Chapter 17 - Kita (belum) Selesai

875 110 7
                                    

Aku tertegun agak lama sambil menatap mata cowok itu.

"Si-Siapa kamu, sampai bisa cemburu??" tanyaku sewot, perasaan kesal mulai tumbuh didalam hatiku.

Narendra bergeming.

"Kita memang pernah pacaran, tapi kan, sekarang kita cuma teman biasa!" Kataku, tiba-tiba berani membahas masa lalu.

Cowok itu masih tak menunjukan reaksi apapun.

"Aku juga heran sih, kenapa kita bisa ketemu disini?? Tapi yasudahlah! Kedepannya, kita bertingkah layaknya teman biasa aja, yang lalu-lalu biarin aja berlalu, toh, itu udah lama juga." Cerocosku.

"Memangnya kita pernah putus?" tanya Narendra tiba-tiba.

"Hah?"

"Memangnya kita pernah putus? Kalau iya, siapa yang mutusin?" ulangnya.

Aku melongo. "Kamu gila ya? Pasutri aja bisa jatuh talak kalau suaminya nggak nafkahin berbulan-bulan. Lah ini, kamu menghilang bertahun-tahun. Ya otomatis udah putus lah!"

Narendra tersenyum lebar. "Itu kan casenya orang nikah, kalau orang pacaran, emang ada hukumnya begitu??"

Alisku naik sebelah. Dih?

"Nggak ada kan?"

"Ada! Ada yang mutusin hubungan kita! Kamu!" tuduhku.

Kening Narendra mengernyit. "Kapan??"

"Waktu kamu pelukan sama Freya di lobby hotel pas kita study tour ke Jogja! Itu udah menyiratkan kalau kita putus!"

Mengatakan itu, aku langsung menyesal. Kakiku mundur selangkah. Raline kamu gila ya? Ngapain pula kamu ngomong begitu??

"Pelukan? Sama Freya?"

Ya. Ini saatnya kita balik badan dan kabur.

Seolah tahu kalau aku akan berancang pergi, Narendra langsung meraih lenganku.

"Tunggu dulu," katanya. "Jelasin dulu."

Aku menatap ke lenganku yang dicekal dengan gusar. "Maksudku,bukan... aku nggak—"

"Pelukan sama Freya? Pas study tour Jogja?" Kening Narendra berkerut. "Pas hari terakhir bukan?"

Aku tak menjawab.

"Iya bukan?"

"Iya!! Aku lihat tau! Mesra banget lagi!"

Narendra menggenggam lenganku lebih erat.

"Pas itu, aku dapat kabar kalau Ibuku koma dan masuk ICU." Katanya. "Kalau tentang pelukan sama Freya, sumpah, aku nggak inget. Yang aku inget, pas aku dapat kabar itu, aku memang lagi sama Adam dan Freya."

Aku bergeming. Bingung mau merespon apa.

"Aku minta maaf ya, tapi saat itu aku nggak ada niatan buat pelukan sama Freya, atau apalah itu."

Tiba-tiba, pintu rumah terbuka dan muncul Maria. "Eh! Ternyata udah didepan rumah toh? Baru aja aku mau keluar nyariin kamu!"

Aku refleks melepas pegangan tangan Narendra dan beranjak menjauh darinya.

"Iya, tadi makan dulu kita." kataku kikuk.

"Oalahh, pantesan lama." Kata Maria, dia mengamit lenganku. "Kamu nggak apa-apa?? Pasti masih lemes ya?"

"Sedikit..."

"Habis ini istirahat ya," kata Narendra.

Aku mengangguk, tapi tak sanggup untuk balas menatap cowok itu.

He Was My First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang