"Pemerintah Thailand melakukan investigasi terhadap Engfa waraha atas kasus penggelapan dana sebesar 100 miliar Baht."
Charlotte menatap ke arah marima— tangan kanan kepercayaan nya. "Lalu? Bagaimana kondisi nya?"
"— tersebarnya berita tentang tuduhan penggelapan uang yang di dapatkan Engfa membuat asosiasi investor Grand Company berniat mengundurkan diri."
Charlotte menghela nafasnya "Ma, atur pertemuan ku dengan Mr nawat."
"Oke." Marima mengangguk sebelum meninggalkan ruangan Charlotte untuk melaksanakan tugas yang bos nya berikan.
"Selama aku masih bernafas, tidak akan aku biarkan kamu menderita p'Fa." Gadis cantik itu berucap dengan pandangan masih pada layar komputer.
-
-
-
-
Pergelangan tangan yang biasanya memakai sebuah— Jam tangan mewah kini harus memakai borgol besi.
Tubuh yang biasanya menggunakan pakaian mewah kini malah pakaian khas seorang narapidana yang dia pakai.
Tubuh yang biasanya berbaring di atas kasur yang hangat dan nyaman kini harus tergantikan oleh dinginnya lantai tahanan.
Engfa waraha— wanita cantik yang dulunya adalah seorang CEO di sebuah perusahaan besar harus merasakan dinginnya malam di dalam tahanan.
Dia di tuduh telah melakukan penggelapan dana perusahaan sebesar 100 miliar baht.
"Tahanan atas nama Engfa waraha. Seseorang ingin bertemu dengan mu.." wanita itu mengerutkan keningnya. Siapa yang datang? Ibu? Atau kakaknya?
Sebelum petugas itu membawa Engfa ke sebuah ruangan tempat tamu mengunjungi narapidana, dia memasangkan borgol pada pergelangan tangan Engfa.
-
-
-
-
Engfa menunggu seseorang yang ingin menemui nya seperti yang di katakan oleh petugas keamanan tadi.
"p'Fa?" Engfa menolehkan kepalanya dan terdiam mendapati seseorang yang telah lama menghilang kini ada di hadapannya.
Dengan segera Engfa bangun dari duduknya dan berniat untuk pergi meninggalkan ruangan itu, namun tertahan karena seseorang memeluknya dari belakang dengan begitu eratnya.
"Lepaskan aku." Charlotte— mantan kekasih dari Engfa menggelengkan kepalanya kuat, dia malah semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Engfa.
"p'Fa.. aku minta maaf." Engfa mendengus sinis mendengar permintaan maaf dari Charlotte.
"Dengan mudahnya kau mengatakan maaf setelah apa yang kau lakukan padaku— permintaan maaf mu tidak berguna. Char."
Charlotte melepaskan pelukannya dan berdiri di hadapan wanita itu. "Aku tidak berniat melakukan itu p'Fa.. aku masih sangat mencintaimu."
"Sadar, Char. Kau sudah menikah—"
"—aku telah berpisah, p'Fa."
Engfa terdiam mendengar perkataan wanita di hadapannya itu. Berpisah? Secepat itu? Engfa rasa pernikahan Charlotte dan pria itu baru satu tahun yang lalu dan sekarang?
"Tepat 2 bulan yang lalu.. aku bercerai darinya."
"Kenapa?" Charlotte membawa tangannya untuk mengusap lengan Engfa"Karena dia bukan dirimu. Dia bukan p'Fa ku."
Engfa semakin terdiam mendengar ucapan yang Charlotte lontarkan padanya. "I've always loved you, p'Fa. From the past to the present, even forever."
"Keadaan sudah berubah, Charlotte Austin." Engfa menaikkan nada bicaranya pada wanita di hadapannya itu.
Dia kesal, marah, dan terharu (?) dengan apa yang Charlotte ucapkan padanya.
"Tidak ada yang berubah p'Fa. Semuanya—"
Ceklek!
Pintu terbuka dan menampilkan petugas keamanan yang membawa Engfa tadi. "Maaf, nona. Waktu kunjungan sudah habis. Engfa harus kembali ke sel tahanan."
"A-ah. Tidak bisakah aku meminta tambahan waktu hanya beberapa menit?" Petugas itu menggeleng kan kepalanya.
"Maaf, nona. Aku tidak bisa memberikannya karena itu sudah aturan di sini." Charlotte menghembuskan nafasnya pasrah.
"Baiklah. p'Fa, bisakah besok aku akan mengunjungi mu lagi?" Engfa ragu.. namun pikiran dan hatinya bertolak belakang.
"Mm. Terserah.." Engfa kalah. Dia malah memberikan izin pada Charlotte untuk bisa menemui nya kembali besok.
Charlotte tersenyum senang. Dia mengangguk semangat mendengar itu, "Terimakasih, p'Fa.."
"Hm."
Petugas keamanan langsung membawa Engfa untuk memasukkan nya ke dalam sel tahanan nya lagi.
"Bukankah dia Charlotte Austin? Ratu kecantikan itu? Kau beruntung dapat di cintai oleh nya, dia tidak memandang status mu sebagai seorang koruptor."
Petugas itu mengunci pintu sel Engfa setelah mengatakan itu. Sementara wanita itu hanya terdiam mendengar ucapan dari petugas keamanan tadi.
"Aku? Beruntung? Yang benar saja.."
-
-
-
-
"Sebenarnya aku pun ragu, char. Tapi mau bagaimana lagi? Semua bukti menyatakan bahwa engfa melakukan itu semua."
"—P'nawat, coba kamu pikirkan. Bagaimana mungkin orang sebaik dia melakukan itu? Dia orang yang membantu mu membangun Grand company bahkan hingga sebesar ini."
Nawat Itsaragrisil 'presiden Grand company' hanya menghela nafas mendengar semua ucapan dari gadis di hadapannya.
Apa yang dikatakan oleh Charlotte ada benarnya.
Engfa adalah orang yang membantunya membangun perusahaan hingga perusahaan bisa sebesar ini. Tapi semua bukti menyatakan bahwa engfa melakukan nya.
"Most importantly, you have to find evidence of Mr Nawat. p'Fa tidaklah bersalah dan aku yakin itu."
"Bagaimana bisa kamu seyakin itu padahal bukti sudah sangat nyata, Charlotte."
"DIA TIDAK SEBURUK ITU, MR NAWAT. Jika dia memang orang seperti itu, dia tidak akan sudi berkorban untuk kepentingan perusahaan mu." Nawat hanya bungkam mendengar amarah Charlotte.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance To Me
FantasyAll I want is one thing, the chance to start over again.