Gita dan Manjanya (Muthe)

292 41 6
                                    




















MUTHE





# Dalam Diam, Di Bawah Hujan

Rintik hujan turun perlahan, seperti bisikan lembut yang menyentuh jendela perpustakaan lantai dua. Muthe duduk di sana, mencoret-coret buku catatannya tanpa tujuan, sesekali matanya melirik ke arah pintu masuk. Sudah lima belas menit berlalu sejak dia "kebetulan" melihat jadwal Gita di grup kepanitiaan dan memutuskan untuk menunggu di sini.

Titik-titik air di jendela berlomba turun, mirip seperti degup jantungnya yang selalu berpacu setiap kali melihat sosok tinggi itu. Dan seperti hujan yang tak pernah gagal membasahi bumi, Gita muncul tepat sesuai jadwalnya - selalu tepat waktu, selalu bisa ditebak, namun entah mengapa tetap membuat Muthe berdebar.

"Kak Gitaaa!" Muthe melambaikan tangannya dengan semangat, mengabaikan tatapan beberapa mahasiswa yang terganggu dengan suaranya yang terlalu ceria untuk suasana perpustakaan yang sendu.

Gita menghentikan langkahnya sejenak, matanya menyipit melihat Muthe. "Tumben."

"Apanya yang tumben?" Muthe tersenyum jahil, pura-pura tidak mengerti.

"Di perpus. Jam segini." Gita menarik kursi di depan Muthe, melepas jaketnya yang sedikit basah. "Ada maunya pasti."

"Ih, Kak Gita kok gitu! Emang nggak boleh ya aku rajin?" Muthe mengerucutkan bibirnya, tapi matanya berbinar melihat Gita yang memilih duduk bersamanya alih-alih mencari tempat lain.

"Terakhir kali kamu bilang mau rajin, ujung-ujungnya minta diajarin bikin slides presentasi." Gita membuka laptopnya, tapi sudut bibirnya sedikit terangkat. "Yang ternyata cuma mau ganti background sama animasi."

Muthe tertawa kecil, "Ih, Kak Gita inget aja! Tapi kan lucu tuh hasilnya."

"Hn. Lucu sampai dosennya pusing liat animasi bouncing di tiap slide."

Di luar, hujan semakin deras. Suaranya menciptakan melodi yang menenangkan, berpadu dengan suara keyboard Gita yang mengetik dan gumaman pelan Muthe yang pura-pura membaca buku.

"Kak," Muthe memecah keheningan setelah beberapa saat.

"Hmm?"

"Kok Kakak selalu tau sih kalau aku ada maunya?"

Gita mengangkat wajahnya dari laptop, menatap Muthe sejenak. "Karena kamu gampang dibaca."

"Masa sih?" Muthe menopang dagunya dengan kedua tangan. "Kalau gitu, coba tebak sekarang aku mau apa."

"Mau ngajak makan." Gita kembali fokus ke laptopnya. "Tapi nunggu hujan reda biar bisa minta anterin sampai parkiran."

Pipi Muthe merona. Tepat sasaran, seperti biasa. "Kok tau sih, Kak?"

"Dari tadi ngeliatin hujan mulu. Sambil sesekali ngeliatin isi dompet."

Muthe tertawa pelan, mengundang tatapan tajam dari mahasiswa di meja sebelah. Tapi dia tidak peduli. Ada kebahagiaan yang meluap di dadanya setiap kali menyadari bahwa Gita, di balik sikapnya yang cuek, ternyata selalu memperhatikan detail-detail kecil tentang dirinya.

"Yaudah, makan sekarang aja yuk, Kak!" Muthe mulai membereskan bukunya yang bahkan belum dibaca sama sekali.

"Masih hujan."

"Kan ada payung!"

"Kamu nggak bawa payung."

"Ih, kok tau?"

"Tas kamu kecil. Nggak mungkin muat payung." Gita menutup laptopnya perlahan. "Tunggu reda."

"Tapi laper, Kak..."

Short Stories GITA KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang