part 16

41 4 0
                                    

**********Setelah kelas mereka selesai, Riri terlihat bersemangat mengajak Luna untuk menonton pertandingan futsal di kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**********
Setelah kelas mereka selesai, Riri terlihat bersemangat mengajak Luna untuk menonton pertandingan futsal di kampus. "Ayo, Lun! Seru nih, apalagi Travis, danny, willi dan Jaden ikut main!" katanya sambil menarik lengan Luna.

Luna sempat ragu, tapi melihat antusiasme Riri, dia akhirnya mengangguk. "Baiklah, aku ikut," jawabnya dengan senyum lembut. Dalam hatinya, ada rasa canggung karena dia tahu kaka tirinya juga akan berada di sana.

Begitu mereka tiba di lapangan, suasana sudah ramai dengan sorak-sorai penonton. Luna menatap ke arah tim yang bersiap di tengah lapangan. Di sana, dia melihat Willi, yang juga ikut bermain di tim yang sama dengan Travis, Jaden, dan Danny. Ketika pandangan mereka bertemu, Willi melambai sambil tersenyum ke arahnya, membuat wajah Luna memerah.

Riri yang melihat itu langsung menggoda, "Cie, cie... kayaknya ada yang senang banget nih."

Luna hanya tersenyum malu dan berusaha mengalihkan perhatian dengan fokus ke pertandingan. Begitu wasit meniup peluit, pertandingan pun dimulai dengan riuh sorakan penonton. Travis yang bermain sebagai penyerang langsung beraksi dengan gesit, mencetak gol pertama untuk timnya. Riri bersorak dengan penuh semangat, sementara Luna ikut bertepuk tangan, meskipun masih malu-malu.

Danny dan Jaden bekerja sama dengan baik di lapangan, mempertahankan posisi mereka dengan solid. Willi, yang ternyata cukup ahli, menunjukkan kepiawaiannya dalam menggocek bola, berhasil melewati beberapa lawan dengan mudah. Luna merasa bangga melihat teman-temannya bermain begitu hebat, dan tanpa sadar, dia ikut larut dalam suasana tegang dan menyenangkan itu.

Ketika pertandingan hampir berakhir, kedudukan kedua tim seimbang, 2-2. Semua penonton di tepi lapangan menahan napas, menunggu siapa yang akan memenangkan pertandingan. Tiba-tiba, Willi berhasil menguasai bola dan mengoperkannya ke Travis. Dengan lincah, Travis mengarahkan bola ke arah Danny, yang siap untuk melakukan tendangan terakhir.

Danny mengangkat kakinya dan melakukan tendangan keras ke arah gawang lawan. Bola meluncur cepat dan akhirnya... masuk! Penonton bersorak keras, dan Luna pun tanpa sadar ikut berdiri sambil bertepuk tangan penuh semangat. Riri berteriak girang, melompat ke arah Travis untuk memeluknya, sementara Danny dan Jaden saling menepuk tangan, merayakan kemenangan mereka.

Luna tersenyum bahagia melihat semua orang bersenang-senang. Ketika Danny menoleh ke arahnya, dia mengangguk pelan sambil tersenyum, seolah menyampaikan apresiasi dan ucapan selamat. Danny hanya menatapnya sebentar, lalu mengangguk singkat sebelum kembali bergabung dengan timnya.

Sementara itu, Willi mendekat ke arah Luna, wajahnya berkeringat, tetapi senyumnya tak hilang. "Terima kasih sudah datang, Luna," katanya dengan suara sedikit terengah.

Luna merasa jantungnya berdegup kencang. "Iya, selamat ya... kalian hebat sekali," jawabnya dengan tulus.

Jack, kapten tim lawan, terlihat geram saat peluit panjang berbunyi, mengumumkan kemenangan tim Danny. Dia menatap Danny dengan pandangan penuh kekesalan, sorot matanya tajam seolah menantang. Danny, yang sudah terbiasa dengan sikap Jack yang selalu kompetitif, hanya tersenyum remeh menanggapinya, seolah kemenangan ini hanyalah sesuatu yang mudah baginya.

Dear Luna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang