20. Dilema

11 3 0
                                    

"Kita satu kelompok, kan?" tanya Jessy meletakkan bukunya di meja Arsen tepat di depan cowok itu.

Arsen menoleh, menatap lamat manik mata Jessy, kemudian menjawab. "Iya."

Bodoh! Sangat bodoh Jessy ini. Hanya modal di tatap Arsen saja jantungnya seperti ingin melesat bebas. Tak bisa dipungkiri, cowok di depannya jika diperhatikan memang tampan, tidak, sangat tampan. Surainya yang terkesan sedikit berantakan serta luka di ujung bibirnya menambah tingkat tampannya saja! Jika orang melihatnya sekilas mungkin mereka akan berpendapat Arsen ini anak berandalan yang hanya tau berkelahi saja, nyatanya tidak. Karena persepsi tersebut sangat jauh dari sifat Arsen sendiri.

Cinta padangan pertama. Ya, itulah yang dirasakan Jessy sekarang. Sial banget, kan? Niatnya di sini hanya sekolah, eh, malah dipertemukan dengan pangeran sekolah dengan tak sengaja menemukannya tergeletak tak berdaya di lorong sekolah dulu, dan malah berakhir sekelas pula, kebaikan apa yang Jessy jabarkan sampai bisa sekelas dengan Arsen? Sangat lucu pikirnya.

Arsen sendiri tidak bodoh, dia tau, sangat tau apa yang dirasakan gadis di depannya ini. Gelagatnya yang aneh–lebih ke grogi, ia hanya menaikkan kedua alisnya. "Kenapa?"

"Nggak, nggak papa ..." jawab Jessy, jelas bohong.

Kerja kelompok Matematika kali ini hanya beranggotakan dua siswa setiap kelompoknya, tak lama, hanya membutuhkan sekitar dua puluh menit saja, empat puluh lima soal dapat di selesaikan dalam sekejap. Gila, otak Arsen terbuat dari apa? Bahkan soal yang dikerjakan Arsen-lah yang mendominasi, Jessy bahkan hanya sempat mengerjakan tujuh soal.

Pelajaran berjalan mulus, Kaisar juga tak mengganggu ketenangan Arsen juga Galen yang entah hilang kemana. Hari ini terasa semua orang sangat aneh.

*****

Bel sekolah berbunyi tanda waktu pulangnya para siswa-siswi penghuni SMA Garuda. Saat ini, Kaisar hendak mengeluarkan motornya di garasi, namun telinganya tak sengaja mendengar obrolan singkat yang berasal dari suara Galen, nampaknya dia kini tengah menelepon seseorang.

Deg!

Jantungnya serasa berhenti saat itu juga, nafasnya tercekat berhenti tepat di tenggorokannya meronta ingin dikeluarkan.

"Permainan lo mulus banget, Len," ujar Kaisar secara tiba-tiba di hadapan Galen yang juga hendak mengeluarkan motornya dari parkiran, tepat setelah panggilan teleponnya tertutup.

"Maksud lo?"

Kaisar berdecih. "Nggak usah pura-pura nggak tau. Kasih gue alasan, Len, kenapa lo lakuin ini?"

"Maksud lo apa, sih?? Gue nggak paham!"

"Grace itu ... Raya, kan? Iya, kan?!" tanya Kaisar sekali lagi dengan suara lantang serta nada kecewa, membuat Galen tertunduk.

"Maaf ..."

"Maaf lo nggak cukup sama apa yang udah lo lakuin ke gue. Di mata lo gue ini apa, sih?!" tanya Kaisar sedikit kasar. "Jawab, Len! Lo nggak bisu!" Kaisar benar-benar kalap, ia tak bisa lagi mengontrol emosinya. Menatap Galen saja sudah seperti sampah di depannya. Kecewa, ia sangat kecewa dengan kabar yang baru saja dia dengar dari telepon Galen sebelumnya.

"Grace, di mana? Lain kali kalo mau pergi, tuh, kabarin dulu bisa? Jangan bikin gue khawatir, jam delapan gue jemput, nggak ada penolakan."

Hanya dengan mendengar nama seseorang dari seberang sana, hatinya terasa tertusuk. Gadis yang ia taksir sejak jaman pertama kali masuk SMA Garuda ini. Rayana Gracelyn Leonarta. Dia mungkin anak pendiam di mata orang-orang, tapi baginya, Rayana tak lebih dari gadis murung yang butuh dekapan hangat. Ia tak bodoh, tentu dia tau apa maksud kalimat yang terlontar Galen barusan tanpa harus berpikir dahulu.

"Dari sekian banyak cewek, kenapa harus Raya, Len?"

Pertanyaan itu terlontar dari mulut Kaisar membuat Galen diam membeku di atas jok motornya. Kaisar kecewa, sangat kecewa. Kenapa jadi begini? Ia tak masalah jika harus bersaing dengan orang yang derajatnya lebih tinggi daripada nya, tapi ini? Sahabatnya sendiri? Mengapa?

"Jawab, sialan! Kenapa harus lo?! Kenapa harus Raya, hah?!" emosi Kaisar sudah di ujung tanduk, tangannya tergerak mencengkram kerah Galen kuat. Matanya memerah menandakan kekecewaan yang tak mampu di jelaskan.

"Gue di jodohin."

Shock, jari-jarinya perlahan terlepas dari kerah Galen, cowok itu mundur dengan tatapan nanar.

"Gue di jodohin. Puas lo, hah?!"

"Lo–"

Tangan Kaisar terkepal, sangat gatal sekali ingin menghabisi wajah sahabatnya di depan saat ini, namun gerakannya tertahan kala Galen malah turun dari motornya, melangkah maju seolah mengacungkan bendera perang padanya.

Galen menatap Kaisar santai, namun seiring berjalannya waktu tatapan itu berubah menjadi sendu. Cowok itu menunduk, menghembuskan napas gusar. "Maaf ..." lirih Galen, cowok itu menggeleng dengan napas berat.

"Maafin gue. Pukul gue, Kai. Habisin gue sekarang juga."

Kaisar masih menatap Galen kosong, tangannya yang semula terkepal kini perlahan melonggar bergerak menyisir surainya ke belakang. Ia pergi, tanpa sepatah kata pun. Meninggalkan Galen yang masih menunduk bergetar di parkiran.

*****

Masih ingatkah kalian sama Raya? Temennya Jessy itu loohh, dia itu bukan tokoh figuran yang cuma numpang lewat yeaa, kalo iya mah gabakal juga aku tulis namanya, bahkan sampe ku kasih cast nya.
Intinya dia juga orang penting di cerita ini.

Hayoloh, petinggi GAREKSA udah mulai ada tanda² kepisah, pertengkaran antara ketua dengan wakilnya.

Hubungan Galen sama Raya bakal aku up chapter berikutnya aja dehh.

See youuu, VOTE VOTE VOTE. kalo gamau komen minimal vote nya juga kek 😔

Kalian ship siapa?

Arsen-Jessy?
Daniel-Jessy?
Kaisar-Raya?
Galen-Raya?
Nesha-Galen? 😏

Berantakan gapapa kan yak? Asli buntu banget ini 🙂

*****

TBC

ARSEN - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang