Pasien No. 55

1.4K 210 68
                                    

Pertama kali Beka melihat wanita yang menemuinya, dia tidak bisa mengenali sosok di balik kacamata hitam itu. Dia ingat siapa-siapa saja kliennya dulu dan dari jarak beberapa langkah pun dia bisa mengenali mereka. Sayangnya, yang satu ini tampak begitu asing.

Meski begitu, ada sesuatu yang membuat Beka merasa sepertinya tidak asing. Wanita dengan rambut sebahu di hadapannya memiliki gestur yang membuat Beka merasa seperti pernah bertemu—and definitely not his ex-clients.

Mereka kemudian pindah ke ruang periksa bersama Agung yang sudah stand by di ruangan sambil berpura-pura membereskan linen bed pasien.

"Maaf saya ganggu waktu kamu. Saya janji nggak akan lama," kata wanita itu saat dipersilakan duduk. "Begini, saya ke sini karena mau bicara tentang Rona."

Mendengar nama kekasihnya disebut, detik itu juga Beka yakin bahwa pembicaraan mereka tidak sepatutnya didengar oleh pihak lain. Dia mengangkat tangan kanannya, meminta tamunya untuk berhenti sejenak, lalu menoleh pada Agung. "Gung."

Mengerti dengan kode yang diberikan, Agung lantas berjalan ke luar ruangan dan menutup pintu.

"Bu Rahma, 'kan?" Beka berusaha mengingat kembali nama wanita di hadapannya. Baiklah, mungkin awalnya Beka tidak mengenali, tetapi kini dia ingat. Nama 'Rahma' yang disebutkan oleh wanita itu di bagian pendaftaran serta keinginannya untuk membahas Rona membuat Beka menyimpulkan; wanita di hadapannya adalah ibu kandung Rona. Wanita yang kemarin dibahas oleh Tante Lilian.

This is weird, though.

Kenapa ibu kandung Rona malah memilih menemuinya alih-alih mencari Rona?

"Sebelum kita membahas Rona," lanjut Beka sambil menautkan jari di atas meja. "Bu Rahma ada hubungan apa sama Rona? Kenapa anda sampai berkeinginan membicarakan Rona dengan saya?"

Wanita di hadapannya tampak melepaskan kacamata hitam lalu meletakannya di pangkuan. Ia terlihat gugup dan berkali-kali mengatur napasnya perlahan.

"Nama saya Rahma," mulai wanita itu dengan suara tersekat. "Rahma Cantika. Saya ibu kandungnya Rona Cantika. Perempuan yang, sepengetahuan saya, sedang kamu kencani."

Beka hanya diam.

Rahma melanjutkan, "saya diberitahu oleh Lilian katanya kalian sedang menjalin hubungan. Karena pertimbangan itu, saya kira kamu satu-satunya orang yang tepat untuk saya tanya mengenai kabar putri saya."

So, she IS indeed Rona's biological mother.

"Ibu kandungnya," ulang Beka ragu. "Selama ini yang saya tahu Rona cuma berdua sama mendiang ayahnya. Kok bisa anda bilang anda adalah ibu kandungnya?"

"Saya nggak bisa membahas itu sama kamu."

Beka mengangguk. Kemudian pria itu duduk bersandar dengan lebih santai. "Kalau begitu, saya rasa pembicaraannya cukup sampai di sini. Saya nggak mau membahas tentang Rona sama orang yang nggak saya kenal." Beka menghelakan napasnya. "Okay, begitu aja, ya? Saya permisi."

Pria itu beranjak dari tempat duduknya kemudian berjalan menuju pintu. Saat gagang sudah dipegang, dia kembali mendengar suara Rahma.

"Ceritanya panjang," kata wanita itu seketika membuat Beka mengurungkan niat untuk pergi. Sambil menunduk, ia melanjutkan, "untuk sekarang, yang bisa saya katakan hanya satu; saya yang melahirkan Rona ke dunia ini 25 tahun yang lalu dan menitipkan dia dalam asuhan Mas Adam. Pria yang selama ini Rona anggap ayahnya sendiri."


✿✿✿


"'Adam'?" Beka mengulang dengan satu alis terangkat. "Om Adam yang baru-baru ini meninggal? Beliau bukan ayahnya Rona?"

When The Room Gets Too HotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang