Part 21

287 32 3
                                    

Gamaliel membuang nafasnya lega saat mendengar suara sang kakak dari balik pintu kamarnya, dengan segera dia berjalan dan membuka pintu itu.

"Dek, kok pergi gitu aja dari kamar kakak? Kakak khawatir loh tadi pas lihat kamu nggak ada dikasur!" Ujar Bastian setelah pintu kamar sang adik dibuka oleh si empunya kamar.

"Maaf kak, aku takut ada Daddy..." Balas Gamaliel dengan suara pelan, membuat Bastian menatap sendu kearah sang adik.

"Nggak apa-apa, Daddy nggak akan sakiti kamu lagi," Bastian mengusap pundak sang adik.

"Apa buktinya?" Tanya Gamaliel, dia bisa saja menaruh kepercayaan pada Bastian kakaknya, namun jika untuk Mike? Maaf, sepertinya itu akan agak sulit. Mike sudah terlanjur menciptakan luka yang besar di dalam hatinya.

"Kakak nggak bisa kasi bukti, tapi kamu bisa lihat dan merasakannya sedikit demi sedikit," Bastian tersenyum sambil mengatakan hal itu.

"Jangan buat aku berharap kak, aku tidak mau kecewa..." Ucap Gamaliel dengan suaranya yang lirih.

Bastian menatap sendu kearah adiknya, semoga saja dugaannya tidak salah. Dia juga sebenarnya sangat berharap jika sang Daddy bisa menerima Gamaliel secara perlahan-lahan seperti dirinya, namun dia tidak bisa memastikan, apakah arti dari sikap sang daddy beberapa hari ini sesuai dengan harapannya atau tidak.

"Kakak minta maaf..." Bastian menarik sang adik kedalam pelukan hangatnya.

"Semoga apa yang kakak harapkan benar-benar terjadi, semoga Daddy benar-benar berubah. Kakak pengen punya keluarga bahagia, walau tanpa peran seorang ibu didalamnya."

Gamaliel menggigit bibir bawahnya mendengar hal itu, tidak bisa dia pungkiri jika dia merasa sesak mendengar kata ibu yang keluar dari bibir sang kakak, apalagi tuduhan utama mengapa ibu dari kakak tirinya ini telah dibunuh oleh mommy nya.

"Kak?" Panggil Gama.

"Hm?" Sahut Bastian, posisi mereka masih sama, saling memeluk satu sama lain.

"Kalau seandainya suatu saat nanti mommy nya Gama tidak terbukti bersalah atas kematian mami nya kak Bas, gimana?"

Degh.

Bastian terdiam setelah mendengar pertanyaan yang sangat sulit untuk dia jawab itu. Dalam hatinya dia berkata, jika bukan mommy nya Gama, lalu siapa?

Dia melepaskan pelukan mereka, menatap sang adik dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan.

"Kakak nggak tau, dek." Hanya itu yang bisa dijawab Bastian, dia tidak tau harus berkata apa lagi.

Jelas-jelas maminya ditemukan meninggal dikediaman mommy nya Gamaliel, dan disana tidak ada orang lain selain mereka. Lalu kepada siapa tuduhan itu harus diberikan?

Tidak mungkin keadaan berbanding terbalik, kan? Mami nya tidak mungkin membunuh orang lain, mami nya adalah orang baik, yang salah disini adalah mommy nya Gamaliel.

Tapi dia tidak mungkin mengatakan hal itu, karena itu bisa saja membuat Gamaliel sakit hati, apalagi selama ini Gamaliel selalu bersikeras membela mommy nya mati-matian ditengah-tengah tuduhan itu.




🐾  🐾  🐾  🐾  🐾  🐾  🐾




Hari sudah berganti sore, Bastian dan Gamaliel saat ini berada ditaman belakang mansion sambil menikmati sejuknya udara selepas hujan dan sinar matahari yang samar-samar menyela dari kumpulan awan hitam.

Mereka berdua duduk dikursi didepan sebuah meja bundar, yang terletak ditaman itu.

Bastian yang duduk berhadapan dengan Gamaliel sedikit terkejut melihat kedatangan Daddy mereka, Gamaliel tidak melihat karena dia membelakangi.

 Son Of A MurdererTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang