14: Kelulusan Kakak

22 4 1
                                    

Aku pernah merasa sangat kecewa sekaligus beruntung menjadi adiknya kak Tama. Aku menyusahkan kakakku sendiri, bahkan mengambil momen bahagianya.

Hari itu adalah hari kelulusan kak Tama, tentu saja kami sangat menantikan itu. Kak Tama sangat senang karena ia sudah yakin akan membanggakan Ayah dan Bunda. Menjadi siswa teladan nomor satu di sekolah kami.

Tentu saja aku dan Pram juga sangat menunggu momen ini. Kami bahkan sudah menyiapkan baju yang akan kami pakai pada hari kelulusan kak Tama. Aku dan Pram sepakat untuk mengenakan jas berwarna merah, sedangkan kak Tama akan memakai jas warna hitam.

Hari ini adalah harinya kak Tama. Aku dan Pram sepakat untuk meberikan kak Tama bucket bunga lily, karena kak Tama menyukai bunga itu. Tak lupa dengan tulisan dan ucapan manis dari kami berdua yang tertulis dalam kartu ucapan.

"Pram cepetan mandinya, abang juga mau mandi!" Aku menggedor pintu kamar mandi cukup keras, terdengar suara Pram yang masih bernyanyi-nyanyi.

"Adek! Abang mau mandi juga!" Aku kembali menggedor pintu kamar mandi.

"Iya abang, sebentar lagi!" Teriak Pram.

Aku menggelengkan kepala, adikku ini memang sangat kekanak-kanakan. Ada saja tingkahnya. Tapi tingkah Pram justru menjadi penghibur diantara kami. Adik yang seumuran denganku, kembaranku, tapi dimataku ia masih seperti anak kecil yang umurnya jauh dibawahku.

Pram keluar dari kamar mandi, aku langsung bergegas untuk masuk dan mulai mandi. Membasahi tubuhku dengan butiran air, menyikat gigiku dan membasuh rambutku.

Saat keluar dari kamar mandi, aku merasa tidak enak. Padahal aku sudah janji untuk normal hari ini, tidak ada sakit-sakitan. Mari buat hari bahagia kak Tama dengan sunggunh-sungguh.

"Abang? Abang sakit?" Pram menyadari raut wajahku yang berubah.

Aku hanya menggeleng, kemudian lanjut memakai jasku.

Tak lama kemudian, ada suara ketukan pintu. Pram membuka pintu kamar, aku masih bersiap-siap, menyisir rambutku.

"Udah siap? Adek, Abang?" Kak Tama memasuki kamar, melihat kami dengan raut yang terpesona.

"Sudah! Bagaimana penampilan adek sama abang?" Tanya Pram dengan senyum kelincinya.

"Lucu, kalian lucu. Kakak pengin hap kalian," Kak Tama mencubit pipiku dan Pram secara bergantian.

"Ih kok lucu! Adek tampan tauuu!" Pram mengerucutkan bibirnya. Pram benar-benar menggemaskan.

"Kalian tampan, tapi bagi kakak kalian itu lebih lucu. Kakak suka penampilan kalian," Kak Tama tersenyum.

"Ayo kak, kita udah siap. Ayo kita berangkat!" Ucapku yang menuntun kak Tama keluar dari kamar.

Kami berjalan menuruni anak tangga satu persatu, terlihat Ayah dan Bunda yang sudah rapih. Bunda juga sudah menyiapkan sarapan.

"Kalian ganteng-ganteng banget, Bunda suka lihat penampilan kalian." Seru Bunda mengelus pucuk kepala kami.

"Kalian terlihat gagah. Tama, kamu keliatan keren sekali," puji Ayah yang membuat lesung pipit kak Tama terlihat. Lesung pipit yang hanya muncul jika kak Tama benar-benar bahagia.

"Makasih Ayah."

"Sekarang kita sarapan, abis itu baru berangkat." Bunda membubuhi nasi dan lauk di piring kami.

Tidak butuh waktu lama untuk kami menghabisi makanannya. Setelah habis, kami segera berangkat menuju sekolah. Senyuman kak Tama terus mengembang sepanjang jalan, tak lupa ia selalu memijiku dan Pram. Katanya kami sangat menggemaskan.

Keluarga PraharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang