.....
"Alesha!"
Pandangan Alesha beralih yang awalnya menunduk menatap kakinya yang terbalut sepatu sneakers putih kini menoleh ke arah seseorang yang memanggilnya.
"Oh, Noah?"
"What are you doing here?" Tanya Noah, sedikit bingung mengapa gadis ini ada di ruang tunggu sendirian.
"Waiting for Marvin." Jawab Alesha.
Noah duduk disamping Alesha. Kemudian ada 2 teman Noah yang lewat.
"Noah, who is this girl? Is she your girlfriend?" Tanya laki-laki dengan rambut cokelat gelap dengan mata cokelat.
"No. what did you say Marc." Ucap Noah membantah.
"Noah, thank you for the gift you gave a few days ago." Ucap Alesha. Ia sudah mengucapkan lewat pesan text. Tapi tidak ada salahnya kan mengucapkan terimakasih secara langsung?
"No problem, Alesha."
"Let's go Ca!" Ucap Marvin mengajak Alesha pergi.
Marvin sudah berganti pakaian dan membawa tasnya. Wangi maskulin dari Marvin terasa di indra penciuman Alesha yang berada dekat dengan Marvin.
"I'll go first, Noah." Kata Alesha.
Marvin juga berpamitan dengan Noah melakukan tos dan pelukan khas lelaki.
"Oh, you guys went home together?" Tanya Noah.
"Yes, as you can see. Our houses are opposite each other." Jawab Marvin.
"O-okay. Bye."
" Wow, So this beautiful girl is your girlfriend, Marvin?" Tanya seorang yang Marvin kenal, membuat langkah Alesha dan Marvin berhenti. Mereka berdua menoleh ke arah laki-laki paruh baya yang sedang memandangi sepasang manusia itu.
"Is this the reason you want to go back to Utrecht quickly?" Tanya orang itu.
"Not so, Coach." Jawab Marvin.
Alesha dalam hati menjadi paham. Oh ini salah satu pelatih klub Marvin. Laki laki paruh baya itu tertawa.
"Okay, go. Be careful, you taking a pretty girl with you, Marvin!" Kata Coach itu menggodai Marvin. Tak hanya Coachnya, tapi teman-temanya yang berada disekitar juga menyoraki mereka berdua.
Diluar stadion ternyata sudah ada Max yang menunggu. Max tadi ikut menonton Marvin ke stadion. Marvin juga sedang tidak membawa mobilnya, karena ia berangkat bersama teman teman klubnya. Saat Marvin hendak masuk ke mobil, Alesha menahanya.
"Why don't you just say that we are neighbors? Many people will misunderstand." Tanya Alesha kesal.
"Do you want me to clarify?" Tanya Marvin.
"Yes, what if there are rumors. Later you will be terrorized by netizens." Ucap Alesha khawatir.
"Nonsense, just calm down, Caca. Don't worry about that."
Marvin masuk mobil, ia duduk di samping Max yang mengemudi. Sedangkan di belakang ada Alesha sendirian.
Alesha menyandarkan punggungnya di kursi dengan nyaman. Tubuhnya lemas dan sedikit pusing. Astaga, memang berat berpuasa di negara negara Eropa. Ini tantangan, Alesha harus bisa menyelesaikanya.
Gadis itu melirik jam tanganya, kurang sekitar setengah jam-an ia bisa berbuka puasa. Alesha juga telah mengabari Ayahnya jika ia akan datang ke rumah. Terdengar suara grasah-grusuh dari Marvin yang sedang mencari sesuatu di tas kecilnya.
"Wat zoek je Marvin?" ( apa yang kamu cari Marvin?) Tanya Max melirik sebentar adiknya.
"Chocolade snacks." Jawab Marvin. "Ah, hier is het."
KAMU SEDANG MEMBACA
Offside Cinta di Negeri Kincir Angin
Teen Fiction"Kalau di duniamu, cinta kita menggambarkan situasi offside, artinya tidak sah." Kisah cinta yang tidak mudah antara Alesha Bianca Hoesen perempuan blasteran Indo-Belanda dengan Marvin Frans Eijden, seorang bintang sepak bola asal Negara Belanda. �...