Bab 21.

283 65 8
                                    

Ternyata menyelesaikan masalah itu membuat perasaan menjadi lega, sama hal nya dengan langit yg sudah memberitahukan tentang identitas sang anak dengan kalandra. Walaupun sebenarnya langit sedikit was was takut jika kalandra akan mengambil biru dari tangan nya. Tetapi langit langsung menghapus segala pikiran buruk tentang hal itu, dia yakin kalau biru tidak akan melakukan hal itu karena jika iya maka langit tidak akan memaafkan biru sampai kapanpun.

Namun tadi setelah bicara panjang lebar ketakutan langit agaknya terbantahkan karena biru menyatakan tidak akan mengambil biru anak mereka dari sisi langit, sedikit melegakan namun belum seratus persen perasaan tersebut.

"Diem mulu dari tadi" seru biru membuat langit menoleh.

"Lagi ada yg dipikirkan?" Tanya biru lagi.

"Nggak, aku cuman lagi mikir aja kedepannya gimana kalau kamu ambil hak asuh biru dari aku, secara kamu kan tingkah nya random."

Biru terkekeh "kamu berburuk sangka mulu sama aku."

"Gimana gak berburuk sangka dulu juga aku percaya sama kamu, tapi apa kamu tinggalkan aku demi studi kamu kan."

"Aku udah bilang alasan nya sama kamu itu apa, lang. Perusahaan ayah aku bangkrut dan aku harus melakukan pekerjaan Ayah aku. Sambil aku ambil studi, ya sekali pun aku sebenarnya belum siap menikah muda."

Langit membuang wajahnya kearah jendela, dia enggan menanggapi cerita tentang masa lalu dan alasan biru kenapa memilih meninggalkan dia. Sementara biru hanya menatap sendu kearah langit, dia tahu kalau langit masih kecewa dengan dirinya. Maka dari itu nanti dia akan menjelaskan perlahan kepada langit.

"Kamu harus tau kalau cinta aku sama kamu tidak akan pernah berubah sampai kapanpun, aku akui kalau aku bodoh sudah meninggalkan kamu. Maka dari itu aku meminta kesempatan kedua buat bersama kamu lagi, jika tidak maka aku akan berjuang mendapatkan kalian berdua lagi."

Langit menoleh saat bibir biru mengucapkan kata tersebut, dia hanya menatap lamat seolah ingin mengatakan sesuatu kepada biru.

"Katakan apa yg mau katakan."

"Hm, soal wanita itu?"

"Aku tidak ada perasaan apapun kepada dia, itu semua hanya akal-akalan orang tua aku supaya mereka melihat aku menikah. Aku tidak tahu tujuan mereka apa yg pasti aku selalu menolak jika itu tentang perjodohan."

"Bagaimana jika mereka tidak menyetujui aku sama biru."

"Maka kita akan kawin lari, langit kekayaan aku cukup buat menghidupi kami dan biru. Bahkan bisa juga menghidupi adik kamu, atau bahkan adek biru yg lain."

"Adik biru yg lain?"

"Iya. Lebih tepatnya anak kita berdua, masa iya kamu gak mau nambah satu."

Langit mendengus kesal, biru dan segala mulut manisnya itu memang juara. Mobil biru pun terhenti disebuah perusahaan swasta yg mana tempat mereka akan mengadakan pertemuan. Keduanya pun lekas melepaskan saltbelt dan turun bersamaan.

Biru lah yg jalan duluan dengan diikuti oleh langit, namun biru sadar jika langit masih berada di belakang nya. Dia lekas berbalik dan memegang tangan langit membuat langit sedikit tersentak.

"Jalan kamu terlalu lambat kita bakalan telat."

Langit hanya menatap ke arah biru dan juga tangan mereka yg saling bertautan, biru tidak peduli tentang langit yg memperhatikan tautan tangan mereka. Biru pun mengajak masuk kedalam perusahaan itu dan langsung mengkonfirmasi kan kalau ada pertemuan dari pihak atasan pemilik perusahaan.

Setelah sudah dikonfirmasi keduanya diajak menemui petinggi, tangan mereka masih bertautan bahkan langit ingin melepaskan namun justru tautan itu semakin erat.

"Biarkan begini dulu" bisik biru membuat langit menghela nafas saja.

*****

Nathan sama sekali tidak bisa bekerja dengan fokus, pikiran nya melayang pada langit dan anaknya biru. Nathan masih berpikir tentang wajah biru yg sangat mirip dengan kalandra biru sang sahabat, Nathan sudah ingin bertanya kepada langit tetapi sepertinya langit enggan buat membahas tentang kehidupan nya.

"Apa gue tanya Richard aja biar rasa penasaran gue terobati."

Nathan tahu kalau ini adalah hal yg lancang dengan mencari tahu hal pribadi, namun Nathan balik lagi dia ingin dekat dengan langit maka dia harus mengetahui latar belakang langit. Bukan masalah status nya melainkan Nathan ingin mengetahui masa lalu langit.

Dia lekas mengambil kunci mobil dan langsung keluar dari studio nya, bahkan dia memberikan pesan kepada staff nya kalau dia akan keluar sebentar karena ada urusan penting, tujuan dia hanya satu yaitu pergi menemui Richard yg tau segalanya.

Richard tersenyum senang menampilkan dimple nya yg menawan, baru kali ini dia bekerja senyaman ini padahal hanya membantu sang kekasih mengolah toko kue nya. Saat ini dia masih pengangguran dan belum memikirkan ide buat usaha lagi ataupun buat perusahaan sendiri, walaupun dia terlahir dari orang kaya namun Richard tidak akan meminta modal kepada kedua orang tuanya.

"Capek sayang" ujar naka sambil meletakan es kopi dan sepotong kue buat sang kekasih.

"Lumayan, tapi happy daripada kerja sama biru. Capek nya double."

Naka tertawa "jangan begitu, dia juga memberikan gaji yg lumayan sama kamu."

"Sayang asal kamu tau dia di luar aja sok cool tapi sebenarnya jamet."

Tambah pecahlah tawa naka setiap sang kekasih membahas biru, memang yg naka tahu jika biru adalah sosok pria dingin. Namun naka juga baru tahu jika biru mempunyai sisi gelapnya. Salah satunya mengoleksi topeng dan kostum kartun sejak jaman kuliah itupun dia tahu dari Richard.

Pintu toko terbuka keduanya sama-sama menoleh, Richard menatap bingung sama orang yg baru saja tiba, dia adalah Nathan yg datang ke toko kue. Richard tidak paham kenapa Nathan sampai berkunjung ke toko kue sang kekasih.

"Than, tumben" kata Richard membuat Nathan tersenyum simpul.

"Bisa kita bicara, ada yg perlu gue tanyakan sama lo."

Richard menoleh kearah naka untungnya naka bisa menangkap kode dari Richard, maka naka akan meninggalkan mereka berdua.

"Aku ambilkan minum dulu."

"Makasih mas" ucap Nathan membuat naka mengangguk.

"Duduk yuk."

Kedua pria dewasa itu duduk saling berhadapan satu sama lain, Nathan merasa gugup saat Richard menatapnya. Bahkan tangan Nathan sudah diremas sangking gugupnya.

"Lo mau ngomong apa, tegang banget kayak sempak biru" ucap Richard bercanda.

"Hm, gue mau tanya soal mantan biru."

Richard menatap bingung kearah Nathan "Mantan biru? Buat apa?"

"Nggak ada sih. Gue penasaran sama obrolan kalian itu. Setiap kali ketemu membahas mantan biru, sampai gue mikir mantan biru istimewa."

"Lo jangan bilang naksir biru?"

"Hah! Nggak lah. Gue sama dia pihak yg sama. Mana mungkin gue suka sama dia."

"Gue cuman bercanda."

Ucapan Richard sama sekali tidak bercanda, bahkan raut wajah Richard menggambarkan kalau dia serius mengatakan tadi.

"Kalau lo gak mau ngasih tau juga gapapa."

"Mantan biru itu asisten pribadi nya sekarang, namanya langit dan kisah mereka tentu belum usai. Lo taukan kalau biru sampai sekarang mempertanyakan tentang anak yg dia lihat waktu disalah satu supermarket dan itu mirip banget sama dia. Ya, itu anak biru dan langit lebih tepatnya anak langit yg biru tidak ketahui."

Nathan diam sebentar "Biru tau dia punya anak?"

"Belum. Dia cuman tau kalau langit sudah menikah makanya dia mabuk berat semalam."

Nathan menahan nafasnya sejenak dan itu luput dari perhatian Richard.

"Than, lo gapapa?"

"Rich, kalau gue naksir langit apa boleh" ujarnya membuat Richard terkejut.













- LANGIT BIRU -

Langit Biru ( kisah yg belum usai ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang