Happy reading!
5 Mei 2024
"Lho, Shan? Emang apa coba kurangnya aku? Hidup terlalu singkat untuk kamu lewatkan tanpa mencoba cintaku, lho." tanya Shania Gracia, tokoh utama dalam cerita ini dengan nada santai yang disertai senyuman tipis di wajahnya.
Namun, wanita yang dipanggil 'Shan' itu hanya melengos, seakan-akan malas menanggapi. Bisa-bisanya Gracia menanyakan sesuatu yang jawabannya seharusnya sudah ia ketahui sendiri. Shani, nama lengkapnya, menarik napas panjang, mencoba menahan rasa kesal yang mendidih di dadanya.
"Kurang kamu? Coba tanyain sama Fiony yang suka ngechat kamu di Line, atau sama Chika yang story WAnya suka kamu balesin. Belum lagi Marsha, yang sering kamu ajakin main Mobile Legend, atau Anin yang sering kamu mention di Twitter, atau Gita yang kamu tag terus di story IG." ucap Shani dengan nada cepat, tanpa memberi ruang untuk Gracia menyela.
Gracia malah tertawa kecil, cengengesan seperti mendengar cerita lucu. "Hahaha, cemburu ya, Shan? Waduh, jangan kayak gitu dong! Biarin aja mereka semua. Kan, yang aku pilih tetap kamu. Coba deh, santai aja." Gracia menepuk bahu Shani dengan main-main, seolah meremehkan keluhan gebetannya itu.
Tatapan Shani semakin dalam, perasaannya campur aduk antara kesal dan terluka melihat sikap Gracia yang tak berubah. "Tau nggak sih? Ini yang bikin aku nggak yakin sama kamu. Kita sekarang udah umur berapa sih? 27 tahun, Gee. Kita kenal dari umur 15 tahun. Itu artinya, aku udah bareng sama kamu 12 tahun." ucap Shani dengan suara yang sedikit bergetar, menunjukkan perasaan yang terpendam di hatinya.
"Ya ampun, drama banget sih, kamu. Cemburu itu tandanya sayang, ya kan? Nah, pas banget! Makanya, ayo, jadi istriku aja." ujar Gracia dengan senyum tengilnya, seolah-olah ucapan itu hanya candaan ringan yang tidak perlu ditanggapi serius.
Lagi, Shani hanya dapat menghela napas panjang mendengar Gracia dan ucapannya. Rasa lelah terlihat jelas di wajahnya, seakan semua kata yang keluar dari mulut Gracia hanya menambah beban yang sudah ia rasakan. "Udahlah, Gee, aku juga capek dengarnya. Gini aja, kamu bilang aku drama? Ya udah, atur aja deh, kamu kan panitianya." kata Shani, suaranya terdengar dingin dan lelah. Dia kemudian berdiri, bersiap meninggalkan Gracia.
"Mau kemana? Pertanyaan aku belum kamu jawab, Shan." Gracia berusaha menahan Shani, masih dengan nada yang tidak menyadari betapa seriusnya situasi ini. Baginya, ini hanya perdebatan biasa yang akan berakhir dengan mereka berbaikan seperti biasanya.
Shani berhenti sejenak, menoleh ke arah Gracia. Tatapannya tajam, penuh emosi yang selama ini ia tahan. "Apa lagi yang kurang sih, Gee? Aku nggak mau. Aku nggak mau sama orang yang hidupnya buat banyak orang. Aku butuh kamu yang bisa serius sama aku, bukan cuma sekedar ngomong tanpa bukti. Aku capek jadi salah satu dari sekian banyak orang yang ada di hidup kamu."
Gracia tersenyum kecil, meski ada keraguan yang mulai muncul di balik sikap tengilnya. Namun, seperti biasanya, ia berusaha menutupi perasaannya dengan kata-kata yang terdengar santai. "Oke, aku terima. Tapi balik sama aku. Aku nggak menerima penolakan." ucapnya dengan nada setengah bercanda, sambil meraih tangan Shani, mencoba menggenggamnya agar tidak pergi.
Shani menatap genggaman tangan Gracia dengan pandangan kosong, perasaan lelah jelas tergambar di wajahnya. Ia tahu Gracia selalu sulit diajak berdebat, dan pada akhirnya, Gracia selalu menemukan cara untuk membuatnya menyerah. Shani menarik napas panjang, lalu mengangguk lemah. "Iya, terserah kamu, Gee." gumamnya pelan, matanya menatap ke arah lain, seolah tak ingin menunjukkan perasaannya yang terluka.
×××××
Shani's POV
Aku pikir setelah perdebatan dua hari lalu, Gracia akan berubah. Aku kira dia akan mulai lebih serius menjalani hidupnya, tapi ternyata aku salah. Dia tetap sama-entah terlalu keras kepala atau tidak peduli.