bagaimana bisa phi selalu tau apa yang sedang dan akan phi Freen lakukan?" Sungguh, ia jadi curiga dengan Nam. Bagaimana ia bisa tahu pergerakan Freen, saat bahkan tak satupun pesannya terbalas dengan baik. Apa phi Nam diam-diam menjadi salah satu dari ribuan teman tidur Freen?
"Aku? Aku selalu tau dari Heng. Kau tau, mereka ada dalam satu kubu yang sama. Orang Gila" Becky mengangguk. Ya, tidak bisa dipungkiri Freen dan Heng memulai semuanya dari 0. Berjuang bersama hingga ada di titik ini.
Becky? Ya, dia hanya anak titipan baru. Jadi tidak heran jika beberapa orang mungkin saja tidak terlalu menyukainya. Heng pun tidak di awal pertemuan mereka. Hanya Freen dan Nam yang menyambutnya dengan baik.
Namun Freen melakukannya dengan cara yang terlalu baik. Hingga semua orang bisa melihat Becky mulai jatuh hati, kecuali Freen. Entah mana yang benar, ia pura-pura bodoh atau bodoh betulan. Rasanya sudah terlalu sering Becky memikirkan jawabannya.
Nyatanya setiap Becky akan mengatakan obrolan serius tentang mereka, Freen akan melemparkan sebuah lelucon random untuk membungkamnya.
Nice try Becky!
Dan di sinilah Becky berakhir sekarang. Membawa sebuket bunga di tangannya. Setelah perbincangan acaknya dengan Nam, ia memilih untuk menemui Freen di rumah sakit. Sebetulnya ia masih bimbang akan masuk atau tidak, mengingat Freen meminta waktu luangnya sendiri. Tapi ia juga iba jika hanya mengabaikannya begitu saja, padahal kemarin ia juga yang menyumpahinya diare.
Cklek..
"Hahaha.." Suara tawa menyambut kedatangannya. Bukan tawa Freen, melainkan wanita di sebelahnya.
"Becky?!" Seruan itu menyambutnya. Freen mencoba bangun dari tidurnya dibantu wanita itu.
Nah, ini juga yang membuatnya selalu urung untuk maju. Freen selalu dikelilingi wanita-wanita sexy. Bahkan tak jarang juga pria dan lelaki tampan mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Untitled Us
FanfictionMungkin tidak seharusnya aku mencintaimu. Atau mungkin tidak seharusnya kau melebihi batasnya. Kini aku yang begitu tersesat mencari hingga tak tau akan mendapatkan hatimu atau mencari jalan keluar dari duniamu yang begitu rumit. Namun sial, sejauh...