21 : Tidak jadi menjelaskan

851 73 10
                                    

Ga nyangka bisa sampe 50k reader's bersyukur bgt segitu juga, malah gapernah kepikiran sebelumnya

Thanks bgt buat semuanya yang masih setia di lapak ini

Terus ramein yah cinta bolee share2 juga ke bubub klian ke semuanya bolee ke pak RT juga gapapa

Babay seng ayo vote dulu sebelum baca

Selamat membaca seng

🧊🧊🧊

Di posisi Anila, ia hanya melihat kelakuan dua kakak beradik itu sambil geleng-geleng kepala. Sudahlah biarkan mereka.

Anila kembali memusatkan atensi pada Alfagio yang sedang tertidur, sungguh ia tidak mengantuk samasekali sekarang, apalagi melihat kondisi Alfagio yang seperti ini rasanya takut Alfagio semakin kenapa-napa bila ia tinggalkan terlelap walaupun satu detik.

Anila memang seperhatian itu pada orang-orang sekitarnya, jika ditanya suka atau tidak, jelas tidak! Ia hanya sudah terbiasa akan eksistensi Alfagio. Mungkin, karena sudah lama tinggal satu atap.

Jika dilihat-lihat Alfagio ini sangat tampan, eh ralat, sangat sangat tampan, jika ada kata yang lebih sangat daripada kata sangat sepertinya itu gambarannya. Alfagio juga sangat hebat bisa sukses di usia muda, mendengar dari mendiang ibunya dulu, Anila masih ingat. Katanya, Alfagio itu berhasil mendirikan Swargas Company dari hasil kerja kerasnya sendiri tanpa bantuan orang tuanya, dimulai perusahaan kecil sampai sebesar sekarang ia rakit sendirian. Sampai kini Alfagio berhasil memasuki jajaran para pebisnis besar ternama di Asia, dan perusahaan nya yang dikenal di semua mancan negara.

"Om Gio kok sempurna banget sih hidupnya?" Anila bertopang dagu dengan tangan kiri sebari menatap Alfagio. "Kayaknya saya harus minta tutor deh sama Om Gio biar bisa sukses juga kayak Om." Anila terus berbicara seolah Alfagio mendengarnya.

"Kata mendiang ibu, Om pas punya perusahaan sendiri itu di umur 24 taun ya? Bener gak? Yahhh, tinggal 4 taun lagi saya umur 24 tapi kayaknya aku gabisa kayak Om deh." bibir ranum milik Anila itu menukik ke bawah.

"Tapi kalo kita berusaha pasti berhasil 'kan? Walaupun proses setiap orang beda-beda, ada yang sebentar ada yang lama ada juga yang di tengah-tengah itu. Saya bakal berusaha segiat mungkin kayak Om deh biar sukses juga, soalnya ini menyangkut masa depan sama hidup saya kedepannya." Anila menghela nafas berat.

"Nanti kalo Om udah cerai-in saya, semoga dapet istri nya yang baik terus sayang juga sama Om, biar ga kandas mulu. Padahal Om itu baik loh menurut aku, cuma pas awal emang dingin sama irit banget kalo ngomong," Anila terkekeh setelahnya. "Semoga juga istri Om nanti, sayang juga sama anak-anak-" ucapan Anila terhenti melihat Alfagio mengeliat dan berganti posisi menjadi menghadap kearahnya setelahnya kembali terlihat nyenyak dalam tidurnya. Syukur Alfagio tidak bangun.

Anila masih memandangi wajah Alfagio yang kini menghadap penuh kearahnya dalam keadaan tidur.

Anila mengganti topangan dagunya dengan tangan kanan, "Di liat-liat Om cuma mirip hidung nya doang deh sama anak-anak, sama-sama mancung, iri deh," tidak sadar saja jika dirinya pun sama. Anila~ Anila~

"Berarti mereka lebih mirip ibunya." lanjut Anila seraya mengangguk-angguk.

"Om dulu se-nakal itu ya sampe anak-anak segede sekarang? Dulu bahkan saya belom lahir loh Om, soalnya saya sama anak-anak cuma beda 5 bulan. Walaupun emang salah tapi ternyata Om se-sayang itu sama mereka bertiga, semua orang punya kesempatan berubah jadi kuat-kuat yah Om." Anila menyunggingkan sebuah senyum tulus sebari menepuk-nepuk pelan lengan Alfagio.

ALFAGIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang