9

424 48 8
                                    

Saat ini, Zayyan dan Sing tengah berada di sebuah taman hiburan. Minggu ini, mereka memilih untuk menghabiskan waktu bersama, menikmati hari tanpa kembali ke rumah masing-masing. Zayyan tak kembali karena orang tuanya masih berada di luar negeri dan entah kapan akan pulang. Sedangkan Sing tentu saja tidak berniat menghabiskan liburnya dirumah neraka itu.

"Sing, aku mau itu!" seru Zayyan sambil menunjuk ke arah salah satu stan makanan di sekitar mereka.

"Baiklah, ayo kita ke sana," jawab Sing lembut sambil menggandeng tangan Zayyan yang mungil, membimbingnya dengan kehangatan yang tak pernah surut.

Mereka sudah berada di sini sejak pagi menjelang siang, menikmati berbagai wahana yang ditawarkan taman hiburan ini. Dan sekarang Langit sudah mulai gelap, lampu-lampu malam menerangi taman, menambah keindahan suasana malam.

Setelah Sing membelikan makanan yang diinginkan Zayyan, kini mereka duduk di bangku taman yang teduh, menunggu rasa lelah mereka mereda.

Sing menatap pemuda di sampingnya itu, senyum kecil tersungging, matanya tak bisa berpaling dari sosok menggemaskan yang membuatnya berdebar.

"Setelah ini, kamu ingin pergi ke mana?" tanya Sing, menatap Zayyan penuh perhatian sambil menghapus sisa saus di ujung bibirnya dengan ujung jari, kemudian menjilatnya seolah itu hal yang alami baginya.

“Entahlah, tapi aku belum ingin kembali ke asrama,” Zayyan menjawab santai.

Tanpa diduga, Sing mendekat, bibirnya menyapu lembut bibir Zayyan yang belepotan saus. Ciuman yang tiba-tiba itu membuat tubuh Zayyan menegang, selalu terkejut dengan keberanian Sing. Ketika Sing akhirnya melepaskan ciuman itu, dia menjilat bibirnya sendiri dan tersenyum puas.

“Manis,” gumamnya lagi.

Zayyan hanya bisa terdiam, sesaat mengedarkan pandangannya ke sekeliling, memastikan tak ada yang melihat. Namun, Sing langsung menggandeng tangannya, mengabaikan kepanikan kecil Zayyan. "Ayo, aku ingin membawamu ke suatu tempat. Kau pasti akan menyukainya," ajaknya dengan nada lembut.

Tanpa banyak bicara, Zayyan menurut dan mengikuti langkah Sing. Mereka berjalan menyusuri taman hingga mencapai sebuah bukit kecil yang menghadap langsung ke pemandangan malam kota yang gemerlap. Zayyan langsung berlari kecil ke tepi pagar pembatas, menatap kagum lampu-lampu kota yang berkelap-kelip di bawah sana.

"Wow, ternyata pemandangan kota di malam hari seindah ini," seru Zayyan girang, takjub pada kilauan lampu-lampu yang membentuk pola indah.

Sing mendekati Zayyan, lalu menatap pemuda itu dengan lembut. "Kau menyukainya, Zay?" tanyanya, wajahnya menunjukkan ketulusan yang hangat.

"Tentu saja! Dari mana kamu tahu tempat ini?" Zayyan mengalihkan pandangan dari pemandangan ke arah Sing, matanya berbinar karena rasa penasaran.

Sing tersenyum tipis. “Aku sudah tahu tempat ini sejak lama. Dulu, aku sering ke sini.”

“Oh ya, Sing, jangan lakukan hal seperti tadi di tempat umum lagi, ya,” ujar Zayyan mengingat kejadian tadi, wajahnya memerah.

“Hal seperti apa?” Sing mengerling penuh kepura-puraan, meskipun dia tahu maksud Zayyan.

“Ciuman tadi, Sing. Bagaimana kalau ada orang yang melihat?”

“Biarkan saja,” jawab Sing santai. “Itu tandanya mereka tahu kalau kamu milikku.”

“Mi–milikmu?” Tanya Zayyan tergagap, tak mengira akan jawaban Sing. Jantungnya berdegup kencang, ada rasa tak terduga yang mengalir begitu deras.

Sing menatap Zayyan dengan tatapan yang dalam, penuh keseriusan. Kedua tangannya terangkat, menangkup pipi Zayyan yang terasa hangat di bawah telapak tangannya. “Ya, kamu milikku, Zayyan. Dan akan selalu seperti itu. Jadi, jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku atau berpaling pada orang lain, karena hanya aku yang berhak memilikimu.”

OUR SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang